Senin, 24 November 2014

Wisata Bengkulu


Provinsi Bengkulu yang sama dengan nama ibu kotanya yaitu Bengkulu merupakan kota pesisir yang awalnya dikenal dengan nama Bencoolen. Bengkulu akan megingatkan Anda pada Sir Thomas Stamford Raffles yang diangkat oleh Kerajaan Inggris untuk menjadi Gubernur Bengkulu tahun 1818. Dia tiba di Bengkulu bulan Maret 1818 didampingi oleh isterinya Lady Sophia Raffles dan seorang Kepala Adat Jawa Raden Rana Dipura. Ketika Raffles tiba di Bengkulu dia menemukan Bengkulu yang luluh lantak akibat gempa bumi, oleh karena itu kota Bengkulu disebut dengan istilah “Tanah Mati”. Akan tetapi, setelah itu Raffles bersama-sama dengan rakyat Bengkulu membangun dan membangkitkan kembali Kota Bengkulu dari puing-puing Tanah Mati. Maka tidak mengherankan jika sisa pengaruh Inggris masih terasa sampai saat ini.

Bengkulu terletak di pesisir barat Pulau Sumatra dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Bengkulu berada pada koordinat 300 45’ – 300 59’ LS dan 1020 14’ - 1020 22’ BT dengan luas wilayah 151,7 km². Penduduk yang mendiami kota ini berasal dari berbagai suku bangsa, di antaranya suku Melayu, Rejang, Serawai, Lembak, Bugis, Minang, Batak dan lain-lain.  Bengkulu memiliki obyek wisata yang beragam dari wisata alam, wisata bahari, wisata sejarah, dan wisata budaya.

Wisata alam yang dapat Anda kunjungi adalah Pantai Panjang, dimana Anda akan disambut pohon cemara rindang yang menghiasi sepanjang pantai. Ada juga Pantai Pasir Putih dekat pelabuhan Samudra Pulau Baii sekitar 19 km dari kota Bengkulu dengan pantainya yang bersih dan pasirnya yang putih. Di Pulau Tikus Anda dapat berwisata bahari sambil melihat pulau-pulau kecil yang mengitari dengan karang-karang yang indah.

Mengapa juga tidak Anda coba ke Danau Dendam Tak Sudah yang dikelilingi oleh perbukitan kecil dengan Bukit Barisan sebagai latar belakangnya. Di sini tumbuh Anggrek air Vanda hookeriana di sepanjang danau. Ketika musim bunga, maka Anda dapat nikmati bagaimana anggrek tersebut membuat danau menjadi indah menawan dan sejuk.

Bengkulu memiliki kekayaan flora unik seperti Raflessia arnoldy yang ditemukan pertama kali oleh Sir Thomas Raffles dan Dr. Arnoldy di Dusun Lubuk Tapi tahun 1818. Bunga ini adalah bunga terbesar di dunia berdiameter 100 cm. Bunga ini membutuhkan 6 sampai 8 bulan untuk tumbuh dan 15 hari setelah itu untuk berbunga. Keunikan dari bunga ini adalah tidak memiliki akar, daun dan batang. Tumbuhan ini termasuk parasit kerena memiliki klorofil dan haustoria yang mengeluarkan bau cukup menyegat busuk untuk menarik serangga. Bunga ini sering tumbuh dan ditemukan di Taba Penanjung I dan Taba Penanjung III  sekitar Bengkulu Tengah, daerah di wilayah kabupaten Kepahiang, dan daerah di wilayah kabupaten Rejang Lebong.

Ada juga bunga Kibut (Amorphopalus titanuum). Bunga ini sangat menarik dan cantik karena tidak memiliki batang tetapi memiliki bunga yang tingginya mencapai 3 m dan kuat tumbuh di atas tanah. Bunga ini tumbuh di sekitar Rejang Lebong mengelilingi Kepahiang, Bengkulu Utara, dan Bengkulu Selatan.

Bengkulu juga memiliki beragam tanaman anggrek di antaranya anggrek air atau Vanda hookeriana. Anggrek air ini hanya terdapat di Danau Dendam Tak Sudah terletak sekitar 5 km dari kota Bengkulu. Beberapa macam anggrek liar dan alami lainnya dapat Anda ditemukan di provinsi Bengkulu.

Bengkulu memiliki berbagai macam kekayaan hutan seperti kayu medang, meranti, rattan, dan damar. Sementara tanaman lainnya yang dibudidayakan oleh masyarakatnya adalah minyak sawit, getah karet, kopi, durian, jeruk, dan sayuran.

Di Bengkulu dapat juga Anda temukan upacara adat Tabot, yaitu upacara tradisional tentang kepahlawanan Husein cucu Nabi Muhammad yang gugur dalam peperangan melawan Yazid. Perayaan ini pertama kali dilakukan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo tahun 1685. Syeh Burhanuddin menikah dengan wanita Bengkulu dan kemudian anak, cucu, dan keturunannya disebut sebagai keluarga tabot. Upacara ini dilaksanakan 1 sampai 10 Muharram bulan Islam, karena itu Anda jangan sampai terlewat untuk menyesuaikan dengan tanggal Masehi saat mengunjungi Bengkulu. Upacara Tabot digelar setiap tahun. Ada juga upacara lainnya yang mengiringi Tabot seperti Upacara Mengambil Tanah, dilakukan tanggal 1 sampai 4 Muharram. Duduk Penjah setiap 5 Muharram, Menjara setiap 5-6 Muharram. Anak Jari-Jari dan Sorban setiap 7-8 Muharram. Arak Gedang setiap  9 Muharram dan Pembuangan Tabot setiap 10 Muharram.

Fauna yang ada di Bengkulu beraneka ragam seperti macan, kijang, gajah, monyet, dan rangkong. Ada juga tempat latihan hewan gajah yaitu di Way Kambas Elephant Training Center (ETC) di Seblat yang terletak di sebelah sungai Seblat, Putri Hijau, Bengkulu utara. Tempat latihan ini adalah salah satu dari tempat latihan yang ada di Indonesia (ETC lainnya ada di Lhokseumawe, Aceh; Sebangau, Riau; dan Sebokor, Sumatera Selatan). Untuk mengunjunginya Anda dapat menggunakan kendaraan roda empat. terletak 132 km dari Bengkulu atau sekitar 3 jam perjalanan.

Bengkulu memiliki taman laut sekitar Pulau Enggano, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Berburu di Gunung Nanu'ua, dimana hutannya yang masih alami yang terletak di pulau Enggano. Anda dapat berburu banteng liar, bore (babi liar), kijang, monyet, dan beberapa jenis hewan lainnya.

Sejarah

Sejarah Bengkulu kurang dikenal luas, bahwa duhulunya Bengkulu merupakan wilayah yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Majapahit sempat menguasai seluruh Bengkulu, kemudian lepas setelah kerajaan besar ini runtuh. Sebagian wilayah Bengkulu juga pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura abad ke-17.

Bengkulu kemudian dikuasai Inggris dan memonopoli lada, namun wabah malaria yang terus menerus membuat Inggris berpikir kembali untuk menguasainya dan menganggapnya bukan wilayah yang menjanjikan. Meski sebelumnya ketika Sir Thomas Stamford Raffles datang ke Indonesia tahun 1818 sebagai wakil kerajaan Inggris dan sukses mengembangkan perdagangan lada di Bengkulu dan memerintahkan masyarakat Bengkulu menanam kopi, pala dan tebu. Setelah Perjanjian London tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik atau Singapura dan Pulau Belitung. Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.

Pada tahun 1930-an, Bengkulu sempat menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pejuang kemerdekaan, termasuk Ir. Sukarno yang diasingkan ke sini tahun 1938-1941. Di masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kemudian menjadi isterinya. 

Kantor Pariwisata

Jl. P. Tendean 17 Bengkulu
Tlp. (62-736) 21272
Fax. (62-736) 342200, 342100
Email: info@pariwisata.bengkuluprov.go.id
website : www.pariwisata.bengkuluprov.go.id

Benteng Marlborough

Benteng Marlborough (Fort Marlborough) bukan hanya merupakan benteng pertahanan daerah kekuasaan Inggris di kawasan pantai barat Sumatera tapi juga tempat untuk mempertahankan Bengkulu sebagai daerah monopoli lada dan perdagangan. Benteng ini dibangun oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 pada masa kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng ini dianggap sebagai benteng terkuat kedua milik

Inggris di wilayah timur setelah benteng St. George di Madras, India. Nama Marlborough sendiri diberikan oleh pemerintah Inggris kepada John Churchil yang bergelar Duke of Marlborough I sebagai tanda penghormatan.
Pada awalnya benteng digunakan sebagai pertahanan namun kemudian beralih fungsi sebagai tempat perdagangan komoditi lada sekaligus pusat pengawasan jalur Selat Malaka. Dilihat dari arsitektur bangunannya benteng ini lebih mirip seperti hunian di tengah kota daripada benteng atau pusat perdagangan. Menurut catatan British Library yang ada di benteng ini menjelaskan tentang proses pembaptisan, perkawinan, dan kematian dari para penghuninya. Terdapat sekitar 90 pegawai sipil dan militer yang tinggal di dalam benteng ini.
Saat ini, benteng masih berdiri kokoh di tanah seluas 44.100 m² dengan panjang 240,5 m dan lebar 170,5 m, menghadap ke arah selatan dan membelakangi Samudra Hindia. Bentuk arsitektur bangunan ini mirip kura-kura, terdapat jembatan yang menghubungkan bagian kepala dan badan, sebuah jembatan di atas parit yang membentuk ekor dan jembatan yang menghubungkan jalan masuk dengan bagian luar. Dahulu ketiga jembatan ini bisa diangkat dan diturunkan. Sampai saat ini batas dinding terluar masih nampak yaitu berupa parit-parit.
Di dalam bangunan ini terdapat ruang tahanan, gudang persenjataan, kantor, beberapa meriam, ruang perlindungan, terowongan sepanjang 6 m dan lebar 2 m. Sedangkan di bagian belakang terdapat tiga makam yaitu makam Thomas Parr, Charles Muray dan satu makam tak dikenal. Terdapat juga prasasti nisan yang bertuliskan nama, tanggal dan tahun kematian tentara Inggris. 

Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu : Kenangan dari Bapak Pendiri Bangsa 
Di bangku sekolah Anda pastinya mengetahui tentang pengasingan Ir. Soekarno di Bengkulu pada 1938-1942. Nah, rumah kediaman tempat pengasingan presiden pertama Indonesia ini layak untuk menjadi pilihan yang tidak boleh terlewat saat Anda menyambangi Bengkulu. Saat Idul Fitri, rumah pengasingan ini akan sangat padat dikunjungi wisatawan.
Melanjutkan pengasingannya dari Ende, Flores, kemudian Bung Karno menempati rumah ini dari tahun 1938 hingga 1942. Di Bengkulu, Sang Proklamator bertemu dengan Fatmawati, gadis asli Bengkulu yang kemudian menjadi istrinya sekaligus sang penjahit Bendera Sang Saka Merah Putih saat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Lokasi Rumah Pengasingan Bung Karno terletak di Jalan Jeruk yang sekarang berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu. Lokasinya di pusat kota akan memudahkan Anda menemukannya.
Di rumah ini tersimpan benda-benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah sekaligus menemani Bapak Proklamator dalam menyusun strategi-strategi perjuangan selama di pengasingan. Pembagian ruangan dan penataan koleksi benda bersejarah di rumah ini rapi dan teratur.

Rumah pengasingan ini ukuran aslinya adalah 162 m² dengan bangunan 9 x 18 m. Bentuk bangunannya empat persegi panjang tidak berkaki dan dindingnya polos. Memiliki halaman yang cukup luas dengan atap berbentuk limas. Pintu utamanya berdaun ganda berbentuk persegi panjang dengan jendela persegi panjang berhias kisi-kisi. Belum diketahui kapan rumah ini pertama kali didirikan namun diperkirakan dibangun awal abad ke-20.
Awalnya rumah tersebut merupakan milik pengusaha Tionghoa bernama Tan Eng Cian yang bekerja saat itu sebagai penyumplai  sembako untuk Pemerintah Hindia Belanda. Anda masih dapat melihat ciri rumah Cina dari bangunannya pada lubang angin yang terdapat di atas jendela dan pintu bermotif huruf Cina. Rumah ini kemudian disewa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menempatkan Bung Karno selama diasingkan di Bengkulu.
Saat ini bangunan lamanya masih dipertahankan seperti awalnya hanya saja pada 2006 Pemprov Bengkulu menambahkan bangunan bernama Persada Bungkarno yang berfungsi sebagai museum, perpustakaan, ruang pertemuan, dan gedung pertunjukan. Untuk masuk ke rumah Bung Karno ini, Anda dikenakan biaya Rp2.500,-

Di Rumah Pengasingan Bung Karno Anda dapat melihat langsung sepeda ontel kesayangan Bung Karno. Sejumlah foto yang dipajang secara acak di beberapa ruangannya. Bahkan, ada pula surat cinta Bung Karno untuk Ibu Fatmawati.
 
Beragam buku koleksi Bung Karno tersimpan di dua lemari kaca. Beberapa koleksi buku Bung Karno adalah: “Het Post Zegelboek”, “Jong Java’s Lief en Leed”, “The Automatic Letter Writer”, “Plammarion-in Het Stervensuur”, “Mia Bruyn-Buwehand”, “de Rhynmonders”, dan “Katholieke Jeugdbubel”.
 Koleksi buku musik Bung Karno akan mengarahkan Anda pada kesimpulan bahwa memang Bapak Pendiri Negara ini adalah juga seorang pemusik atau paling tidak mempelajari musik dan tertarik pada musik.
 Terpajang juga kursi, meja, hingga tempat tidur yang digunakan Bung Karno. Di salah satu ruangannya dapat Anda temukan sebuah mesin jahit antik yang dulunya biasa dipakai Ibu Fatmawati. Sejumlah perlengkapan rumah tangga yang dulu digunakan Bung Karno pun masih tersimpan di sini. 
 
Ada juga beberapa kostum yang biasa dipakai untuk pertunjukan tonil. Dimana saat pengasingannya di Bengkulu, Bung Karno menulis naskah tonil berjudul “Monte Carlo”. Naskah tersebut dipentaskan dimana buktinya tersimpan di beberapa lemarinya berupa kostum para pemeran sandiwara “Monte Carlo” tersebut.
 
Di bagian belakang rumah ini terdapat sumur yang dipercaya membawa berkah. Uniknya banyak orang yang pernah cuci muka ataupun berwudhu dari sumur tersebut.
 
Jangan lewatkan untuk melanjutkan perjalanan wisata sejarah di Bengkulu dengan mengunjungi Rumah Fatmawati yang letaknya hanya 600 meter dari rumah pengasingan Bung Karno. Lokasinya dekat Bundaran Simpang Lima di depan Kantor Walikota Bengkulu. Rumah itu berwarna coklat dan bercirikan bangunan tradisional. Awalnya rumah tersebut adalah tempat tinggal Fatmawati bersama keluarganya  sebelum menikah dengan Bung Karno. Kini bangunannya difungsikan menjadi museum. Anda dapat menemui perabotan dan barang-barang milik Ibu Fatmawati, termasuk mesin jahit yang digunakan untuk menjahit Bendera Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. 
 
Pantai Tapak Paderi : Menikmati Keindahan Pantai di Kota Bengkulu 
Provinsi Bengkulu yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dan menawan. Jika Anda berkunjung ke Bengkulu maka wajib mengunjungi salah satu tujuan wisata favorit masyarakat Bengkulu ini.
Pantai Tapak Paderi merupakan objek wisata yang lengkap berupa wisata pantai dan wisata sejarah. Tidaklah mengherankan karena memang menjadikannya andalan Wisata Bengkulu. Pantai ini langsung terhubung dengan Pantai Panjang dan Pantai Jakat sehingga menjadi keistimewaan tersendiri.
Pantai Tapak Padri awalnya merupakan pusat pelabuhan laut pertama di Bengkulu. Pantai ini juga sekaligus penunjang transporasi laut pemerintah Inggris di Bengkulu saat itu yang berjarak 100 meter dari Benteng Marlborough.
Di wilayah ini atas perintah Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffless dibangun benteng pertahanan dan juga pusat pemerintahan perwakilan Kerajaan Inggris. Benteng tersebut bagitu ternama di Nusantara yaitu Benteng Marlborough. Di pantai ini juga, terdapat kampung China yang yang dahulunya merupakan pusat.
Dari bagian atas Tapak Padri dapat Anda lihat keindahan laut Bengkulu. Pesona keindahan alamnyaseakantiada akhir.Matahari terbenam merupakan pemandangan yang tidak boleh Anda lewatkan. Anda juga dapat menikmati jagung bakar di pantai ini atau menggunakan perahu untuk menikmati suasana danau buatan yang terletak di pinggir pantai.
Pantai Tapak Paderi bersama dua obyek wisata lainnya yaitu Fort Marlborough dan Monumen Thomas Parr menjadi kawasan yang paling banyak dikunjungi masyarakat Bengkulu. Terutama saat bulan Ramadhan sambil menunggu terbitnya matahari pagi yang indah.
Pantai Tapak Paderi juga biasanya digunakan sebagai pusat Festival Tabot Bengkulu. Dalam festival ini Anda akan disajikan kemeriahkan pertunjukan seni, pasar, pameran kriya, aneka lomba, rebana, tari tabot, dan beragam acara seni lainnya.

Memandang Matahari terbenam merupakan salah satu daya tarik Pantai Tapak Paderi. Rona warna keemasan Matahari saat terbit atau terbenamnya akan menjadi kenangan indah terabadikan dalam siluet kamera. Nikmatilah berjalan-jalan sekitar pantai sambil sesekali menikmati deru air laut berbuih di kaki Anda dan membenamkannya bersama pasir yang halus.
Anda dapat berjalan hingga ke Pantai Panjang dan Pantai Jakat. Keidahan kedua pantai ini tidak kalah indahnya. Pantai Panjang terkenal dengan garis pantainya yang panjang, pasir putih halus, dan pepohonan cemara yang rindang melambai-lambai diterpa angin laut. Disekitar pantai ini terdapat hotel, cottage, restoran, jogging track,kolam renang, dan kios cinderamata. Di Pantai Jakat yang bersih ini, Anda bisa menyewa jetski dan banana boat. Di sepanjang pantai ini terdapat penjual jangung dan pisang bakar khas Bengkulu atau membeli langsung hasil tangkapan dari nelayan. 
 
Untuk wisata sejarah, Anda bisa berkunjung ke Benteng Marlborough. Benteng ini merupakan benteng pertahanan Inggris di pantai barat Pulaus Sumatera. Di dalam benteng ini terdapat ruang tahanan, gudang senjata, kantor, beberapa meriam, ruang perlidungan, terowongan sepanjang 6 meter, dan makam prajurit Inggris. 
 
Danau Dendam Tak Sudah : Menemukan Kedamian yang Tidak Berakhir di Bengkulu
Mendengar nama danau ini kemungkinan besar akan menggelitik rasa ingin tahu Anda. Danau Dendam Tak Sudah begitu masyarakat Bengkulu mengenalnya. Di balik namanya yang unik ternyata juga memiliki keindahan tersendiri.

Memiliki luasnya sekira 37,50 hektar, danau ini terletak di Kota Curup, Bengkulu Utara, tidak jauh dari pusat Kota Bengkulu, yakni sekira 6 km. Danau yang dikelilingi bukit-bukit hijau ini merupakan kawasan cagar alam yang menyimpan banyak potensi ekologi dan keseimbangan ekosistem.

Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah mengalami beberapa kali perluasan area. Pertama tahun 1936, dimana Pemerintah Hindia Belanda menetapkannya sebagai cagar alam dengan total luas 11,5 hektare. Pada 1979, kawasan cagar alam dipeluas lagi menjadi 430 hektare. Hingga pada 1999, luas kawasan menjadi 577 hektare.

Danau ini menjadi habitat bagi beberapa jenis ikan langka. Ikan-ikan tersebut berasal dari famili Anabantidae, Bagridae, dan Cyprinidae. Hal spesial lainnya tentang danau ini merupakan habitat utama bagi tumbuhan endemik langka, yaitu anggrek pensil (Vanda hookeriana). Jenis lainnya juga hidup di sini seperti anggrek matahari, nipah, plawi, pulai, bakung, gelam, terentang, sikeduduk,  brosong, ambacang rawa, dan pakis.

Selain flora, fauna yang menghuni kawasan cagar alam juga kerap menjadi tontonan atau atraksi tersendiri bagi wisatawan. Hewan-hewan seperti lutung atau kera ekor panjang sering tampak bergelantungan di pepohonan sekitar danau. Beberapa jenis hewan lain yang menghuni kawasan sekitar danau adalah burung kutilang, babi hutan, siamang, ular phyton dan masih banyak lagi yang lainnya.

Perihal tentang namanya yang tidak biasa tersebut, ada dua kisah yang dipercaya menjadi latar belakang penamaan. Pertama adalah kisah yang merupakan legenda. Konon, ada sepasang kekasih yang kasihnya tak kesampaian sebab tidak direstui orang tua. Sepasang kekasih yang dimabuk asmara itu kemudian dikisahkan bunuh diri ke danau dan inilah yang menjadikannya disebut Danau Dendam Tak Sudah. Konon, sejak saat itu ada dua ekor lintah raksasa yang merupakan jelmaan sepasang kekasih tersebut.

Kisah lain adalah berlatar sejarah dimana Belanda yang saat itu menduduki Indonesia memutuskan membuat dam di danau ini. Tujuannya adalah agar air danau tidak mudah meluap untuk mempermudah pembangunan jalan di sekitar danau. Akan tetapi, pada prakteknya, pembangunan dam terhenti atau tidak pernah selesai. “Dam Tak Sudah” begitu mereka menyebutnya. Entah bagaimana awalnya “Dam Tak Sudah” kini berubah menjadi “Dendam Tak Sudah”.   

Selain sebagai kawasan konservasi, sumber air dan daerah cadangan air, tempat ini sering dijadikan lokasi penelitian ilmiah dan tentunya tempat rekreasi. Pastikan Anda mencoba berperahu atau menggunakan rakit ke seluruh penjuru danau. Bagi yang hobi memancing tentunya tempat ini ideal.

Dengan kawasan hijau berudara sejuk. Pemandangan pagi hari di danau ini sudah dikenal indah dan memesona. Terlebih lagi, saat Matahari terbit dan warna langit yang kemerahan akan memantul warna indah pada permukaan danau. Saat siang cerah pun biru langit dan gumpalan awan berwarna putih memberi kesan menawan saat tercermin di permukaannya.

Mengingat danau ini adalah rumah bagi berbagai jenis ikan, terdapat fasilitas berupa tempat atau perlengkapan memancing. Untuk menambah keseruan, terdapat sampan yang dapat digunakan oleh pengunjung berkeliling danau. Tentu mengasyikkan bisa mengeksplorasi danau dengan berperahu.

Kekayaan flora dan fauna di kawasan Danau Dendam Tak Sudah juga memiliki daya tarik sendiri, misalnya anggrek pensil yang langka dan endemik itu. Anggrek cantik berwarna dasar putih dipadu warna ungu dan bintik-bintik hitam itu menjadi semacam ikon bagi danau ini. Atraksi lutung dan kera ekor panjang yang kadang terlihat bergelantungan di pepohonan adalah daya tarik yang lain lagi.

Sebagai kawasan cagar alam yang luas dan dilindungi, danau dan daerah sekitarnya merupakan potensi bagi wisata minat khusus, dimana Anda dapat melakukan penelitian untuk kepentingan pendidikan dan atau manfaat ilmiah lainnya. 

Pulau Tikus: Kecantikan Pulau Kecil Pemecah Gelombang
Pulau Tikus adalah salah satu destinasi wisata bahari andalan di Bengkulu yang lokasinya terletak di sebelah barat ibu kota Bengkulu. Berada sejauh 10 km dari pusat kota, pulau karang kecil ini  hanya seluas kurang lebih 2 ha. Akan tetapi keindahan dan potensi wisata yang ditawarkan cukup banyak; Pulau Tikus dikelilingi banyak karang dan kaya dengan sumber daya hayati.
Pulau ini dapat dilihat secara langsung dari tujuan wisata andalan lainnya yakni dari Pantai Panjang. Untuk mencapainya hanya perlu menyewa perahu sekira 40 menit.
Pulau Tikus memiliki garis pantai berpasir putih yang menariknya menjadi lokasi penyu sisik (eretmocheIys imbricata) dan penyu hijau (cheloma mydas) bertelur. Di kawasan ini juga terdapat ekosistem karang dan biota laut. Jenis karang yang dimaksud diantaranya adalah acroporase, poriter, fungia, pociIIopora, montipora, dan sarcophiton.
Pulau kecil ini juga merupakan habitat bagi berbagai jenis burung, seperti burung dara laut (duluca bicolor), burung bangau hitam (egresa sacra), burung kwak maling (nytcicuray sp) dan burung pecuk padi (polocrocoray sulsinostris). Sementara itu, jenis flora yang dominan tumbuh di kawasan pulau adalah nyampiung (caiophylum inophylum), ketapang (terminalia cetapa), waru, kelapa (cocos nucifera Sp), dan lainnya.
Pulau Tikus dahulu merupakan tempat kapal-kapal untuk berlabuh dan berlindung dari hantaman badai ombak laut Samudra Indonesia. Sebuah mercusuar masih dapat dilihat tegak berdiri di pulau ini.
Terumbu karang yang sangat luas di sekitar pulau ini mampu melindungi pulau dari abrasi. Sayangnya, keberadaan terumbu karang di Pulau Tikus mengalami degradasi karena berbagai faktor yang mengakibatkan semakin berkurangnya luas Pulau Tikus.
Meski terbilang kecil, Pulau Tikus menjanjikan banyak keriangan dan potensi wisata yang banyak dan menyenangkan. Pemandangannya yang indah sudah menjadi daya tarik tersendiri. Di tambah lagi, lokasi sekitar pulau terbilang aman untuk berenang dan kegiatan penyelaman dasar laut. Airnya jernih dan menyimpan pesona batu karang yang indah.
Keindahan bawah laut Pulau Tikus cukup menggoda. Tentu mengasyikkan menyelaminya dengan snorkeling sambil mengagumi ikan-ikan laut penuh warna dan cantik berenang lincah di antara terumbu karang.
Bagi Anda yang hobi memancing, Anda tentu dapat menyalurkan hobi tersebut di sini. Terdapat berbagai jenis ikan yang bersembunyi di balik batu-batu karang yang bisa menjadi sasaran mata pancing Anda.
Saat malam hari, garis pantai Pulau Tikus adalah tempat bertelur penyu sisik dan penyu hijau. Jika beruntung, Anda dapat menyaksikan aktivitas bertelur hewan yang terbilang langka ini. 

Kota Curup: Menikmati Keindahan Lembah Dataran Tinggi Sumatera 
Suhu sedingin 18 derajat celcius menyambut pagi di Kota Curup, ibukota Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Ladang-ladang masih diselimuti kabut sehingga buah dan sayur yang ditanam berpetak-petak terlihat samar. Pemandangan yang menarik tercipta di sisi kanan dan kiri jalan dari sebagian besar rumah tradisional penduduk yang masih berbentuk panggung di antara rumah modern dengan lantai keramik dan cat warna-warni.
 Kabupaten Rejang Lebong dikenal sebagai wilayah pemasok sayur-mayur ke seluruh provinsi Bengkulu. Bahkan beras dan sayuran asal Curup biasanya dikirim ke Palembang, Jambi, Padang, Lampung, dan Pekan baru. Jadi, jangan heran jika tidak henti-hentinya tanaman hijau terlihat di depan mata Anda. Disamping itu, kota terbesar ketiga di ini juga merupakan penghasil beras, kopi, dan karet. Secara topografiKabupaten Rejang Lebong memang berdiri di atas pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 100->1.000 m dpl. Suhu udara paling sejuk terjadi ketika bulan Juli yaitu dimana mencapai 16,2 derajat celcius dan itu cukup ideal untuk tumbuhnya sayur mayur.

Saat singgah di sini dan bercakap dengan warga setempat, Anda akan mendengar tentang kisah Suku Rejang, yaitu suku asli yang tersebar mendiami sebagian besar wilayah Kabupaten Rejang Lebong (Curup, Curup Utara, Curup Timur, Curup Selatan, Curup Tengah, Bermani Ulu, Bermani Ulu Raya, dan sebagian Selupu Rejang). Suku lain yang hidup di sini adalah Suku Lembak, tempat penyebarannya meliputi Kecamatan Padang, Padang Ulak Tanding, Binduriang, Sindang Dataran, Sindang Beliti Ulu, Sindang Beliti Ilir, dan Sindang Kelingi.

Kepahiang pernah diangkat menjadi ibukota Kabupaten Rejang Lebong pada masa Hindia Belanda namun menjelang Agresi Militer Belanda II, seluruh fasilitas vital seperti kantor bupati, gedung daerah, kantor pos, penjara, jembatan dan kantor polisi dibumihanguskan oleh tentara Belanda. Sejak itulah aparatur pemerintah Kabupaten Rejang Lebong dipindahkan ke Kota Curup dan hingga kini menjadi ibukota tetap kabupaten tersebut. Kepahiang sendiri sudah mengalami pemekaran menjadi kabupaten sejak 2004.

Saat cuaca sedang dingin-dinginnya, Anda bisa menikmati wisata Suban Air Panas yang terletak di kota ini. Airnya begitu segar turun langsung dari pegunungan menuju kolam-kolam.

Pecinta petualangan pun bisa menemukan wahana pendakian yang disebut dengan Bukit Kaba, bukit ini memiliki rute pendakian yang tidak ekstrem dan ramah pagi pemula. Di sana Anda bisa melihat lahar dari jarak beberapa meter saja, uniknya, Bukit Kaba juga memiliki beberapa kawah yang warna airnya selalu berubah.

Belum puas menikmati alam Kota Curup? silahkan mengunjungi Air Terjun Talang Rimbo atau Danau Mas Harun Bastari. Jejak sejarah pun dapat diintip di sini melalui Monumen Perjuangan Desa Tabarenah. Apabila ingin melihat bentuk rumah adat Suku Rejang, Anda bisa mendatangi kediaman rumah bupati yang halamannya digunakan untuk memugar rumah adat tersebut.

Tidak ada komentar: