Selasa, 02 Desember 2014

Wisata Jawa Timur Bab II

Taman Nasional Meru Betiri: Atraksi Penyu dan Petualangan Alam Bebas 


Inilah salah satu taman nasional terbaik di Pulau Jawa dengan luas 58.000 hektar dan memiliki 5 vegetasi yaitu: hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa, hutan rheophyte, dan hutan hujan dataran rendah. Anda dapat melakukan wisata petualangan hutan dan pantai di sini.
Saat Anda datang ke sini dan melihat hewan-hewannya maka biarkanlah keberadaan dan kemunculan mereka sebagai bagian dari tampilan atraksi bagi Anda. Tidak ada yang lebih patut diambil dari taman nasional ini kecuali oleh-oleh cerita atau potret keindahannya melalui kamera Anda.
Taman Nasional Meru Betiri terletak di pesisir selatan, Kabupaten Jember, Jawa Timur.  Nama Meru Betiri sendiri diambil dari nama gunung yang ada di dalam kawasan Taman Nasional ini yaitu Gunung Meru (500 meter dpl) dan Gunung Betiri (1200 meter dpl).
Meru Beriti merupakan  rumah bagi habitat terakhir harimau loreng jawa (Panthera tigris sondaica).  Hewan tersebut tidak pernah dapat ditemukan lagi dan diperkirakan telah punah menyusul 3 jenis harimau lain yang telah punah terlebih dahulu yaitu harimau kaspia dari Iran, harimau bali dan harimau jawa dari Indonesia.  Di dunia ada 8 jenis harimau dan Indonesia adalah yang salah satunya yang  memiliki jenis beragam.
Flora jenis langka dan dilindungi di sini adalah Balanhopora fungosa yaitu tumbuhan jenis parasit yang hanya terdapat di sekitar Teluk Hijau dan Bandealit.
Taman Nasional Meru Betiri adalah lokasi sempurna bagi Anda yang hobi berpetualang di alam bebas.
Di Taman Nasional Meru Betiri ada 29 jenis mamalia dan 180 jenis burung, semuanya termasuk satwa yang dilindungi. Satwa-satwa tersebut di antaranya adalah penyu lekang/ridel (Lepidochelys olivacea), banteng (Bos javanicus javanicus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), harimau Jawa (Panthera tigris sondaicus), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), (Cervus unicolor), Accipiter trivirgatus, Falco moluccensis, Hieraaetus kienerii, Otus lempiji, Glaucidium castanopterum, elang Spizaetus alboniger.
Sementara tumbuhan yang menghuninya sekitar 293 jenis diantaranya adalah: bunga raflesia (Rafflesia zollingeriana), beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau (Rhizophora sp.), bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris), bendo (Artocarpus elasticus),  api-api (Avicennia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), dan beragam tumbuhan obat-obatan. 

G-land: Memburu Ombak Legendaris di Pantai Plengkung

G-land: Memburu Ombak Legendaris di Plengkung
Indonesia bangga memiliki Pantai Plengkung di ujung timur Pulau Jawa. Selain karena keindahan dan kealamiannya, juga pesisir yang bentuknya melengkung panjang ini merupakan salah satu tempat berselancar terbaik di dunia. Pantai Plengkung atau lebih popular disebut G-Land menawarkan surga bagi surfer untuk menunggang ombak luar biasa, mendunia, dan legendaris.
Pantai Plengkung dijuluki “The Seven Giant Waves Wonder" oleh peselancar asing karena memiliki 7 gulungan ombak hingga 6 meter tingginya.

Ada beberapa konotasi mengapa Pantai Pelengkung disebut G-Land. Huruf ‘G’ untuk G-Land memiliki tiga pengertian beragam. Pertama, untuk huruf awal kata “Great” sebagai gambaran ombaknya yang luar biasa. Kedua, untuk huruf awal kata “Green” atau kadang “Green Land”  karena lokasinya tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis tua yang hijau yaitu Taman Nasional Alas Purwo. Ketiga, merujuk pada ‘G’ untuk awal huruf kata ‘Grajagan,’ sebuah pantai dan pelabuhan tempat perahu nelayan yang dipakai wisatawan untuk mencapai Plengkung. Sebutan G-land juga berarti karena Plengkung berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G.


Keunikan ombak di G-Land ini adalah baru pecah setelah 1 hingga 2 km dari arah timur ke barat dengan ketinggian mencapai 4-6 meter dalam interval 5 menit. Dengan kondisi tersebut membuat peselancar proffesional dapat menikmati gulungan ombak atau “barrel” yang lebih lama dan panjang. Oleh karena itu tidaklah mengherankan Plengkung sudah lima kali menjadi tuan rumah ajang surfing internasional.

Dengan formasi ombak raksasa datang susul-menyusul sebanyak 7 lapis dan bersusun "go to left" membuatnya cocok ditunggangi peselancar kidal. Inilah yang membuat G-Land menjadi idaman dunia surfing internasional dan salah satu pantai yang mempunyai ombak terbaik di dunia.

Selain di Plengkung, hanya Hawaii, Australia, dan Afrika Selatan saja yang memiliki ombak menantang seperti itu. Ombak di Plengkung adalah nomor dua setelah Hawaii. Hawaii sendiri memiliki ombak terus-menerus sepanjang tahun. Puncak ombak di Plengkung hanya ada di bulan-bulan tertentu antara April hingga Agustus.

G-land: Memburu Ombak Legendaris di Plengkung

Bob Laverty dan Bill Boyum adalah orang pertama yang mempopularkan pantai dan ombak di Plengkung tahun 1972. Mereka kemudian mendirikan surf camp di sana dan akhirnya dikenal luas peselancar kelas dunia dari berbagai negara. Berikutnya, Bobby Radiasa seorang peselancar dari Bali mengembangkan surf camp dan mengelolanya hingga saat ini.

Hamparan pantai berpasir putih di kawasan ini diselimuti kawasan hutan yang masih alami dan jauh dari kebisingan hiruk pikuk perkotaan. Jelasnya di sini tak cukup sinyal handphone untuk aktif, tidak pula terjangkau jaringan televisi, serta tidak ada pula pedagang kaki lima. Semua itu telah menjadikannya Plengkung sebagai kawasan paling ideal untuk Anda yang ingin berselancar dan benar-benar menjauh sejenak dari peradaban kota.

Tinggi ombak di Plengkung ini cenderung kurang tepat bagi peselancar pemula. Akan tetapi, Anda tidak perlu cemas apabila tidak bisa berselancar karena pemandangan alam kawasan ini sangat menawan dan luar biasa.

Pagi hari setelah sarapan, berjalan-jalanlah menyusuri pantai pasir putih Plengkung. Pasirnya benar-benar putih seperti butiran kristal dan kaki Anda akan terbenam menginjaknya. Sejauh mata memandang tak kalah indah karena ada hamparan air laut luas membentang.

Pukul 10 pagi, Anda dapat menonton para surfer terjun ke laut. Menyaksikan atraksi luar biasa dari kejauhan di rumah panggung yang memang disediakan bagi penonton. Sangat disarankan Anda membawa teropong agar dapat melihat para surfer beraksi karena ombak besarnya memang agak ke tengah laut. Bagi Anda yang hobi fotografi maka perlu lensa binocular tentunya di sini.

Ombak Plengkung terbagi tiga tingkatan yaitu kong, speedis, dan many track. Masing masing ombak berada di area yang berbeda. Jenis ombak tingkat pertama yakni kong, ini merupakan ombak yang tingginya mencapai 6-8 meter. Ombak ini paling dicari oleh peselancar internasional. Tingkat kedua, speedis, mempunyai ketinggian 5-6 meter dan menjadi konsumsi peselancar professional. Kemudian, tingkat ketiga dikenal dengan sebutan many track dengan tinggi ombak sekitar 3-4 meter.  Ombak speedis cocok untuk pemula meskipun peselancar professional juga sering datang ke sini pada bulan Maret-Juni menunggu bulan Juli sampai September dimana ombak di Plengkung begitu menantang. Di bulan-bulan tersebut peselancar dari mancanegara berdatangan.

Bagi Anda yang ingin belajar berselancar jangan khawatir, di Pantai Batu Lawang adalah tempat yang tepat untuk belajar dan menjajal ombak many track. Lokasinya tidak jauh dari Plengkung. Jika ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu sekitar 20 menit. Wisatawan mancanegara sering menyebut ombak di daerah tersebut dengan sebutan "twenty-twenty" yang artinya 20 menit mendayung ke tengah dan 20 menit menikmati titian ombak.

Pantai Balekambang: Tanah Lot di Pulau Jawa 
Sebuah pura Hindu anggun berdiri pada sebuah batu raksasa yang menghadap ke samudera luas dan pasir putihnya merangkul gelombang yang datang ke pantai. Pemandangan yang cantik ini bukan di Tanah Lot, Bali, melainkan pemandangan  spektakuler Pantai Balekambang di sebelah selatan Kabupaten Malang. Pantai indah yang tersembunyi ini melengkapi deretan tujuan wisata memukau di Jawa Timur selain Gunung Bromo dan Kota Batu. Pantai Balekambang tepatnya berada di Desa Srigoco, Kecamatan Bantur, sekira 70 kilometer arah selatan Kota Malang. Pantai Balekambang ditandai dengan tiga pulau batu yang dinamai sesuai karakter pewayangan, yaitu: Pulau Anoman, Pulau Wisanggeni, dan Pulau Ismoyo. Pulau Wisanggeni terhubung ke pantai dan Pulau Ismoyo oleh jembatan beton sepanjang 100 meter. Di Pulau Ismoyo berdiri dengan anggunnya Pura Amerta Jati atau juga dikenal sebagai Pura Ismoyo. Pura ini memiliki karakteristik yang berbeda dari pura-pura Hindu di Bali namun memiliki pemandangan candi di pulau batu berikut jembatan penghubungnya yang menantang laut biru yang luas tak kalah cantik. Kecantikan dan pesonanya semakin spektakuler saat Matahari terbenam di balik cakrawala; menyuguhkan siluet pura berlatar langit senja berwarna kuning keemasan.

Pura Amerta Jati atau Pura Ismoyo ini dibangun tahun 1985 oleh Bupati Malang, Edi Slamet. Didesain mengikuti Pura Tanah Lot yang terkenal di Bali, pura ini juga merupakan tempat suci bagi pengikut Hindu, tempat dilaksanakannya ritual keagamaan. Salah satu ritualnya Jalani Dhipuja yang dilakukan tiga hari sebelum ritual Nyepi, sebagai bagian dari rangkaian merayakan Saka atau Hindu Tahun Baru. Puncak utama dari ritual Jalani Dhipuja adalah Jolen Larung, yaitu melarung persembahan ke laut sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan untuk semua berkat-Nya dan untuk mengusir kemalangan di masa yang akan datang.

Meskipun lokasinya terpencil, Pantai Balekambang memiliki semua fasilitas yang diperlukan wisatawan. Mulai dari warung makanan, restoran, penjaga pantai, toko suvenir, toilet umum, hingga penginapan sederhana.

Pantai Balekambang yang berjarak sekira 70 kilometer dari Kota Malang adalah destinasi pantai yang layak untuk dikunjungi. Pantainya yang indah, cocok sebagai tempat rekreasi atau sekedar menikmati pemandangan. Bentang pantai berpasir putih sepanjang 2 kilometer berpadu dengan suara ombak yang mengamuk memukul pantai menyajikan keindahan yang unik. Di pantai ini juga berjejer pepohonan sebagai tempat berteduh bagi pengunjung dari sengat Matahari. Hal tersebut menjadikan pantai cantik ini sebagai tempat sempurna untuk berbaring dan melepaskan kepenatan rutinitas sehari-hari perkotaan.

Selain bersantai di pasir putihnya, di pantai yang dangkal ini Anda juga dapat berenang atau hanya bermain-main di perairannya. Akan tetapi, perlu berhati-hati jangan sampai berenang melewati batas aman yang ditandai dengan bendera merah. Pantai ini terkenal karena pusaran arus bawahnya. Kegiatan lain yang tak boleh dilewatkan adalah menantikan Matahari tenggelam, lalu mengabadikan siluet keindahan pura Hindu yang bentuknya berbeda dari pura di Bali namun sekilas lebih mirip dengan candi-candi kuno di Jawa Timur.

Untuk menikmati suguhan wisata budaya atau religi, datanglah ke pantai ini 3 hari menjelang Perayaan Nyepi. Pada hari itu akan diadakan upacara Jalani Diphuja di Pura Amerta Jati, yaitu upacara pembersihan diri yang merupakan rangkaian perayaan Nyepi. Pada ritual tersebut, akan ada upacara melarung sesajen ke laut sebagai persembahan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus memohonkan keselamatan untuk masa yang akan datang.

Air Terjun Madakaripura : Menelusuri Tempat Meditasi Terakhir Patih Gajah Mada 
Memasuki Kabupaten Probolinggo, setelah terkesan keindahan panorama Gunung Bromo, berikutnya Anda dapat menikmati pemandangan spektakuler lainnya yang memukau namun terpencil. Itulah Air Terjun Madakaripura yang memesona. Sebuah air terjun yang cantik dan masih berada dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru karenanya dapat menjadi destinasi tambahan bagi pendaki Gunung Bromo. Lokasi Air Terjun Madakaripura tidak terlalu jauh dari Gunung Bromo, tepatnya di dekat Desa Sapih, Kabupaten Lombang. Jaraknya sekira 3 jam berkendara dari ibu kota Jawa Timur, yaitu Surabaya.

Air Terjun Madakaripura diyakini sebagai tempat meditasi terakhir Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit. Air terjun yang menjulang tinggi ini dijuluki air terjun abadi karena tidak pernah berhenti mencurahkan tirai air halus serupa curahan hujan bagi orang-orang yang dapat melintas di bawahnya.

Lokasi air terjun spektakuler ini tersembunyi di ujung lembah yang dalam di kaki bukit Pegunungan Tengger. Untuk sampai ke air terjun ini, Anda perlu berjalan sekira 20 menit menyeberangi sungai dan jalan berbatu sebelum sampai di pintu masuk. Akan tetapi, suguhan pemandangan yang hijau indah di sepanjang jalan adalah hiburan tersendiri yang dapat mengobati rasa lelah. Patung besar Patih Majapahit, Gajah Mada dalam posisi duduk meditasi akan menyapa setiap pengunjung sebelum mereka melanjutkan perjalanan lebih jauh ke pusat air terjun.

Kemegahan alam pegunungan adalah latar yang sempurna bagi air terjun yang menyimpan nilai historis Kerajaan Majapahit ini. Suara gemuruh air yang kian dekat kian keras berpadu dengan keindahan tirai air terjun di kejauhan adalah suguhan alam yang tidak hanya akan memuaskan mata tetapi juga menyegarkan tubuh dan jiwa.

Meskipun belum sampai tepat di air terjun, berhati-hatilah karena besar kemungkinan Anda akan basah oleh tirai air yang menghujani dari tebing-tebing yang Anda lalui. Untuk melindungi diri agar tidak basah, sebaiknya bawalah jas hujan atau payung. Terdapat jasa penyewaan payung dan penjualan kantong plastik untuk melindungi barang-barang berharga Anda, seperti kamera dan lainnya, di sepanjang jalan menuju air terjun.

Jalur yang Anda lalui akan berakhir di sebuah lembah berbentuk seperti tabung dimana air terjun berketinggian 200 meter tampak gagah menjulang. Air Terjun Madakaripura bahkan dijuluki sebagai air terjun tertinggi di Jawa dan air terjun tertinggi kedua di Indonesia setelah Air Terjun Sigura-gura di dekat Danau Toba, Sumatera Utara. Ketinggian air terjun ini saja dengan sendirinya adalah sebuah kemegahan alam yang memesona dan mengagumkan dan harus disaksikan sendiri untuk merasakan sensasi megahnya secara utuh.

Terdapat sebuah gua di sekitar air terjun yang dipercaya sebagai lokasi terakhir Patih Gajah Mada bermeditasi. Menurut sumber terlulis kuno Jawa di abad 14, Negarakretagama, Madakaripura adalah sebidang tanah yang diberikan kepada Patih Gajah Mada oleh Raja Majapahit, Hayam Wuruk. Gajah Mada sendiri adalah patih yang paling terkenal dalam sejarah kerajaan besar di Nusantara, yaitu Majapahit (1293-1500 SM). Gajah Mada disebut-sebut sebagai tokoh utama yang berhasil mempersatukan seluruh Nusantara (Nuswantara) di bawah kerajaan Majapahit. Cakupan wilayah kekuasaan Majapahit yang berjaya meliputi wilayah Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand Selatan, Filipina dan Timor Timur; diperkuat dengan sumpah sang patih yang terkenal, yaitu Sumpah Palapa.

Konon, sumber kekuatan sang patih yang luar biasa berasal dari dalam gua di dekat Air Terjun Madakaripura. Di sana Gajah Mada sering datang untuk bermeditasi. Patih Gajah Mada bahkan memilih gua tersebut sebagai tempat meditasi terakhirnya sebelum ia diyakini oleh orang Jawa kuno mencapai moksa—menghilang secara spiritual dan fisik dari muka bumi. Berdasarkan kepercayaan ini, masih banyak orang yang datang ke air terjun ini untuk bermeditasi atau melakukan ritual, terutama pada malam 1 Suro, Tahun Baru Jawa.

Sebagai tempat yang signifikan secara historis, skaral, dan kondisi alam yang memukau, Madakaripura adalah salah satu destinasi yang layak dikunjungi saat Anda datang ke Jawa Timur.

Dikelilingi oleh tembok luar biasa tinggi, debit Air Terjun Madakaripura yang jatuh ke sebuah ruang alami serupa tabung tersebut terkesan mistis namun memukau siapa saja yang melihatnya. Di dalam "ruang" berketinggian 200 meter, pesona sinar matahari yang menyorot lumut hijau basah di dinding berbatu disertai suara gemuruh air adalah sebuah keindahan tontonan yang tidak mungkin ditemukan di tempat lain.

Menyaksikan batu-batu besar, air terjun yang tak henti-hentinya jatuh, dan lumut hijau yang berkilau disepuh matahari, Anda perlu juga menatap ke langit sambil membenamkan diri dalam keindahan alam yang memukau. Air kolam berwarna kehijauan di kaki air terjun siap menyambut Anda untuk bermain-main di sana. Anda harus datang langsung dan merasakan sendiri pesona mistis berbalut sejarah di sebuah tempat yang dibentuk alam dengan indahnya.

Tentunya, mengabadikan keindahan alam yang spesial ini tak boleh dilewatkan. Memandangi foto hasil rekaman kamera akan dapat sedikit menghadirkan kembali sensasi kesan dan menggugah kenangan Anda saat merasakan keajaiban sebuah tempat, meski pengalaman tersebut sudah lewat bertahun-tahun lamanya. 

Pulau Sempu: Menyibak Keindahan Laguna Segara Anakan yang Menawan 
Lupakan kenyamanan dunia modern saat memasuki kawasan hutan konservasi yang menyembunyikan sebuah laguna nan memukau di Jawa Timur. Kawasan terpencil yang tenar di kalangan wisatawan tersebut bernama Pulau Sempu. Lokasinya berada di pantai selatan Kabupaten Malang dan secara administratif masuk Desa Tambak Rejo Desa, Kecamatan Sumbermanjing Wetan.

Pulau Sempu berada tak jauh dari Pantai Sendang Biru. Dari Kota Malang, lokasinya  sekira 80 kilometer dan dari ibu kota Jawa Timur, Surabaya jaraknya sekira 180 kilometer.  Pulau yang ditumbuhi pepohonan tropis seluas 877 hektar ini adalah cagar alam yang di kelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA) dan Departemen Kehutanan Indonesia. Secara resmi tempat ini diakui sebagai cagar budaya sejak 1928 pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Daya tarik utama pulau kecil nan cantik ini adalah Laguna Segara Anakan yang terletak sekira 2,5 km arah selatan pulau. Tersembunyi jauh di lingkar hutan tropis yang lebat, laguna seluas sekira 4 hektar tersebut merupakan tempat yang menawan. Pantai berpasir putih bertemu dengan birunya air yang tenang dan terpisah dari lautan lepas sebab dikelilingi batuan karang. Air di Laguna Segara Anakan ini tenang dan karenanya merupakan tempat yang sempurna untuk berenang. Dengan lokasinya yang terpencil dan jalur yang agak sulit diakses, Segara Anakan menyuguhkan suasana intim dan privat.

Perjalanan menuju Sempu adalah petualangan yang menantang siapa saja yang ingin menjamah  Laguna Segara Anakan. Petualangan dimulai dengan menyeberangi selat dari Pantai Sendang Biru menuju ke Teluk Semut (Ant Bay) di Pulau Sempu. Dari sini, perjalanan dilanjutkan melalui jalur trekking selama sekira dua jam melalui hutan lebat dan melintasi jalan curam dan terjal sebelum tiba di lokasi laguna. Meski jalur yang dilalui agak sulit dan licin tetapi usaha menyaksikan keindahan yang ditawarkan laguna cantik yang tersembunyi ini memang layak diperjuangkan. Apabila Anda membutuhkan kapal dan jasa pemandu untuk menuju Pulau Sempu, Anda dapat mencarinya di daerah Pantai Sendang Biru.

Sebagai cagar alam, Pulau Sempu memiliki berbagai jenis ekosistem mulai dari hutan pantai, hutan bakau, dan hutan tropis dataran rendah yang mendominasi seluruh pulau. Vegetasi yang ditemukan di Pulau Sempu diantaranya adalah bendo (Artocarpus elasticus), triwulan (Terminalia), wadang (Pterocarpus javanicus), ketapang (Terminalia catappa), waru laut (Hibiscus tiliaceus), pandan (Pandanus tectorius), Mangrove (Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata), dan banyak lagi. Menariknya, nama Sempu dikatakan diambil dari nama salah satu jenis pohon yang ditemukan di pulau itu, namun pohon tersebut hampir sulit ditemukan saat ini.

Cagar Alam Sempu adalah juga rumah bagi satwa liar, antara lain: monyet jawa (Tracypithecus auratus), monyet hitam (Presbitis cristata Pyrrha), Kera abu-abu/ Grey Macaques (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus sp), kijang (Muntiacus muntjak), kancil/ rusa kecil (Tragulus javanicus), udang (Alcedo Athis), ikan belodok (Periopthalmus sp), kepiting (Ocypoda stimsoni), dan masih banyak lagi. Ada juga beberapa jenis reptil termasuk kadal raksasa dan ular serta beberapa jenis burung yang mencari tempat berlindung di pulau itu.

Gua Gong: Menelusuri Gua Tercantik se-Asia Tenggara 
Kota Pacitan terkenal dengan julukan kota 1001 gua karena memang di sini terdapat banyak gua. Akan tetapi, dari sekian banyak gua yang ada, terdapat satu gua yang keindahannya disebut-sebut sebagai yang terindah se-Asia Tenggara, yaitu Gua Gong.
 Gua Gong terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Pacitan, Jawa Timur. Berjarak sekira 37 kilometer dari Kota Pacitan, menuju gua ini harus melewati jalan berliku dengan latar tebing  dan jurang pegunungan. Meski begitu, keindahan yang disuguhkan dengan interior yang unik dan cantik oleh variasi stalaktit dan stalakmitnya memang layak disambangi.

Selain keindahan bentuk stalaktit dan stalagmitnya, keunikan Gua Gong juga adalah karena stalaktit dan stalakmit tertentu dapat berbunyi seperti gong ketika dipukul. Dari sinilah gua ini mendapatkan namanya. Konon, dulu gua ini dianggap angker karena sering terdengar suara gamelan, termasuk bunyi suara gong dari dalam gua.

Berdasarkan cerita turun-temurun yang berkembang di masyarakat dan sebagaimana tertulis di salah satu sisi dinding gua, Gua Gong ditemukan dua sesepuh Desa Bomo, yaitu Mbah Noyo Soemito dan Mbah Joyo Rejo. Tahun 1924, Pacitan dilanda kekeringan dan karenanya kedua lelaki tersebut berusaha mencari sumber air di dalam Gua Gong hingga menemukan empat mata air.

Kemudian, sepeninggal Mbah Noyo, Gua Gong tidak pernah lagi disinggahi penduduk hingga pada 5 Maret 1995 masyarakat setempat berinisiatif mencari kembali keberadaan gua dan kini membukanya untuk umum. Di sebelah kanan mulut gua tampak tulisan yang mencantumkan nama penemu Gua Gong tahun 1924 dan delapan warga yang membuka gua untuk umum tahun 1995
 Dari mulut gua yang tak begitu lebar, Anda mungkin tidak mengantisipasi ruang-ruang luas di dalamnya yang terbilang cukup luas dan akan mengundang decak kagum. Anda bisa memasuki dan menjelajahi gua baik dengan ditemani pemandu atau pun tidak.

Telusuri 7 ruang dan 4 sendang atau sungai mata air yang tersembunyi di kedalaman gua sambil menikmati keindahan konturnya yang unik. Keindahan interior alami gua dapat dinikmati dengan menyusuri jalan setapak berpagar besi sepanjang lebih kurang 300 meter.

Tiap ruang memiliki luas dan menawarkan keindahan yang berbeda. Tiap ruang seolah dipisahkan dengan pintu kecil penghubung antar ruang dan harus meniti tangga turun yang khusus dibangun untuk kepentingan wisatawan. Menelusuri gua cantik ini akan memberi pengalaman tersendiri dan mengajak Anda untuk menakjubi keindahan yang ditawarkan alam.

Tahun 1996, Pemerintah Kabupaten Pacitan membangun fasilitas tangga jalan, pagar, lampu penerangan, dan memasang kipas angin untuk mengatasi kepengapan di dalam gua. Lampu sorot warna-warni memberikan efek khusus pada stalaktit dan stalakmit yang memenuhi interior gua dan membuatnya kian memukau. Kontur gua yang semula berwarna putih gading atau coklat kekuningan kian semarak dengan paduan warna merah, biru, kuning, dan hijau. Inilah daya tarik utama lainnya yang ditawarkan gua ini.

Namun begitu, pemasangan kipas angin dan lampu-lampu tersebut mengundang kontra sebagian orang. Lampu sorot yang memancarkan panas dapat mengurangi aliran air yang mengucur melalui stalaktit. Kelembapan alami gua juga berkurang dengan adanya kipas angin.

Gua Gong merupakan gua horizontal yang berarti bahwa untuk menelusurinya tidak memerlukan peralatan dan keahlian khusus. Apalagi, fasilitas yang dibangun memberi kemudahan akses bagi pengunjung. Gua Gong hanya memiliki satu akses pintu masuk sekaligus pintu keluar. Pengunjung harus mengeksplorasi gua melalui rute satu arah yang memutar, mulai dari pintu masuk hingga keluar di pintu yang sama.

Wisata Jawa Timur Bab I



Jawa Timur

Jawa TimurJawa Timur termasuk daerah paling padat di Pulau Jawa. Provinsi ini memiliki pesona wisata yang unik sehingga akan memikat Anda untuk mengunjunginya. Jawa Timur sangat kaya akan berbagai tempat alternatif liburan Anda. Daya tarik atau tujuan wisata yang ada di antaranya: wisata alam, wisata pantai, wisata gunung, wisata belanja, wisata pendidikan, wisata seni, wisata budaya, wisata bahari, wisata petualangan, wisata sejarah, wisata kerajinan, wisata lingkungan, wisata agro, wisata udara, wisata konvensi, wisata ziarah wali songo, dan juga wisata rohani.

Sebaiknya Anda mengunjungi Kota Malang untuk melihat-lihat balai kota, alun-alun, dan candi Singosari. Kota Batu  memiliki kegiatan wisata petik apel dan juga temapt rekreasi keluarga, Jatim Park. Di  Kabupaten Malang  Anda dapat menikmati air terjun atau pantainya yang indah. Kawah Ijen dapat dikunjungi dari tiga daerah, yakni Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso dan Jember. Berwisata bahari di Lamongan dan Telaga Sarangan di Magetan,  serta masih banyak lagi tempat wisata lainnya akan membuat Jatim begitu mengesankan sebagai tujuan wisata keluarga atau petualangan. Bagi pecinta wisata belanja, ada juga objek wisata Intako, yakni tempat industri tas dan koper dan kerajinan dari kulit khas Tanggulangin di Sidoarjo.

Jangan lewatkan untuk menikmati pesona alam Taman Nasional Bromo-Semeru saat liburan Anda. Taman Nasional ini terletak di antara kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang. Inilah icon wisata Jawa Timur yang dihuni oleh suku Tengger dan  setiap tahun diselenggarakan upacara Kasodo. Jangan katakan Anda pernah ke Jawa Timur bila tidak menapakkan kaki di pegunungan yang terindah ini. Rasakan dinginnya udara yang bersih dan segar berselimutkan awan yang indah. Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut.

Sebuah pulau di bagian timur Jawa, yaitu Madura, patut  Anda kunjungi yang terkenal dengan budaya karapan sapi (lomba pacu sapi), yang biasanya digelar bulan Agustus dan September setiap tahunnya.

Sejarah

Kejayaan kerajaan di Jawa Tengah menurun sejak abad ke-10. Perannya kemudian digantikan  oleh Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur. Kerajaan ini menguasai seluruh kepulauan Indonesia, Semenanjung Melayu, dan sebagian wilayah Filipina selama ratusan tahun. Sukses membina hubungan dagang dengan Cina, Kamboja, Siam, Burma, dan Vietnam, selama masa pemerintahan Raja Airlangga, masyarakat Jawa Timur dan Bali berhasil menciptakan hubungan dagang dengan pulau-pulau di Nusantara dan mengembangkan kebudayaan dan kesenian bercorak Hindu hingga puncaknya dari karya sastra hingga corak candi yang indah.

Gunung Bromo: Matahari Terbit, Lautan Pasir, Berkuda, dan Secangkir Minuman Hangat 


Jangan katakan Anda pernah ke Jawa Timur bila belum menapakkan kaki di gunung api yang indah ini. Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki keunikan dengan pasir laut seluas 5.250 hektar di ketinggian 2392 m dpl. Anda dapat berkuda dan mendaki Gunung Bromo melalui tangga dan melihat Matahari terbit. Lihatlah bagaimana pesona Matahari yang menawan saat terbit dan terbenamnya akan menjadi pengalaman pribadi yang mendalam saat Anda melihatnya secara langsung.

Gunung Bromo berasal dari kata Brahma (salah seorang Dewa agama Hindu). Bromo merupakan gunung api yang masih aktif dan terkenal sebagai icon wisata Jawa Timur. Gunung ini tidak sebesar gunung api lainnya di Indonesia tetapi memiliki pemandangannya yang spektakuler dan dramatis. Keindahannya yang luar biasa membuat wisatawan yang mengunjunginya akan berdecak kagum.


Dari puncak Gunung Penanjakan di ketinggian 2.770 m, wisatawan dari seluruh dunia datang untuk melihat sunrise Gunung Bromo. Pemandangannya sungguh menakjubkan dan yang akan Anda dengar hanya suara jepretan kamera wisatawan saat menangkap momen yang tidak bisa didapatkan di tempat lain. Saat sunrise sangat luar biasa dimana Anda akan melihat latar depan Gunung Semeru yang mengeluarkan asap dari kejauhan dan matahari bersinar terang naik ke langit.   

Menikmati hamparan lautan pasir luasmenyaksikan kemegahan Gunung Semeru yang menjulang menggapai langit, serta menatap indahnya Matahari beranjak keluar dari peraduannya atau sebaliknya menikmati temaram senja dari punggung bukit Bromo adalah pengalaman yang takan terlupakan saat menyambangi Bromo.

Gunung Bromo dihuni oleh masyarakat suku Tengger yang meyakini bahwa Gunung Bromo merupakan tempat dimana seorang pangeran mengorbankan hidup untuk keluarganya. Masyarakat di sini melakukan festival Yadnya Kasada atau Kasodo setahun sekali dengan mempersembahkan sayuran, ayam, dan uang yang dibuang ke dalam kawah gunung berapi untuk dipersembahkan kepada dewa.

Menyaksikan matahari terbit yang spektakuler dari Gunung Bromo merupakan puncak dari wisata di Bromo.

Datanglah pada bulan Kasada/ke-sepuluh (biasanya bulan September-November) dan saksikan festival Kasada tahunan dimana suku Tengger datang ke Bromo melemparkan sesajen yang terdiri dari sayuran, ayam, dan uang ke dalam kawah gunung berapi.

Berkuda di atas lautan pasir yang hanya dimiliki taman nasional ini merupakan pengalaman tak berbanding. Lautan pasir ini begitu luas dan dengan ketinggian 2.392 meter, keunikan alam ini hanya ada di Indonesia. Lautan pasir ini terlihat mengagumkan saat matahari menyapukan sinarnya yang kejinggaan di pagi hari, terlihat jelas dari Cemorolawang, salah satu pintu masuk kawasan taman nasional ini.


Para pendaki Gunung Semeru, selalunya melakukan detour ke beberapa danau dingin yang selalu berkabut, yaitu Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo. Hal ini merupakan sebuah pengalihan fokus perjalanan yang mengesankan. 
Kawah Ijen: Keindahan Alam di antara Penambang Belerang Tradisional 
Kawah Ijen: Menyaksikan Api Biru dan Penambang Belerang Tradisional
Inilah salah satu pesona keindahan alam Indonesia yang luar biasa dan telah memukau banyak wisatawan dari berbagai negara. Di sinilah dapat Anda lihat danau kawah luas yang menakjubkan bersama api berwarna biru dari belerangnya saat malam hari. Selain menjadi tujuan wisata naik gunung, Kawah ijen juga merupakan tempat penambangan belerang tradisional yang hilir-mudik di arena bekas letusan kawah yang sebenarnya masih aktif.
Gunung Ijen sendiri berada di kawasan Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen di Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang Kabupaten Bondowoso. Gunung ini berada 2.368 meter di atas permukaan laut dimana puncaknya merupakan rentetan gunung api di Jawa Timur seperti Bromo, Semeru dan Merapi. Kawah Ijen merupakan tempat penambangan belerang terbesar di Jawa Timur yang masih menggunakan cara tradisional. Ijen memiliki sumber sublimat belerang yang seakan tidak pernah habis  dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri kimia dan penjernih gula.  
Kawah Ijen merupakan salah satu kawah paling asam terbesar di dunia dengan dinding kaldera setinggi 300-500 meter dan luas kawahnya mencapai 5.466 hektar. Kawah di tengah kaldera tersebut merupakan yang terluas di Pulau Jawa dengan ukuran 20 km. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter. Kawah tersebut terletak di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding kaldera.
Pemandangan Kawah Ijen begitu menakjubkan ketika disinari Matahari pagi dengan memancarkan kemilau hijau toska. Sinaran yang juga menerpa dari balik Gunung Merapi, saudara kembar Gunung Ijen jangan sampai Anda lewatkan untuk diabadikan oleh kamera. Air kawahnya tenang berwarna hijau kebiruan namun Anda tidak diperkenankan menuruninya karena air kawah bervolume sekira 200 juta meter kubik itu panasnya mencapai 200 derajat celcius. Derajat keasaman kawah tersebut sangat tinggi mendekati nol sehingga bisa melarutkan pakaian bahkan tubuh manusia dengan cepat.
Dini hari pukul 01.00, saat Matahari belum membiaskan pijarnya menguak keindahan danau kawah ini ada keajaiban lain yang dihadirkan Ijen. Di bawah kawahnya berpijar api biru (blue fire) dari cairan belerang yang mengalir tanpa henti untuk dikeringkan oleh angin kemudian menjadi batu dan dicacah para penambang. Bongkahan belerang tersebut kemudian ditempatkan pada dua keranjang kayu dan dipakul menuruni gunung sejauh 3 km. Bukan beban yang ringan sebab berat keranjang pikul tersebut bisa mencapai 100 kg.
Kawah Ijen: Menyaksikan Api Biru dan Penambang Belerang Tradisional
Di tenggara kawah terdapat lapangan solfatara yang merupakan dinding danau Kawah Ijen. Di bagian barat terdapat Dam Kawah Ijen yang merupakan hulu dari Kali Banyupait. Lapangan solfatara Gunung Kawah Ijen selalu melepaskan gas vulkanik dengan konsentrasi sulfur yang tinggi dan bau gas yang kadang menyengat. Dam Kawah Ijen merupakan bagian dari objek wisata menarik tetapi tidak selalu dikunjungi oleh wisatawan dikarenakan jalan untuk menuju ke sana cukup sulit dan sering rusak karena longsor. Dam Kawah Ijen adalah bangunan beton yang dibangun sejak zaman Belanda dan dimaksudkan untuk mengatur level air danau agar tidak menyebabkan banjir air asam. Tetapi bendungan ini sekarang tidak berfungsi karena air tidak pernah mencapai pintu air akibat terjadinya rembesan air danau di bawah dam.

Saat pagi hari, ketika Matahari mulai menyinari kawasan Kawah Ijen, pemandangan indah dapat Anda nikmati. Kawah Ijen yang berwarna hijau kebiruan berpendar oleh cahaya Matahari yang berwarna keemasan memantul di bawah kawah. Saat yang paling tepat untuk menyaksikan keindahan Ijen pada dini hari antara pukul 02.00 hingga 04.00. Saat itu Anda dapat menyaksikan bagaimana pijaran api biru (blue fire) dari bawah kawah.
Apabila Anda ingin turun ke bawah kawah untuk melihat api biru maka wajib disertai pemandu. Kenakan masker dan kaca mata pelindung itu karena selain bau belerang yang sangat menyegat, asap belerang dari aktivitas para penambang akan dengan mudah menyerang dan membaut pedih mata.
Kawah Ijen dari atas Gunung Ijen terlihat sangat indah. Kawah ini merupakan danau besar berwarna hijau kebiruan dengan kabut dan asap belerang yang sangat memesona. Selain itu, udara dingin dengan suhu 10 derajat celcius, bahkan bisa mencapai suhu 2 derajat celcius, ini jelas akan menambah sensasi tersendiri bagi Anda. Berbagai tanaman yang hanya ada di dataran tinggi juga dapat Anda temukan, seperti bunga edelweis dan cemara gunung.
Jalan tanah menanjak dengan ketinggian 2.700 di atas permukaan laut akan Anda lalui dengan berjalan kaki. Perjalanan menuju ke Kawah Ijen akan membuat Anda menghargai kehidupan ini. Para penambang belerang dengan tekun mengangkut belerang dengan beban luar biasa berat apalagi kalau harus diangkut melalui dinding kaldera yang begitu curam menuruni gunung sejauh 3 km. Berkenalanlah dengan mereka, sapa dan Menyaksikan Penambang Belerang
Kawah Ijen: Menyaksikan Api Biru dan Penambang Belerang Tradisional
Salah satu yang akan Anda saksikan langsung di Kawah Ijen adalah adanya penambang belerang tradisional. Penambang belerang tradisional ini konon hanya terdapat di Indonesia yaitu di Welirang dan Ijen. Tempat pengambilan belerang terdapat di dasar  kawah sejajar dengan permukaan danau. Mereka dengan berani mendekati danau untuk menggali belerang dengan peralatan sederhana lalu dipikul dengan keranjang. Para penambang belerang ini mengambil belerang dari dasar Kawah Ijen sejauh 3 km. Di tempat tersebut asap cukup tebal namun mereka dengan peralatan penutup hidung sekadarnya tetap mencari lelehan belerang. Sebuah pertaruhan nyawa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Lelehan belerang diperoleh dari pipa yang menuju sumber gas vulkanik mengandung sulfur. Gas ini dialirkan melalui pipa lalu keluar dalam bentuk lelehan belerang berwarna merah. Setelah membeku belerang tersebut akan membeku berwarna kuning. Bekuan belerang inilah yang akan diambil oleh pekerja tambang. Sebelumnya belerang dipotong dengan linggis kemudian langsung diangkut menggunakan keranjang. Setelah belerang dipotong, penambang akan memikulnya melalui jalan setapak. Beban yang dipikul cukup berat antara 80 hingga 100 kg. Para penambang sudah terbiasa memikul beban yang berat ini sambil menyusuri jalan setapak di tebing kaldera menuruni gunung sejauh 3 kilometer.  Dalam sehari mereka hanya dibolehkan 2 kali naik-turun kawah. Semua penambang akan berkumpul di bangunan bundar kuno peninggalan Belanda yang dikenal dengan “Pengairan Kawah Ijen” yang sekarang disebut sebagai Pos Bundar. Di sini penambang menimbang muatannya dan mendapatkan secarik kertas tentang berat muatan dan nilainya.
Di pos pengumpulan belerang Anda dapat melihat dan merasakan ritual harian penambang belerang. Beberapa dari mereka rehat di keteduhan meregang otot, beberapa yang punya karung mengemas bongkah-bongkah hasil tambangannya. Truk terakhir datang membawa serta pengurus  koperasi. Pengurus mengabsen penambang satu per satu yang dipanggil maju mengangkat pikulannya ke atas penimbang. Angka yang ditunjuk oleh penimbang lalu diubah ke dalam Rupiah yang dibayar sore itu juga. Penghasilan yang diterima seorang penambang belerang dalam sehari tidak sebanding dengan ancaman yang dekat dengan nyawa mereka. Satu orang penambang biasanya hanya mampu membawa satu kali angkut setiap harinya  mengingat beratnya pekerjaan dan jalan yang dilalui.
Jangan sungkan, baurkan diri Anda bersama penambang belerang di Kawah Ijen. Meski hidup terasa berat dan keras, mereka tetap ramah dan bercanda, bahkan akan memberi jawaban atas setiap keingintahuan Anda.  

Candi Singosari 
Tidak banyak sisa-sisa Kerajaan Singosari yang pernah berkuasa abad 13 di Jawa Timur. Hanya ada sebuah candi yang belum selesai dibangun dan dua patung raksasa yang berdiri menjaga di depan istana sebagai jejak yang tersisa dari salah satu kerajaan besar di Nusantara ini.

Candi Singosari disebut masyarakat setempat sebagai Candi Cungkup, awalnya sempat dinamakan juga candi Renggo, Candi Menara, dan Candi Cella. Untuk sebutan yang terakhir karena candi ini memiliki celah sebanyak 4 buah di bagian tubuh candi. Hingga kini nama yang lebih dikenal adalah Candi Singosari karena letaknya di Singosari.

Banyak yang menganggap bahwa Candi Singosari adalah makam Raja Kertanegara sebagai raja terakhir Singosari. Akan tetapi pendapat ini diragukan banyak ahli, lebih dimungkinkan Candi Singosari merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa karena sistem mandala yang berkonsep candi Hindu dan sekaligus sebagai media pengubah dari  air biasa menjadi air suci (amerta).

Candi Singosari awalnya disebut dalam sebuah laporan kepurbakalaan tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard, seorang Gubernur Pantai Timur Laut Jawa. Ia melaporkan tentang reruntuhan candi di daerah dataran tandus di Malang. Tahun 1901 Komisi Arkeologi Belanda melakukan pennelitian ulang dan penggalian. Berikutnya 1934 Departemen Survey Arkeologi Hindia Belanda Timur merestorasi bangunan ini hingga selesainya tahun 1937. Anda dapat melihat goresan tanda penyelesaian pemugaran ini pada batu kaki candi di sudut barat daya. Saat ini banyak arca-arca dari reruntuhan Candi Singosari disimpan di Museum Leiden Belanda.

Ada informasi yang mencukupi dapat diketahui tentang Singosari dari teks Jawa kuno abad ke-14 yaitu “Pararaton” atau kitab raja. Candi Singosari yang dibangun tahun 1304 ini umumnya dihiasi dari bawah hingga atasnya. Bila Anda perhatikan hiasan tersebut tidak seluruhnya terselesaikan sehingga ada dugaan candi ini dalam proses pembangunan yang belum selesai kemudian ditinggalkan. Dimungkinkan akibat adanya peperangan yaitu serangan Kerajaan Gelang-Gelang pimpinan Jayakatwang tahun 1292 hingga menghancurkan Kerajaan Singosari, sering disebut juga masa kehancuran Singosari atau pralaya.

Kerajaan Singosari didirikan tahun 1222 oleh seorang rakyat biasa bernama Ken Arok, yang berhasil menikahi putri cantik Ken Dedes dari Janggala setelah membunuh suaminya. Ken Arok kemudian menyerang Kediri dan berhasil menyatukan dua wilayah terbelah yang pernah dipisahkan oleh Raja Airlangga tahun 1049 sebagai warisan untuk kedua putranya.

Singosari kemudian berhasil mengembangkan pertanian yang subur di sepanjang aliran sungai Brantas, serta perdagangan laut yang menguntungkan di sepanjang Laut Jawa. Pada 1275 dan 1291 Raja Singosari yaitu Kertanegara menyerang kerajaan maritim Sriwijaya di Sumatera Selatan dan kemudian mengontrol perdagangan laut di laut Jawa dan Sumatera.

Dalam masa kejayaannya, Singosari begitu kuat, bahkan Kaisar Mongol Kubilai Khan yang perkasa menganggap penting mengirim armada dan utusan khusus ke kerajaan Singosari untuk menuntut Raja Kertanegara secara pribadi  untuk memberikan loyalitas kepada Mongol. Sebagai jawabannya, ternyata Raja Kertanegara memotong telinga salah satu utusan tersebut sebagai pesan kepada Kubilai Khan bahwa Singosari tidak akan tunduk.

Kemudian Kertanegara dibunuh oleh salah seorang raja bawahannya yaitu Jayakatwang tahun 1293. Ketika armada perang dikirim oleh Kubilai Khan tiba di Jawa, mereka tidak mengetahui bahwa rupanya Raja Kertanegara sudah tiada. Menantu Kertanegara, Raden Wijaya, berhasil membujuk armada Kublai Khan untuk membunuh Jayakatwang, tetapi kemudian justru berbalik mengusir armada Mongol dari Jawa.

Raden Wijaya selanjutnya mendirikan kerajaan Majapahit tahun 1294 di utara Singosari yaitu di Porong. Maka berlangsunglah sebuah masa keemasan bagi sebuah kerajaan bernama Majapahit yang kekuasaannya mencakup Indonesia saat ini dan bahkan hingga ke Malaysia dan Thailand.

Sisa-sisa candi Singosari yang belum selesai dibangun itu dapat Anda lihat di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari. Candi ini terbuat dari batu andesit dengan bangunan yang menghadap ke barat. Di halaman depan terdapat kumpulan patung, sementara di bawah terdapat dua patung besar wali yang dikenal sebagai Dwarapala.

Candi Singosari  terdiri dari 4 bagian utama.
  1. Bagian bawah berupa persegi empat yang dinamakan batur candi atau teras.
  2. Kaki candi yang tinggi sekaligus sebagai ruangan tempat arca.
  3. Tubuh candi yang langsing dengan empat relung di masing-masing sisinya.
  4. Atap atau puncak yang menjulang makin mengecil di puncaknya.
Dalam  agama Hindu, kaki candi (bhurloka) merupakan gambaran dari kaki gunung atau alam manusia, badan candi (bwahloka) sebagai lereng gunung atau alam langit, dan atap candi (swahloka) sebagai puncak gunung atau alam khayangan-surgawi. Puncaknya ini berbentuk limas dengan atap pejal berbentuk kubus, begitu pula keempat puncak lain yang mengelilinginya sudah runtuh. Apa yang akan Anda saksikan saat ini adalah sebuah candi yang terkesan ramping menjulang bagian atasnya dan gamuk di bagian bawahnya.

 Candi Singosari merupakan tiruan Gunung Meru yang berpuncak di Kaliasa dan dikelilingi empat puncak yaitu Gunung Mandara, Gunung Gandhamana, Gunung Vipula, dan Gunung Supasrsya. Anehnya di Jawa antara Gunung Meru dan Gunung Mandara tidaklah dibedakan, Gunung Meru itu gunung Mandara dan Gunung Mandara ya Gunung Meru.

 Candi Singosari juga merupakan simbolisasi konsep Samodramanthana yaitu pengadukan lautan susu dengan menggunakan Gunung Mandara sebagai antan hingga keluarlah air suci atau amerta. Selain itu Candi Singosari juga merupakan simbolisasi dari Lingga dan Yoni dimana  terlihat dari terasnya yang memilki cerat pada sisi yoni dan candinya sebagai lingga.

Awalnya sejak 1803-1939 Candi Singosari merupakan komplek percandian yang luas dengan 7 buah reruntuhan candi hingga terakhir yang selamat hanya 1 yaitu Candi Singosari ini. Saat Anda mengunjungi sisi halaman candi maka akan nampak sisa-sisa reruntuhan dan arca yang sebenarnya itu salah satu dari 7 reruntuhan candi sebelumnya. Saat ini di Candi Singosari dirawat dan dijaga oleh 3 orang staf dari Suaka Purbakala Jawa Timur yang diambil dari penduduk setempat.

Candi lain yang dibangun selama era Singosari adalah Candi Jago dibangun tahun 1268 di desa Tumpang, 6 km selatan kota Singosari sekarang. Candi ini didedikasikan untuk raja Singosari ke 4 Visnusardahana, sedangkan Candi Kidal, 11 km di sepanjang jalan yang sama, dibangun tahun 1260 dihiasi yang burung Garuda.  Candi Kidal didedikasikan untuk raja Singosari ke 2, Anusapati. Sebuah patung asli dari raja Kertanegara masih berdiri di pusat kota Surabaya, yang dikenal sebagai Joko Dolog, atau Anak laki-laki Gemuk.

Candi Jawi yang indah, dengan latar belakang gunung Penanggungan dibangun pada masa pemerintahan Singosari. Hal ini diyakini sebagai candi pemakaman dari kelima raja terakhir. Dibangun abad ke-13 dan didedikasikan untuk dewa dewa Hindu Siwa dengan Sang Buddha. Candi Jawi terletak 40 km. selatan Surabaya, Prigen di jalan ke Tretes.

Pantai Grajagan : Keindahan Pantainya Nelayan 
Sebuah pantai indah di selatan Banyuwangi, berderet bersama Pantai Plengkung, Pulau Merah, dan Pesanggaran. Meski tidak seterkenal Plengkung dan Pulau Merah, namun Pantai Grajagan sejak lima tahun terakhir mulai dilirik peselancar dunia.
Grajagan terletak sekitar 52 km ke arah selatan dari Kota Banyuwangi. Posisi pantainya strategis menjadi pintu gerbang menuju ke Pantai Plengkung. Grajagan berada di

kawasan seluas 314 hektar di hutan KPH Banyuwangi Selatan, terletak di desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Pantainya luas diselimuti oleh pasir hitam, memiliki gua dan bukit yang sangat indah. Ketika Anda berada di sana maka akan melihat hamparan pantai dan bukit yang menjulang tinggi di tepi pantai. Menikmati suasana pantai dengan deburan ombak laut lepas dari atas shelter dan 3 gua peninggalan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.
Anda juga dapat menyaksikan langsung aktifitas nelayan di pagi hari saat berangkat mencari ikan dan menurunkan ikan hasil tangkapannya. Belilah beberapa jenis ikan laut hasil tangkapan nelayan atau mengapa tidak memancingnya secara langsung.

Grajagan kira-kira 53 km ke arah selatan dari Banyuwangi. Ombak Pantai Grajagan tidak kalah menarik dari ombak Pantai Plengkung, Alas Purwo, juga di Banyuwangi Selatan. Bedanya, ombak Grajagan cenderung pecah sebelum ke pantai.
Grajagan adalah kawasan pantai dengan panorama keindahan gunung dan hutannya. Pasir pantainya yang berwarna hitam tak kalah eksotis dibandingkan pasir putih di Plengkung.
Gua pertahanan zaman Jepang juga dapat Anda kunjungi di tempat wisata ini. Disekitar Pantai Grajagan banyak terdapat gua buatan di tempat tinggi sehingga Anda dapat mengawasi seluruh kawasan pantai. Pantai Grajagan bersebrangan dengan kawasan pantai Cungur. Karena perairanya bebas dari pengaruh ombak Laut Selatan, selain menikmati panorama sambil mandi matahari, di balik Pantai Cungur terdapat Segoro Anak untuk kegiatan ski air, berperahu, dan kano.
Untuk Anda yang ingin belajar berselancar di Pantai Grajagan Anda dapat mendatangi Made Supartha. Lelaki yang berusia sekitar 40 tahun ini membuka kursus berselancar. Supartha merupakan satu-satunya pelatih selancar di Grajagan. Sebuah keahlian berselancar diperolehnya setelah berkelana di Bali bertahun-tahun. Kemudian ia pulang ke Grajagan kampung halamannya untuk menjadi anggota tim penyelamat pengunjung pantai hingga akhirnya membuka tempat kursus selancar.
Ia adalah seeorang yang benar-benar ingin mengembangkan olahraga selancar di Grajagan. Papan selancar disewakan satu harinya Rp25.000,00 - Rp30.000,00. Biasanya, para siswa kursus dan berlatih selancar pada hari libur sejak pagi hari. Setelah lancar, mereka baru dibolehkan turun ke laut. Untuk bisa mahir berselancar diperlukan waktu minimal empat bulan. Jika ingin lebih mahir lagi maka tentunya Anda akan diarahkan untuk datang ke Pantai Kuta di Bali.
Dari Grajagan menuju ke Pantai Plengkung dibutuhkan waktu sekitar 2 jam dengan menyusuri pantai menggunakan perahu sewa, perjalanan itu ternyata hampir sama bila Anda menggunakan mobil dengan melewati jalan darat hanya Jalan Makadam menuju ke Taman Nasional Alas Purwo kurang bagus kondisinya. Perjalanan menarik dari Grajagan ke Alas Purwo menggunakan perahu sewa, utamanya menuju ke pantai Ngagelan yang merupakan tempat penangkaran penyu belimbing, abu-abu dan hijau. Tiap malam petugas disini selalu mencari telur penyu untuk ditetaskan, wisatawan yang sudah sampai di Ngagelan ini bisa melepas langsung penyu yang sudah siap dan waktunya dilepas ke laut lepas setiap saat.

Taman Nasional Baluran: Eksotisme Alam Bebas di Timur Pulau Jawa 
Taman Nasional Baluran
Inilah hamparan savana terluas di Pulau Jawa, membuat Anda yang berkunjung ke sini serasa berada di Afrika. Di Baluran tersaji sungguhan alam menakjubkan ketika ratusan rusa berlarian menuju kubangan air, merak jantan melebarkan ekornya untuk menarik perhatian sang betina, puluhan kerbau besar yang gagah, belasan elang mencari makan, hingga lutung dan makaka yang bergelantungan. Belum lagi pepohonan khas Baluran yang mirip pohon pinang dan berbuah sekali seumur hidup sebanyak 1 ton untuk kemudian mati. Pohon pilang yang berbatang putih dan rimbun, bila Anda mengamatinya secara seksama maka mirip pohon di film “Avatar” serta pohon bekol yang rindang mirip beringin dengan nuansa magis.

Tidak besar biaya yang harus Anda keluarkan untuk tiket masuknya, yaitu hanya Rp6.000,00 per mobil dan Rp 2.500,00 per orang. Kegiatan yang dapat dilakukan Baluran adalah penelitian, pengamatan dan atraksi satwa, serta wisata bahari di Pantai Bama. Sementara itu, fasilitas yang tersedia berupa kantor pengurus, pondok kerja, pesanggarahan, shelter, jalan trail, menara pandang, dan lainnya.

Taman Nasional Baluran
Kawasan Taman Nasional Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Batas wilayah sebelah utara adalah Selat Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, dan sebelah barat Sungai Klokoran. Temperatur udaranya 27°- 34° C, curah hujan 900 - 1.600 mm/tahun, ketinggian tempat 0 - 1.247 mdpl, letak geografis 7°29’ - 7°55’ LS, 114°17’ - 114°28’ BT, serta luasnya mencapai 25.000 ha. Di tengah kawasan ini terdapat Gunung Baluran yang sudah tidak aktif lagi.

Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40 % tipe vegetasi savana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran. Tanahnya yang berwarna hitam dari jenis tanah aluvial dan vulkanik meliputi luas setengah luas daratan rendah yang ditumbuhi rumput savana. Daerah tersebut merupakan daerah yang sangat subur dan kaya sumber makanan bagi berbagai jenis satwa pemakan rumput.

Iklim di Taman Nasional Baluran bertipe Monsoon yang dipengaruhi angin timur yang kering. Curah hujan berkisar antara 900-1.600 mm/tahun dan suhu udara antara 27°-30° C dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan. Antara bulan Agustus hingga Desember bertiup angin cukup kencang dari arah Selatan. Musim hujan terjadi pada November-April, sedangkan musim kemarau pada April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari. Secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang mempengaruhi.

Pada musim kemarau air tanah di permukaan tanah menjadi sangat terbatas dan persediaan air di beberapa mata air tersebut menjadi berkurang. Saat musim hujan, tanah yang hitam sedikit sekali dapat ditembus air sehingga air mengalir di permukaan tanah, membentuk banyak kubangan terutama di sebelah selatan daerah yang menghubungkan Talpat dengan Bama.

Bila Anda datang saat musim penghujan maka tumbuhan dan air sangat berlimpah sehingga penghuni taman seperti banteng dan kerbau Liar memilih masuk ke pedalaman taman dari pada bertatap muka dengan pengunjung. Akan tetapi, beberapa kelompok rusa, merak, ayam hutan dan beburungan lainnya bisa Anda lihat hilir mudik.

Tumbuhan yang ada di Taman Nasional Baluran ini sebanyak 444 jenis, diantaranya terdapat tumbuhan asli dan khas yaitu widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), dan pilang (Acacia leucophloea). Widoro bukol, mimba, dan pilang merupakan tumbuhan yang mampu beradaptasi dalam kondisi sangat kering namun masih kelihatan hijau walaupun tumbuhan lainnya sudah layu dan mengering. Tumbuhan yang lain juga ada seperti kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp), asam (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kendal (Cordia obliqua), manting (Syzygium polyanthum), dan kepuh (Sterculia foetida).

Terdapat 26 jenis mamalia di antaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis rusa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Satwa banteng merupakan maskot khas dari Taman Nasional Baluran. Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung di antaranya termasuk yang langka seperti layang-layang api (Hirundo rustica), ayam hutan merah (Gallus gallus), kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros rhinoceros), tuwuk atau tuwur asia (Eudynamys scolopacea), burung merak (Pavo muticus), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus).

Terdapat 155 jenis burung langka antara lain Walet ekor jarum (Hirundapus caudutus), Banteng (Bos javanicus), Ajag (Cuon alpinus), Kijang (Muntiacus muntjak), Burung merak (Pavo muticus), Ayam hutan (Gallus sp.), Macan tutul (Felis pardus), Kucing bakau (Felis viverrina) dan lain-lain. 

Taman Nasional Alas Purwo: Hutan Tua Di Ujung Timur Pulau Jawa 
Alas Purwo
“Jangan tinggalkan apapun kecuali telapak kaki dan jangan mengambil apapun kecuali foto. Alam itu pasrah kepadamu”.
Itu tulisan yang terpampang di salah satu pintu masuk ke Taman Nasional Alas Purwo. Sebuah pesan kuat bagi siapapun agar turut menjaga kelestarian hutan yang berusia sangat tua di ujung timur Pulau Jawa. Hutan lebat terhampar seluas 43.420 hektar yang keberadaannya terus dijaga dan dilindungi dari tangan-tangan keji perusak alam.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan hutan tropis alami dan termasuk yang tertua di Pulau Jawa. Taman nasional ini merupakan hutan hujan paling alami di Indonesia, bahkan mungkin di Asia. Di Taman Nasional Alas Purwo, Anda dapat melihat banteng jawa, burung merak, babi hutan, rusa, serigala hutan, ular pyton, dan hewan lainnya termasuk macan tutul dan  harimau jawa.
Pepohonan menjulang tinggi berdiameter besar dengan umur ratusan tahun. Pohon tersebut berdiameter rata-rata 30 cm dan tinggi 10-15 meter. Tanaman yang berhasil diidentifikasikan di Alas Purwoada sekitar 580 jenis. Anda akan menikmati indahnya hutan sawo kecik (manilkarakauki), bumbu manggong, dan pohon lainnya termasuk nyamplung (calophyllum inophyllum), ketapang (terminalia cattapa), serta kepuh (stercullia foetida).
Menyusuri jalanan hutannya Alas Purwo maka Anda akan disambut suara kicau burung trucak bali, trucak hijau, hingga merak dan rusa (cervus timorensis) yang dengan mudahnya terlihat mengendap di antara pepohonan. Sesekali Anda mungkin menemui beberapa kijang (muntiachus muncjak) bertanduk gagah, kera ekor panjang, lutung, ayam hutan, burung kangkareng (antracoceros coronatus), rangkong, cekakak jawa abu-abu (macaca fascicularisl), ayam hutan (ghalus ghalus), rangkong (buceros undulatus), dan bisa juga banyak burung merak (pavomuticus).
Anda dapat memuaskan kegemaran berpetualang menembus hutan, mengamati satwa di Sadengan atau berkunjung ke gua-gua yang sejak zaman dahulu sudah sering dijadikan tempat bersemedi.  Gua-gua di wilayah ini di antaranya adalah Gua Istana, Gua Putri dan Gua Padepokan. Ada pula Gua Macan yang dianggap memiliki nuansa mistis tinggi. Menurut cerita masyarakat setempat, di tempat tersebut Bung Karno pernah bertapa. Gua-gua tersebut dapat dicapai dari Pos Pancur sejauh 2 km dengan berjalan kaki.
Taman Nasional Alas Purwo benar-benar hutan tua, tempat yang dapat menginspirasi cerita-cerita kuno komik dan film silat. Sejatinya memang dahulu hutan ini menjadi tempat orang tertentu menguatkan kesaktian ilmu kanuragan atau bagi mereka yang ingin melepaskan diri dari kemewahan kehidupan duniawi.
Selain Gua meditasi, ada juga Situs Kawitan dan pura Hindu yang juga berumur tua. Uniknya tempat peribadatan ini berada di tengah hutan Taman Nasional Alas Purwo. Pura tersebut bernama Pura Luhur Giri Salaka dan masih banyak dikunjungi pemeluk Hindu pada hari suci Pager Wesi setiap 210 hari.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Alas Purwo mayoritas berasal dari Mataraman Kuno yang berbudaya Jawa Tradisional. Oleh karena itu, tradisi kejawen masih lestari di sini seperti bertapa atau bersemedi yang masih sering dilakukan masyarakatnya. Pada hari-hari tertentu seperti malam 1 Suro, bulan purnama, atau bulan mati, masyarakat Hindu Bali dan ahli kebatinan Jawa sengaja datang ke taman nasional ini untuk meditasi atau melaksanakan upacara keagamaan.

Di Pancur ada sungai yang mengalir ke laut dari pantai yang agak terjal sepanjang tahun. Pancur menjadi pintu masuk petualangan Anda menuju gua-gua dan areal berselancar di Pantai Plengkung (G-Land). Di sini juga terdapat masjid, penginapan, dan warung-warung makan.

Taman Nasional Alas Purwo
Di Pantai Trianggulasi yang berpasir putih bersih dapat Anda lihat tempat bertelurnya empat jenis penyu, yaitu penyu belimbing, penyu sisik, penyu abu-abu, dan penyu hijau. Waktu yang tepat untuk kegiatan ini adalah pada April-November.

Di Ngagelan  juga menjadi tempat penetasan dan penangkaran penyu. Dari tujuh jenis penyu di dunia, enam jenis penyu terdapat di Indonesia, empat diantaranya adalah penyu belimbing, penyu sisik, penyu abu-abu, dan penyu hijau. Pantai Ngagelan dapat Anda capai sekira 3 km dari Rawabendo melalui Jalan Makadam.

Di Tanjung Sembulungan Anda dapat menikmati panorama pegunungan dan hutan yang berbatasan dengan Pantai Muncar. Selain juga terdapat tebing-tebing karang yang eksotik. Di Makam Gandrung sering dijadikan lokasi selamatan nelayan Muncar. Biasanya setiap 15 Suro dilakukan upacara petik laut dengan melarung aneka jenis sesaji.

Di Cunggur merupakan daerah burung migran asal Australia di musim dingin menuju Asia untuk mencari makan.

Di Kayu Aking terdapat pantai berpasir putih seluas 12 km sepanjang bibir pantainya. Letaknya berbatasan langsung dengan Selat Bali.

Di Bedul ada Segoro Anakan sebagai kawasan wisata bahari dan identik sebagai hutan mangrove termasuk yang terbesar se-Asia. Wilayah tersebut juga menjadi tempat breeding area dan nesting area beberapa jenis burung air seperti bangau tong tong, pecuk ular, trinil, raja udang, dan pelikan trinil. Selain itu, Bedul juga menjadi salah satu tempat yang digunakan masyarakat sekitar untuk mencari kerang, udang, kepiting, dan ikan dengan alat-alat tradisional. Hal tersebut justru menjadi daya tarik untuk Anda amati sembari berkeliling dengan perahu kayu yang unik yaitu “gondang ganding”.

Setelah mengunjungi Bedul, sebaiknya Anda kembali lagi ke Rowobendo, lalu putar ke arah Sadengan. Sadengan berada tak jauh dari pintu masuk Rawabendo, atau 3 km Jalan Makadam melalui pepohonan jati yang berusia tua. Di Sadengan ada tempat penggembalaan buatan seluas 80 hektar yang dilengkapi menara pandang untuk menikmati atraksi beragam hewan di rerumputan luas. Dari situ, Anda dapat lihat aneka satwa liar seperti banteng, kijang, rusa, kancil, babi hutan, dan burung merak.

Wisata D.I Yogyakarta

Yogyakarta atau kadang di ditulis Jogjakarta telah dikenal dengan julukan “Keindahan Asia yang Tiada Akhir”. Banyak yang mengatakan bahwa hanya sekali mengunjugi Yogyakarta tidaklah cukup.
Sejumlah hal yang bisa Anda rasakan di Jogja akan menjadi luar biasa. Anda dapat mulai dari keindahan alamnya, kekayaan seni dan tradisi dan warisan budaya, hingga berwisata kuliner. Inilah sebabnya mengapa Jogja menjadi tujuan wisata paling sering dikunjungi kedua di Indonesia setelah Bali.
Ada sekitar 70.000 industri kerajinan dan fasilitas lain seperti akomodasi dan transportasi. Sejumlah restoran, agen perjalanan, dan sarana pendukung pariwisata yang layak, dan polisi pariwisata yang di kenal sebagai Bhayangkara Wisata.
Kondisi geografis Jogjakarta yang sangat mendukung, cuaca yang bersahabat memastikan Anda dapat merencanakan perjalanan dengan baik. Pemandangan yang indah sepanjang jalan membuat perjalanan Anda ke setiap tujuan menjadi berarti dan berkesan.
Terdapat sekitar 31 tempat wisata budaya dan 19 wisata alam yang indah untuk Anda jelajahi. Datanglah untuk memastikan bahwa Anda tidak melewatkan waktu megunjungi kemegahan candi Borobudur dan Prambanan serta melihat langsung kerajinan perak di Kotagede.
Selain itu Anda juga dapat mengunjungi Gua Selarong, Pantai Pandansimo, Gunung Gajah, atau Benteng Vredeburg. Untuk mengatahui sejarah kesultanan maka datanglah ke Keraton Yogyakarta dan Tamansari.
Perjalanan ke Jogja tidak akan lengkap tanpa merasakan Jalan Malioboro sebuah surga belanja. Deretan toko dan outlet menjual beragam cenderamata yang bisa Anda bawa pulang. Di sini Anda dapat mencoba kemampuan tawar-menawar dengan penjual.

Sejarah

Jogjakarta membentang dari lereng Gunung Merapi di utara hingga  ke pantai Samudera Hindia di selatan. Di sinilah berada Kerajaan Besar di Jawa yaitu Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat.

Jogjakarta (Jogja) bermula tahun 1755, ketika Mataram dibagi menjadi dua yaitu ke Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta (Solo). Pangeran Mangkubumi membangun Keraton Yogyakarta dan menciptakan salah satu negara Jawa yang paling kuat yang pernah ada. 

Kantor Pariwisata
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta
Jl. Suroto No. 11 Kotabaru Yogyakarta  kodepos 55224
Email: pariwisata@jogjakota.go.id
Telp. 0274-588025
Website : http://pariwisata.jogjakota.go.id/

Keraton Yogyakarta: Cermin Kosmologi dan Arsitektur Jawa yang Kental


Keraton Yogyakarta adalah sebuah kompleks besar yang dirancang dengan teliti sebagai cerminan kosmologi Jawa. Inilah contoh arsitektur tradisional Jawa yang tidak ada bandingannya. Dirancang dan dibangun secara bertahap hingga selesai tahun 1790.

Paviliun Kompleks Keraton Yogyakarta dibangun menurut kepercayaan kuno dan masing-masing fitur kompleks seperti halaman hingga pohon memiliki arti simbolis khusus berkaitan dengan filsafat Jawa yang kompleks.

Keraton ini dibangun menghadap langsung ke arah utara Gunung Merapi. Di bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia yang diyakini sebagai tempat tinggal Nyi Loro Kidul, Ratu Laut Selatan dan dianggap sebagai permaisuri mistis sultan. Jalan Malioboro awalnya digunakan sebagai rute upacara dan membentuk sebuah garis lurus yang ditarik dari istana ke Gunung Merapi. 
Sebuah alun-alun menghadap istana dengan pohon beringin besar di tengahnya, sementara di belakang istana juga terdapat alun-alun serupa. Ketika sultan meninggal, maka akan diadakan arak-arakan mulai dari gerbang selatan menuju makam para raja di Imogiri.

Istana ini dirancang lebih dari sekedar tempat tinggal kerajaan tetapi juga untuk menjadi titik pusat dari kegiatan sultan. Saat ini, Keraton adalah bagian dari sejarah hidup dan tradisi masyarakat Jawa. Digunakan  selain sebagai rumah sultan juga untuk acara kebudayaan dan upacara penting Keraton Yogya.

Sultan Hamengkubuwono X tetap menjadi penguasa dan pemilik gelar Sultan Yogya meskipun Yogya telah menjadi salah satu provinsi yang istimewa dalam Republik Indonesia. Sultan Yogya juga sekaligus merupakan gubernur provinsi Yogyakarta. Hingga kini sultan masih dianggap sebagai kepala budaya di Yogyakarta dan sangat dicintai oleh rakyatnya.

Meski dengan modernisasi yang dialami Yogyakarta namun Keraton Yogya tetap dihormati masyarakatnya yang mendalami mistisisme dan ilmu filsafat. Sore hari setelah keraton tertutup bagi pengunjung, para wanita dengan kostum tradisional Jawa terlihat sedang menyiram air dan bunga di pilar-pilar keraton dan menyalakan dupa untuk "membersihkan" keraton dari roh jahat.


Di sini Anda dapat berjalan-jalan di sekitar istana dan menelusuri setiap detail kecil di kompleks kerajaan. Saat Anda memasuki istana maka Anda akan menapakkan kaki ke tempat yang sejuk dan tenang, tempat yang jauh dari terlepas dari panas, keramaian, dan hirup pikuk dunia luar. Menikmati suasana damai sambil berjalan-jalan di sekitar istana.

Di pintu masuk utama, Anda akan melihat sebuah penghalang besar atau baturana yang dirancang untuk mencegah roh jahat masuk. Hal ini diyakini bahwa roh jahat sulit untuk berbelok ke sudut dan lebih memilih untuk berjalan lurus.

Saat Anda pertama kali mendekati istana maka berjalan melalui sebuah paviliun atau pagelaran tempat kementerian sultan dan pasukannya berkumpul. Saat ini ruangan ini digunakan untuk pertunjukan musik dan teater pada acara-acara khusus seperti ulang tahun sultan.

Di belakang paviliun pertama terdapat Siti Hinggil atau 'Tanah yang dipertinggi’ untuk  penobatan raja. Anda dapat membayangkan langsung bagaimana kehidupan seorang calon sultan saat berdiri di sini dengan cemas menunggu untuk dinobatkan.

Sebagian besar paviliun atau "pendopo" adalah bangunan dengan ruang udara terbuka sampingnya, dihiasi oleh pilar-pilar berukir hiasan indah.


Salah satu bangunan yang paling mengesankan di sini adalah Bangsal Kencono adalah 'paviliun bertahtakan emas'. Bangunan megah ini merupakan contoh kesenian Jawa yang mencerminkan keragaman agama dan budaya daerah. Atap paviliun yang dihiasi dengan pola Hindu merah, dengan kelopak teratai Budha berwarna emas di dasarnya, sedangkan pilar didekorasi dengan kaligrafi Arab hijau dan emas mengutip ayat dari Quran.

Pada sisi selatan dan timur halaman terdapat serangkaian kamar serba guna. Salah satu kamar-kamar ini digunakan untuk mempersiapkan teh untuk sultan setiap hari. Jika Anda beruntung mungkin Anda dapat melihat prosesi pagi hari saat para pelayan wanita setengah baya berjalan membawa teh di bawah payung kerajaan.
Paviliun lain digunakan sebagai pengadilan, di mana persidangan diselenggarakan.

Di mana-mana Anda akan melihat laki-laki dan perempuan mengenakan kostum tradisional sedang berjalan-jalan dan duduk yang merupakan rombongan pengadilan dan penjaga. Anda tidak akan menemukan penjaga militer di sini, karena Keraton diyakini dilindungi oleh kekuatan makhluk halus.

Sebelum Anda pergi, lihatlah kereta kerajaan yang dipajang di kandang Rotowijayan. Hiasan indah pada kereta ini adalah hadiah dari Belanda. Beberapa kereta memiliki fungsi khusus seperti Kyai Rotopraloyo sebagai kereta khusus untuk membawa peti mati sultan ke pemakaman kerajaan.

Akses masuk ke rumah untuk Sultan dan keluarganya adalah melalui pintu masuk yang terpisah, jauh dari pintu gerbang pengunjung. 

Parangtritis : Tempat Mistis dan Pemandangan Laut yang Spektakuler: Tempat Mistis dan Pemandangan Laut yang Spektakuler

Melarikan diri dari kesibuan kota dengan berkunjung ke pantai Parangtritis yang mistis dimana tebing batu yang menjulang tinggi berdiri dramatis di tepi pantai. Pantai ini dipenuhi pasir vulkanik hitam yang berkilauan di bawah sinar matahari. Jaraknya yang hanya sekitar 28 km dari Yogya, menjadikan perjalanan dan kunjungan ke pantai ini bisa di lakukan hanya dalam sehari. Mendengarkan gemuruh ombak, merasakan air laut menyentuh kaki Anda dan merasakan udara pantai yang sejuk membelai kulit Anda merupakan pengalaman yang luar bisa. Di sini Anda juga bisa melihat beberapa bukit yang hijau subur.
Dengan ombaknya yang lumayan besar dan air lautnya yang asin akan membuat Anda merasa segar kembali. Pada malam hari, cahaya bintang di atas pantai yang berwarna hitam keperakan memberikan kesan yang mistis, dan tidak akan sulit untuk memahami mengapa kesan mistis ini menyeruak di hati Anda, karena ada banyak mitos lokal tentang daerah ini. Seluruh daerah ini dipenuhi dengan pantai, gua, danau, jalan dan kuburan, berdiam dengan cerita mistis mereka masing-masing.
Apa yang membuat Parangtritis terlihat indah adalah karena pantai ini bukan hanya merupakan tempat liburan yang mempesona, namun juga merupakan tempat suci atau kramat. Menurut legenda, ketika Anda berkunjung ke sini Anda sedang memasuki kediaman Kanjeng Ratu Kidul, Ratu dari Pantai Selatan yang dikenal dengan pakaianya yang berwarna hijau. Untuk alasan ini, Anda dilarang untuk memakai pakaian berwarna hijau ketika berada di kawasan pantai ini karena Ratu Pantai Selatan akan murka.

Penduduk di sini terus menghormati kekuatan dari Ratu Pantai Selatan. Setiap tahunnya di Parangkusumo, 1 km di barat Parangtritis, Sultan Yogya membuat upacara persembahan kepada Ratu, yang diyakini sebagai permaisuri Sultan yang mistis. Orang Jawa lainnya juga dapat memberikan persembahan ketika mereka meminta bantuan, bimbingan atau berkah dari ratu pantai selatan ini.  

Goa Jomblang: Menikmati ‘Cahaya Surgawi’ dari sebuah Goa Istimewa di Yogyakarta 
 Selain warisan budaya yang kaya dan lestari, Yogyakarta juga dikelilingi alam nan indah. Mulai dari Gunung Merapi hingga Pantai Parangtritis yang menawarkan nuansa mistik.Tidak terkecuali  juga untuk kawasan batu karst Sewu yang membentang dari Kabupaen Gombong di Jawa Tengah hingga ke Kabupaten Pacitan di Jawa Timur. Anda dapat menemukan sebuah gua yang menawarkan petualangan istimewa.

Tempat yang dimaksud adalah Goa Jomblang yang terletak di Desa Jetis Wetan, Kecataman Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Tepatnya berada sekira 50 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, atau 10 kilometer dari Wonosari, ibukota Kabupaten Gunung Kidul. Meskipun belum familiar di telinga wisatawan umum namun pecinta alam dan backpackers sudah mengenalinya. Pada 2011, Goa Jomblang diperkenalkan ke dunia lewat tayangan CBS TV reality game show, The Amazing Race.

Goa Jomblang sebenarnya adalah salah satu dari ratusan goa yang ditemukan di Gunung Kidul. Jomblang adalah goa vertikal yang dibentuk oleh proses geologi ketika tanah dan semua vegetasi di atasnya runtuh ribuan tahun yang lalu. Goa Jomblang memiliki mulut goa dengan diameter 50 meter yang sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk. Goa vertikal secara lokal disebut sebagai Luweng, itulah sebabnya mengapa goa ini dikenal sebagai Luweng Jomblang.

Untuk menyisir ke dalam Goa Jomblang, Anda harus memiliki kemampuan caving yang memadai dan siap sedia dengan alat seperti Rope Technique Tunggal (SRT) yaitu tali yang digunakan untuk naik turun gua secara vertikal. Akan tetapi, bukan berarti pemula tidak bisa menikmatinya.Ada banyak penjelajah goa profesional yang dapat membimbing Anda untuk mencapai dasar goa.

Tersedia 4 trek berbeda dengan ketinggian bervariasi. Pertama adalah VIP trek yang memiliki 15 meter rute jalan kaki di atas lereng curam dan 20 meter rute SRT. VIP trek dikenal sebagai rute paling umum dan paling mudah. Tiga trek lainnya memberikan tantangan lebih sulit karena pengunjung harus menuruni garis SRT dengan ketinggian 80 meter untuk trek A, 60 meter untuk trek B dan 40 meter untuk trek C.

Ini akan menjadi petualangan yang tidak terlupakan ketika kaki Anda telah menapak ke dasar goa. Meskipun sangat dalam, sinar Matahari masih dapat menyusup. Anda pun dapat menemukan pepohonan rimbun, lumut, tanamah pakis dan semak-semak yang menjadi interior alam dari goa. Disebut juga hutan alam karena flora di sini tidak pernah berhenti tumbuh sehingga membentuk ekologi yang unik.

Sekira 500 meter dari dasar goa terdapat lorong alami yang mengubungkan Goa Jomblang dengan Goa Grubug. Anda akan disambut dengan stalagmit hijau kecokelatan. Sinar Matahari yang menembus kegelapan menciptakan tontonan menakjubkan yang sulit Anda temukan di tempat lain. Cahaya itulah yang menerangi stalaktit dan stalagmit sehingga lantai gua begitu cantik. Bahkan sebagian orang menyebutnya dengan ‘Cahaya Surgawi’.

Di utara stalagmit terdapat sungai. Saat musim kemarau, Anda bisa menjelajahinya dengan perahu karet. Sungai ini mengubungkan dasar Gua Grubug dengan beberapa gua lain di kawasan pegunungan karst. Akan tetapi, selama musim hujan, debit air meningkat tajam dan signifikan sehingga perahu tidak dianjurkan untuk beroperasi.