Jumat, 21 November 2014

Wisata Jambi

Provinsi Jambi dengan total wilayah sekitar 5.343.700 hektar terdiri dari 9 kabupaten dan 1 kotamadya. Jambi adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatra. Jambi juga merupakan nama sebuah kota di provinsi ini yang merupakan kota ibukota provinsi. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang ibukota-nya bernama sama dengan nama provinsinya, selain Bengkulu dan Gorontalo.
Topografi Provinsi Jambi berbeda-beda mulai dari wilayah daratan di sebelah Timur dan kabupaten Kerinci. Sumber daya alam dengan keanekaragaman hayati yang kaya terdapat di 4 taman nasional seperti Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Berbak, Taman Nasional Bukit Dua Belas, dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Masing-masing taman nasional memiliki karakteristik dan tipe keanekaragaman hayati yang berbeda.  
Dengan suhu udara berkisar antara 23 °C s.d 31 °C dan luas wilayah 53,435 km2 diantaranya sekitar 60% lahan merupakan kawasan perkebunan dan kehutanan yang menjadikan kawasan ini merupakan salah satu penghasil produk perkebunan dan kehutanan utama di wilayah Sumatera. Kelapa sawit dan karet menjadi tanaman perkebunan primadona.


Sejarah

Jambi merupakan pusat Kerajaan  Melayu Kuno. Jambi dipengaruhi kebudayaan Melayu sejak abad ke-7, namun dibayangi oleh kerajaan tetangga yang besar pada saat itu yaitu Kerajaan Sriwijaya. Yi Tsing menghabiskan waktu di Melayu dan dari catatannya dapat disimpulkan bahwa wilayah ini dulu disebut Chan Pi oleh Cina. Melayu lalu menjadi daerah kekuasaan Sriwijaya hingga Majapahit mengambil alih kerajaan ini. Berikutnya masyarakat Minangkabau Sumatra Barat mengklaim bahwa wilayah ini adalah miliknya setelah runtuhnya Majapahit. Abad ke-17, VOC bersekutu dengan Sultan Muhammed Nakhruddin dan membuat Belanda berhasil memonopoli perdagangan merica di wilayah ini hingga terbebas tahun 1901.

Jambi didominasi oleh ras Melayu, Jambi juga merupakan rumah bagi suku pedalaman Kubu, Anak Dalam atau lebih dikenal dengan sebutan Orang Rimba. Sebagian anggota suku ini ada yang masih menganut kepercayaan animisme dan menolak pengaruh asing dari luar. Sebagian lagi memutuskan untuk bergaul dengan masyarakat setempat dan meninggalkan adat istiadat.

Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi, sebagian merupakan pendatang yang berasal dari Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Cina dan India. Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam sebesar 90%, sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama Kristen, Hindu dan Budha. Jambi juga merupakan tempat berasalnya kerajaan Malayu di Batang Hari Jambi. Bahasa Melayu Jambi sama seperti Melayu Palembang dan Melayu Bengkulu yang berdialek "o". 

Candi Muarojambi: Meresapi Komplek Percandian Terluas di Pulau Sumatera 
Situs Kepurbakalaan Muarojambi merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari Barat ke Timur sejauh 7,5 km di Tepian Sungai Batang Hari dengan luas kurang lebih 12 kilometer persegi. Sebagian kecil berada di Barat Sungai Batang Hari. Tinggalan di sisi Timur Sungai masuk wilayah administratif Desa Muarojambi dan Desa Danau Lamo. Sedangkan di Barat Sungai berada di Desa Kemingking Dalam, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muarojambi.

Situs Purbakala Kompleks Percandian Muarojambi terletak sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi di tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum diokupasi. Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan pengaruh agama Hindu.

Candi Muarojambi diperkirakan berasal dari abad ke-11 M dibangun pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Candi Muarojambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Situs Percandian Muarojambi merupakan satu kawasan kompleks pusat pendidikan Agama Budha.

Candi Muarojambi merupakan warisan budaya bernilai tinggi dimana bangunan-bangunan candi dan bekas reruntuhannya menunjukkan bahwa di masa lalu Percandian Muarojambi pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha Tantri Mahayana.  Hal ini terlihat dari ragam temuan sarana ritual seperti, Arca Prajnaparamita, reruntuhan stupa, arca gajah singha, wajra besi serta tulisan-tulisan mantra yang dipahatkan pada lempengan emas atau digoreskan pada bata. Diantara bata-bata yang bertulis terdapat suku kata 'Wijaksana'’, kemudian sebutan 'wajra' pada lempengan emas, serta aksara nagari pada batu permata berbunyi 'tra-tra'.

Penemuan lain berupa manik-manik, perhiasan, tembikar, pecahan genting, dan sisa-sisa peralatan rumah tangga yang menunjukkan bahwa kawasan yang mengelilingi kompleks percandian ini juga pernah menjadi kawasan pemukiman, diduga kuat merupakan tempat bermukimnya para biksu dan pelajar Budha di masa lalu.

Selain itu, di situs ini juga ditemukan peninggalan berupa keramik dari Cina masa Dinasti Song (abad ke 11-12 Masehi), yang mengindikasikan adanya hubungan internasional yang telah terjadi pada masa itu. Sementara penemuan keramik Eropa abad ke-19 membenarkan adanya ekskavasi yang pernah dilakukan oleh Perwira Inggris dan sarjana Belanda abad ke 19-20.

Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada beberapa lempeng peninggalan diperkirakan berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar dan kesemuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Dari sekian banyaknya penemuan yang ada daerah itu diperkirakan dahulu wilayah ini menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.

Di dalam kompleks situs tidak hanya terdapat candi tapi juga menyimpan aneka artefak kuno seperti arca, keramik, manik-mani, mata uang kuno dll. Ada 8 kompleks percandian, kolam kuno, yang oleh penduduk setempat dinamai Kolam Telago Rajo, serta diperkirakan lebih dari 60 buah menapo yaitu gundukan tanah reruntuhan sisa bangunan kuno.

Pada mulanya situs Muarojambi tidak banyak dikenal orang dan hanya diketahui penduduk setempat. Baru pada tahun 1820, secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan S.C. Crooke, seorang perwira Inggris ketika bertugas untuk pemetaan Sungai Batanghari.  Ia mendapat laporan dari penduduk setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muarojambi. Selanjutnya tahun 1935-1936, seorang sarjana Belanda yang bernama F.M. Schnitger, dalam ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera sempat melakukan penggalian terhadap situs Muarojambi. Sejak itu Muarojambi mulai dikenal dan mulai 1976 sampai saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian dan preservasi arkeologi untuk menyelamatkan situs dan peninggalan bersejarah di situs Muarojambi ini. Candi ini saat ditemukan merupakan batu merah yang tetumpuk. Beberapa tertumpuk membentuk stupa seperti layaknya candi Budha lainnya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi telah mendaftarkan Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia ke organisasi internasional Unesco di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Langkah ini merupakan upaya untuk menjadikan situs Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia. Nomor registrasi untuk Candi Muarojambi adalah 5695, bahkan Candi Muarojambi sudah menjadi nomor satu dari sekian banyak kekayaan budaya di Indonesia yang diajukan ke Unesco sebagai warisan dunia. Dampak positif dari pengajuan ini kawasan kunjungan wisata akan meningkat di Provinsi Jambi. Selain itu, sastrawan, ilmuan, dan para penulis akan banyak berdatangan untuk meneliti dan menulis tentang candi ini.

Sejak pertengahan tahun 2007, usaha pemugaran dan pembangunan candi dari reruntuhan menapo berhasil ditemukan kembali dilakukan. Pemanfaatan kembali situs ini sebagai bagian dari upacara hari-hari besar keagamaan Agama Budha telah dilaksanakan, bahkan situs ini menjadi pusat pelaksanaan perayaan Waisak yang masuk dalam agenda Nasional disamping Borobudur.

Gunung Kerinci : Ayo Mendaki ke Atap-nya Pulau Sumatera 

Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia yang dikelilingi hutan Taman Nasional Kerinci Seblat dan juga merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Keindahan dan kemegahan alamnya dijuluki sebagai "Sekepal Tanah Surga yang tercampakkan ke Bumi".

Gunung setinggi 3.805 meter diatas pemukaan laut tersebut memanjang dari utara ke selatan dengan lebar 13 km dan panjang 23 km. Kawahnya seluas 600 meter berada di sisi timur laut puncak gunung dengan air berwarna kekuningan yang memukau.

Di kawasan gunung ini tumbuh beragam flora seperti pohon mahoni, bunga raflesia, suweg raksasa (Amorphophallus titanum). Untuk fauna yang ada di dalamnya adalah tapir (Tapirus indicus), kus-kus (Tarsius bancanus), gajah, siamang, gibbon, monyet ekor panjang, dan juga ada sekira 140 jenis burung.

Gunung Kerinci termasuk salah satu gunung yang digemari pecinta alam dan pendaki dari Nusantara maupun mancanegara. Jalur pendakiannya terbilang lengkap mulai dari jalur beraspal, jalur aliran sungai kecil, jalur berbatu cadas, jalur pasir, jalur dengan rumput dan pepohonan tinggi, hingga jalur tanjakan dengan kemiringan 60 derajat.

Pendakian menuju puncak Gunung Kerinci memakan waktu selama dua hari. Untuk itu Anda sangat perlu persiapan cermat dan membawa perlengkapan pendakian. Selama pendakian dipastikan akan Anda temui berbagai hal menantang, mulai dari bentuk jalur pendakian, satwa penghuni hutan Gunung Kerinci, serta berbagai jenis pepohonan dan semak liar hijau.

Pendakian ke puncak Gunung Kerinci akan memberi Anda sensasi dan pengalaman yang sulit diungkapkan kata-kata. Kicauan burung, suara binatang hutan, hingga merasakan segarnya air gunung membasahi dahaga saat pendakian.

Setibanya di puncak maka tidak ada yang bisa menandingi upah dari pendakian yang melelahkan yaitu sensasi kepuasan batin. Anda akan merasa sangat kecil di hadapan alam semesta ini dengan nuansa pepohonan lebat tinggi membenamkan rasa bahwa Bumi adalah rumah sejati Anda yang perlu dijaga.

Pemandangan luar biasa indah diatapi cakrawala membentang biru. Anda akan menyaksikan kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh, bahkan juga Samudera Hindia yang membentang indah di kejauhan. Inilah sebuah pengalaman yang tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang.

Pendakian ke puncak Gunung Kerinci memerlukan waktu dua hari melalui medan cukup berat. Apabila Anda ingin mendaki ke Gunung Kerinci maka wajib melapor sebelumnya ke Taman Nasional Kerinci Seblat di Sungai Penuh. Tentunya Anda juga perlu dengan cermat membawa perlengkapan pendakian dan persiapan fisik yang prima. Pendakian umumnya terdiri atas beberapa orang dalam satu tim dengan dibantu pemandu. Mereka yang ingin medaki juga dapat membayar jasa pengangkut barang atau porter dengan tarif yang sudah ditentukan. Pemandu bisa di Sungai Penuh atau Kersik Utara dan berperan membantu perizinan pendakian.

Pendakian dimulai dari Pos Kersik Tuo di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro. Kemudian menuju pos penjagaan TNKS atau R10 dengan melewati perkebunan teh sekitar 45 menit. Di pos R10 semua pendaki akan didata untuk memastikan jumlah pendaki. Dari R10 menuju ke Pintu Rimba waktu tempuhnya sekira 1 jam perjalanan dengan jalur beraspal. Di sini Anda dapat menemukan endapan air yang berasal dari air hujan.

Pos selanjutnya adalah Pos Bangku Panjang berjarak sekitar 2 km dari pos sebelumnya. Jalurnya sedikit landai karena merupakan kawasan hutan heterogen. Di pos ini Ada dua buah shelter untuk beristirahat. Dari sini menuju pos Batu Lumut membutuhkan waktu tempuh sekitar 45 menit.

Berikutnya menuju Pos 1 sekitar 1,5 jam sekitar 2 km dengan medan terjal kemiringan hingga 60 derajat. Di sini ada sebuah pondok untuk istirahat. Untuk menuju Pos 2 dibutuhkan waktu sekitar 2 jam menempuh jarak sekitar 3 km dengan medan landai, di sini juga ada sebuah pondok. Pos 3 berjarak sekitar 2 km, pendakian menuju pos ini memakan waktu sekitar 3 jam. Di Pos 3 Anda dapat mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutkan pendakian esok harinya. Menuju Pos 4 memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan jarak tempuh sekitar 1,5 km dan pos ini merupakan pos terakhir sebelum menuju puncak Gunung Kerinci.

Saat Anda tiba di puncaknya maka pastinya kepuasan batin akan menjadi pengalaman yang takan terlupakan. Saksikanlah bentangan pemandangan yang menakjubkan. Anda akan melihat kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh. Nampak pula Samudera Hindia yang membentang indah serta hamparan hutan yang luas dan perkebunan teh berwarna hijau. 

Danau Kerinci 
Pemandangan di sekitar danau ini begitu menawan. Mata Anda tak akan bosan melihat hamparan air yang jernih dilatarbelakangi barisan pegunungan yang anggun. Di tengah danau terlihat perahu-perahu nelayan sedang mengarungi permukaan airnya yang tenang. Di desa-desa sekitar danau, terdapat sejumlah batu berukir peninggalan masa megalit dari 2.000 tahun yang lalu.
Danau Kerinci terletak di kaki Gunung Raja dan merupakan danau vulkanik  seluas 4.200 hektar dengan kedalaman 110 meter, dengan ketinggian 783 meter di atas permukaan laut dan memiliki kelililing sepanjang 70 km. Secara administratif termasuk dalam Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau.
Danau Kerinci merupakan danau kedua terbesar di Sumatera. Keindahannya selalu dikaitkan dengan legenda yang ada di Kerinci. Adalah Calupat dan Calungga dua bersaudara kembar yatim piatu yang tinggal di kaki Gunung Kerinci. Mereka memiliki pusaka Merah Delima dan Batu Putih peninggalan orang tuanya. Suatu hari Calungga pergi berburu seorang diri, dalam perjalanan ia menemukan sebutir telur raksasa. Telur itu kemudian dibawa pulang untuk diperlihatkan kepada Calupat adiknya namun ternyata Calungga memutuskan untuk memakan telur itu seorang diri. Setelah menyantap telur raksasa, Calungga kehausan tetapi ternyata kehausan Calungga berbeda. Ia meminum air sungai sekitar Gunung Kerinci yang menyebabkan sungai menjadi kering. Tubuh Calungga lama-kelamaan berubah, memanjang dan memiliki sisik-sisik emas sebesar nyiru. Calungga berubah menjadi seekor naga raksasa dengan batu mustika merah delima di kepalanya. Untuk menguji kesaktiannya, Naga Calungga memohon kepada segala dewa di bumi sakti alam Kerinci agar dapat menggenangi lembah dengan air sehingga terbentuklah danau besar. Putaran tubuh naga tersebut membentuk sebuah danau yang sekarang disebut Danau Bento di kaki Gunung Kerinci.
Calupat adik Calungga tak kuasa hidup seorang diri, ia minta naga Calungga mengantarkannya ke perkampungan penduduk di sebelah Timur matahari terbit agar ia dapat hidup berdampingan dengan penduduk. Maka ditiup oleh sang naga sebuah muara dengan angin sakti yang sekarang ini menjadi sebuah sungai yang dinamai Sungai Muara Angin (Sungai Batang Merangin). Kemudian air menyusut karena terbawa arus naga Calungga yang menghilir ke Timur sehingga berobah menjadi sebuah lembah yang dinamai Renah Kerinci dan sebuah danau yaitu Danau Kerinci sekarang. Pada saat kedatangan mereka dihadapan penduduk sepanjang aliran sungai besar, Calupat duduk di atas kepala naga. Maka penduduk saat itu juga langsung menobatkan Calupat sebagai raja yang bergelar Sang Hyang Jaya Naga.
Kabupaten Kerinci memiliki beragam kesenian daerah bernuansa Islami yang ditopang kelompok-kelompok seni tersebar di berbagai daerah perdesaan. Pertunjukan kesenian daerah umumnya dikaitkan dengan acara serimonial seperti pernikahan, menyambut kelahiran seorang bayi, peresmian rumah tempat tinggal, acara sunatan anak laki-laki, dan bentuk acara lainnya. 

Danau Gunung Tujuh: Danau Para Dewa yang Menyimpan Pesona Sekaligus Misteri

Danau Gunung Tujuh adalah danau yang indah dan unik di Indonesia. Danau ini berada di puncak Gunung Tujuh dan menjadi salah satu danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara dengan luas sekira 960 hektar, panjang 4,5 km, serta lebar 3 km. Ketinggian danau tersebut sekira 1,950 meter di atas permukaan laut. Lokasinya berada di Desa Pelompek, Kecamatan Ayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi.

Karena letaknya di atas gunung, menjadikan suasana danau masih asri dan alami. Udara segar, panorama hijau, dan air danau yang jernih menyuguhkan keindahan yang mampu membuat Anda betah untuk berlama-lama menikmati pemandangannya. Selain sebagai tempat melepas penat dan bersantai, danau ini juga digunakan sebagai sumber mata pencaharian nelayan setempat.

Danau Gunung Tujuh adalah danau vulkanik nan menawan yang tercipta karena proses letusan gunung api yaitu Gunung Tujuh di Kabupaten Kerinci. Letusan gunung tersebut menyebabkan terbentuknya sebuah kawah besar yang kemudian terisi oleh air hujan sehingga membentuk sebuah danau. Danau Gunung Tujuh mengaliri beberapa sungai di Jambi, salah satu alirannya bermuara di Sungai Batanghari.

Danau gunung tujuh memiliki luas sekira 12.000 m² dan termasuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Semblat sehingga di sini Anda berkesempatan untuk mendakinya selepas mengunjungi danau ini.

Dinamai Danau Gunung Tujuh karena dikelilingi tujuh puncak gunung di sekitarnya. Gunung-gunung tersebut, yaitu: Gunung Hulu Tebo (2.525 meter), Gunung Hulu Sangir (2.330 m), Gunung Madura Besi (2.418 m), Gunung Lumut yang ditumbuhi berbagai jenis lumut (2.350 m), Gunung Selasih (2.230 m), Gunung Jar Panggang (2.469 m), dan Gunung Tujuh (2.735 m).

Keberadaan danau ini beriring dengan cerita legenda masyarakat setempat sebagai tempat berdiamnya kekuatan supranatural dari dua mahluk halus yang menjaganya yaitu Lbei Sakti dan Saleh Sri Menanti dengan pengikutnya yang berwujud harimau. Penuturan lain menceritakan bahwa danau ini dihuni sepasang naga. Naga jantan menghuni danau dan naga betina menghuni hulu sungainya. Masyarakat Kerinci mengenali Danau Gunung Tujuh sebagai Danau Sakti. Hal tersebut dikaitkan dengan air danau yang senantiasa bersih dimana dedaunan yang jatuh dari pohon di sekitar danau tidak nampak di airnya. Sering pula diceritakan terjadi perubahan cuaca secara tiba-tiba di danau ini. Sebagian warga sekitar menyebutnya danau ini dengan nama Danau Para Dewa yang menyimpan pesona sekaligus misteri.

Melewati perkebunan penduduk dan hutan dengan keragaman flora dan faunanya saat menuju Danau Gunung Tujuh akan menjadi pengalaman mengesankan. Hamparan gunung terlihat indah dari kejauhan yang akan memuaskan batin Anda setelah pendakian. Di danau ini Anda bisa bersantai menikmati panorama menawan sekitar danau.

Di di pinggir danau terdapat hamparan pasir putih yang menyerupai pasir pantai. Biasanya pengunjung mendirikan tenda untuk berkemah di sini. Saat pagi hari kadang ada yang berkumpul di pinggir danau untuk menyaksikan Matahari terbit.

Apabila Anda datang berkelompok maka mengapa tidak berkemah di pinggir danau. Kegiatan tersebut akan sangat sempurna untuk merasakan suasana alam yang hening dan tenang jauh dari kebisingan kota. Di sini juga Anda dapat memancing atau menyewa perahu nelayan untuk berkeliling danau. Perahu nelayan tersebut terbuat dari satu kayu bulat utuh berdiameter 30-40 cm yang dibentuk seperti perahu.

Danau Gunung Tujuh masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Semblat sehingga memberi Anda kesempatan untuk menjelajahi hutan sekitarnya. Berbagai jenis satwa khas di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah: harimau sumatera, siamang, beruang madu, babi hutan, tapir, bermacam burung, dan berbagai jenis kupu-kupu. Tumbuhannya pun beragam dengan primadonanya adalah jenis anggrek alam dan bunga kantong semar. 

Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi: Berinteraksi dengan Suku Anak Dalam 
Pulau Sumatera merupakan surga hutan rimba di Indonesia selain Kalimantan. Bahkan, hutan-hutan di Sumatera ini merupakan salah satu cagar biosfer penting di dunia. Hutan rimba di Sumatera memanjang dari Aceh hingga ke Lampung dan hampir semuanya berpotensi tinggi untuk industri pangan dan pariwisata.

Adalah Taman Nasional Bukit Duabelas di Provinsi Jambi, merupakan hutan yang menjadi rumah bagi Orang Rimba atau lebih dikenal dengan sebutan Suku Anak Dalam Jambi. Taman Nasional Bukit Duabelas berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Bungo Tebo, dan Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi.

Memiliki luas yang relatif kecil diantara taman nasional lain namun luas petualangannya lebih dari keinginan para penjelajah.Taman Nasional Bukit Duabelas memiliki luas 60.500 hektar dan berada di ketinggian 50 - 400 meter di atas permukaan laut. Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan kawasan hutan hujan tropis dataran rendah. Topografinya bervariasi mulai dari dataran rendah, bergelombang, sampai yang berbukit. Bagian utara wilayah ini merupakan hutan primer dan sisanya merupakan kawasan gundul akibat penebangan liar yang dilakukan beberapa perusahaan yang ingin menjadikan hutan ini sebagai hutan produksi. Akan tetapi, kini kawasan sisa ini sudah mulai mengalami reboisasi dan fungsinya dikembalikan kesemula yaitu sebagai hutan hujan tropis. Nyatanya, kini hutan ini pun merupakan lumbung air bagi Provinsi Jambi.

Taman Nasional Bukit Duabelas menjadi habitat dari beberapa satwa langka Sumatera diantaranya adalah: tapir (Tapirus), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis nebulosa diardi), kancil (Tragulus javanicus kanchil), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), kijang (Muntiacus muntjak montanus), meong congkok (Prionailurus bengalensis sumatrana), lutra Sumatera (Lutra sumatrana), ajag (Cuon alpinus sumatrensis), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), elang ular bido (Spilornis cheela malayensis), dan masih banyak lagi lainnya.

Sedangkan flora yang tumbuh di kawasan indah ini adalah: bulian (Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea sp.), kempas (Koompassia excelsa), jelutung (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp.)dan rotan (Calamus sp.). Tidak hanya itu, terdapat kurang lebih 120 jenis tumbuhan termasuk cendawan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan obat.

Taman Nasional Bukit Duabelas adalah rumah bagi Suku Anak Dalam. Jadi berkunjung ke Bukit Duabelas untuk bertemu mereka merupakan kegiatan yang menarik. Bahkan, tidak sedikit orang sengaja berkunjung ke Taman Nasionl Bukit Duabelas hanya untuk merasakan hidup bersama keseharian Suku Anak Dalam. Suku Anak Dalam diyakini merupakan orang Maalau Sesat. Keberadaan mereka di dalam hutan belantara Jambi karena melarikan diri dari serangan musuh dan keran tidak ingin dikuasai dan diperintah oleh musuh. Cerita lain menyebutkan bahwa Suku Anak Dalam berasal dari Pagaruyung yang mengungsi ke Jambi. Cerita ini didukung dengan kesamaan bahasa dan adat yang dimiliki suku ini dengan suku Pagaruyung di Minangkabau. Salah satu kesamaan adat mereka adalah sistem Matrilineal. Mereka bertahan hidup di dalam hutan dengan berburu, bercocok tanam dan memancing.

Saat ini, sejumlah agen perjalanan atau pariwisata di Jambi banyak yang menawarkan perjalanan ke Taman Nasional Bukit Duabelas untuk mengunjungi Suku Anak Dalam. Berikut salah satu agen perjalanan yang bisa mengantar Anda bertemu dengan Suku Anak Dalam. 

Air Terjun Telun Berasap, Keindahan Terselip di Lebatnya Taman Nasional Kerinci Seblat 
http://id.indonesia.travel/public/media/images/upload/poi/air%20terjun.jpgSelesai menjejakkan kaki di Gunung Kerinci atau selepas menikmati cita rasa Teh Kayu Aro ditemani panorama perkebunan maka berikutnya Anda dapat menjemput keindahan lain di Kabupaten Kerinci, yaitu Air Terjun Telun Berasap. Air terjun ini berlokasi di Desa Telun Berasap,  Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Keberadaan air terjun nan cantik ini akan begitu memberi kesan mendalam karena berada di antara rerimbun hijau Taman Nasional Kerinci Seblat.

Air Terjun Telun Berasap ditutupi lebatnya pepohonan dengan suara gemuruh air menghantam bebatuan terjal akan terdengar dari kejauhan sebelum Anda berada di hadapannya. Air terjun ini mengalir melalui tebing-tebing terjal dengan ketinggian sekira 50 meter. Kubikan air mengalir melalui formasi bebatuan dimana sumbernya dari aliran air sungai yang berhulu di Danau Gunung Tujuh.

Menurut penduduk setempat, nama Telun Berasap berasal dari proses jatuhnya aliran air dengan debit tinggi tersebut (50 meter) sehingga menciptakan kabut air di sekelilingnya. Proses itulah yang menjadi keistimewaan Air Terjun Telun Berasap. Ketika sinar Matahari menyinari butiran uap air yang melayang di udara seolah berbentuk kabut dan menciptakan kemilau cahaya warnai-warni bagaikan pelangi.
Di balik Air Terjun Telun Berasap, terdapat sebuah  goa namun terbilang sulit dimasuki. Itu karena deras dan banyaknya debit air yang jatuh dari atas dan terjalnya batu karang di sekitar air terjun membuat belum ada yang bisa masuk ke dalam goa dan meneliti keadaan di dalamnya.
 
Di sekitar air terjun ini terdapat pondok yang memungkinkan Anda menikmati pemandangan air terjun tersebut dari ketinggian. Jika cukup berani, Anda bisa naik ke atas air terjun untuk mendapatkan pemandangan berbeda. Perlu diketahui, Air Terjun Telun Berasap bukanlah air terjun yang memungkinkan Anda untuk melakukan loncatan dari atas ke bawa air terjun, karena dasar air terjun tersebut tidak dalam dan berbatu di tepi alirannya.

Kantor Pariwisata


Jl. KH. Agus Salim, Kota Baru, Jambi
Telp. (62-741) 445050
Fax. (61-741) 445050
http://disbudpar.jambiprov.go.id/index.php

Taman Nasional Kerinci Seblat
Jl. Basuki Rahmat 1

Telp.(62-748) 21095, 2230  
 


Wisata Sumatera Selatan

Lebih dari seribu tahun yang lalu telah berkembang salah satu kerajaan terbesar sepanjang sejarah Indonesia yaitu Kerajaan Budha Sriwijaya yang berada di sepanjang tepi Sungai Musi Sumatra Selatan. Terletak di sebelah Selatan dibingkai oleh Laut Cina Selatan dan berada di jalur lalu lintas tersibuk di dunia yang menghubungkan Timur Jauh dengan Eropa. Kerajaan Sriwijaya telah melakukan perdagangan sangat produktif dengan Cina Kuno pada masa keemasannya.
Terbentang di kaki bukit jajaran Gunung Bukit Barisan yang megah, provinsi ini relatif datar namun sangat subur karena banyak sungai membelah daratan dan bermuara ke laut. Perkebunan kopi dan teh tersebar di seluruh Sumatra Selatan, namun kekayaan yang berlimpah dari provinsi ini berasal dari cadangan minyak, gas alam, batu bara, timah dan kuarsa.
Sumatra Selatan memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi dan beraneka ragam, baik wisata alam, sejarah maupun budaya. Sumsel memiliki obyek wisata berupa gunung-gunung dengan flora dan fauna yang beragam, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS); sungai, danau, garis pantai yang sangat panjang. Anda daapt berkeliling mengunjungi Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, dan Kota Pagaralam. Di sini pula tersaji aneka ragam tradisi serta budaya yang unik dan menarik.
Wisata alamnya adalah Danau Ranau Kabupaten Ogan Komering Ulu, Musi Rawas, dan Musi Banyuasin. Panorama pantainya antara lain pantai Parai Tenggini, pantai Matras di Pulau Bangka, dan pantai Pasir Padi di Pulau Belitung. Panorama air terjun terdapat di Kabupaten Muara Enim dan Lahat. Wisata budayanya meliputi Bukit Serelo, Gunung Dempo, Rumah Limas, pemukiman suku terasing Anak Dalam dan Kubu. Wisata sejarahnya antara lain situs Sri Wijaya berupa batu purbakala, patung kuno, dan museum di Palembang, kompleks Pemakaman di Bukit Siguntang serta Benteng Kuto Besak.

Sejarah

provinsi Sumatra Selatan, Palembang, telah terkenal sejak sejak dahulu karena menjadi ibu kota dari Kerajaan Sriwijaya. juga terkenal dengan kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara pengaruhnya bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika.
Tahun 672, cendekiawan asal Cina yaitu Yi Tsing mencatat  bahwa ada seribu biksu dan cendekiawan menerjemahkan dan belajar bahasa Sansekerta di Palembang. Hal ini menunjukan bahwa Palembang sejahtera dan kebudayaanya berkembang di bawah pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Saat ini masih banyak pusaka dan peninggalan kerajaan yang masih dapat ditemukan di wilayah ini.
Sejak abad ke-13 sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah tak bertuan dan bersarangnya bajak laut dari Mancanegara terutama dari negeri China. 

Goa Putri 
Goa Putri adalah tujuan wisata terkemuka di Provinsi Sumatera Selatan, terletak 230 kilometer dari Palembang, atau 35 kilometer dari Baturaja, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Gua ini terletak sekitar satu kilometer dari jalan lintas Sumatera yang menghubungkan Baturaja dan Muara Enim.
Gua ini penuh dengan stalaktit dan stalagmit. Stalaktit merupakan kalsium karbonat yang menggantung dan membeku di langit-langit gua dan dapat ditemukan di gua kapur. Stalagmit adalah batuan berbentuk kerucut es yang menghadap ke atas dapat ditemukan di lantai gua. Di Goa Putri, stalaktit dan stalagmit bertemu membentuk pilar yang unik. Gua ini juga memiliki kolam yang airnya berasal dari gua-gua yang airnya berasal dari Sungai Semuhun, yang bermuara di Sungai Ogan.
Kolam tersebut lebarnya 20 meter lebar dan panjangnya 160 meter. Di beberapa bagian gua terdapat  batu lebar di mana Anda bisa duduk dan tidur. Gua ini gelap meskipun terdapat beberapa lampu yang dipasang di berbagai sisi. Cahaya yang redup membuat gua terlihat sangat ajaib.
Untuk menikmati Goa Putri, pengunjung harus membayar tiket sebesar Rp 5.000 per orang dan Rp 10.000 untuk parkir.

Gua ini terkenal dengan stalaktit dan stalagmit. Pengunjung dapat menikmati pemandangan stalaktit dan stalagmit ini sambil duduk di bebatuan dan mengambil gambar. Jangan lupa untuk mencuci muka di kolam Pangeran Dayang Merindu. Penduduk setempat percaya bahwa mereka yang mencuci muka di kolam ini sambil berdoa, doa-doa mereka akan menjadi menjadi kenyataan. 

Jembatan Ampera 
Jembatan Ampera dibangun pada bulan April 1962, setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Soekarno. Pada awalnya, panjang jembatan ini 1.177 meter dan lebar 22 meter disebut jembatan Bung Karno. Secara resmi dibuka pada tanggal 30 September 1965 oleh Let. Jendral Ahmad Yani. Namun, setelah kekacauan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno berdegung kuat, jembatan itu berganti nama menjadi Jembatan Ampera. Bagaimanapun warga Palembang lebih suka menyebutnya "Proyek Musi".
944 ton bagian jembatan ini bisa diangkat ke atas dan ke bawah sekitar 10 meter per menit. Jembatan ini memiliki dua menara yang bisa diangkat sepanjang 63 meter. Jarak antara dua menara adalah 75 meter. Kedua menara tersebut memiliki dua pendulum, dengan berat sekitar 500 ton masing-masing.
Bila bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan lebar 60 meter dan lebar maksimum 44,50 meter bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Dan ketika bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal yang bisa lewat di bawah jembatan hanya sembilan meter di atas permukaan air. Sayangnya, pada saat ini, jembatan tidak dapat diangkat untuk alasan keamanan. 

Benteng Kuto Besak: Keindahan dan Warisan Sejarah di Tepian Sungai Musi 
Benteng Kuto Besak berdiri kokoh di ketinggian 10 meter dimana dari sini Anda dapat menyaksikan kapal-kapal berlalu-lalang di Sungai Musi. Benteng ini adalah kebanggaan masyarakat Palembang karena merupakan benteng terbesar dan satu-satunya yang terbuat dari batu sebagai saksi perlawanan terhadap penjajah asing.
Dibangun pada abad ke 17, Kuto Besak merupakan warisan Kesultanan Palembang Darussalam yang memerintah pada 1550-1823. Benteng ini memiliki panjang 288,75 m, lebar 183,75 m, tinggi 9,99 m dan tebal 1,99 m, berfungsi sebagai pos pertahanan. Lokasi Benteng ini baik secara politik dan geografis sangat strategis karena membentuk pulau sendiri, berbatasan dengan sungai musi di sebelah selatan, sungai sekanank di sebelah barat, sungai kapuran di sebelah utara dan sungai tengkuruk di sebelah timur.
Berdasarkan catatan sejarah di Balai Arkeologi Kota Palembang, benteng ini pendiriannya memakan waktu 17 tahun (1780-1797). Pembangunan Benteng Kuto Besak diprakarsai Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah 1724-1758. Konstruksinya dimulai pada 1780 selama era Sultan Mahmud Badaruddin. Benteng ini dimaksudkan sebagai sebuah istana yang dibangun untuk menggantikan Keraton Kuto Lamo Tua atau Benteng Kuto Lamo yang luasnya tidak cukup besar. Saat ini, Benteng Kuto Lamo digunakan sebagai Museum Sultan Mahmud Badarudin II. Benteng Kuto Besak akhirnya digunakan secara resmi sebagai pusat pemerintahan Kesultanan dari 21 Februari 1797.
Tahun 1821 benteng ini diserbu oleh tentara kolonial Belanda. Benteng Kuto Besak dirampas dan Sultan Mahmud Badaruddin II dibuang ke Maluku. Kejadian ini menandai akhir dari era Kesultanan Palembang. Tanda pendudukan Belanda terukir di Benteng Kuto Besak dengan ukir gaya kolonial.
Benteng Kuto Besak adalah refleksi dari masyarakat multi-etnis dari era Kesultanan Palembang Darussalam. Pengawasan konstruksi dipercayakan kepada seorang supervisor Cina, sementara para buruh bangunan asli Palembang dan Cina yang bekerja bergandengan tangan dalam keharmonisan. Keharmonisan ini juga salah satu warisan yang diturunkan sampai hari ini seperti digambarkan dalam banyak acara-acara di Kota Palembang seperti di Cap Go Meh dan Imlek (Tahun Baru Cina).
Setiap sudut benteng diperkuat dengan bastion. Bastion di sudut barat  lebih besar dan mirip dengan benteng-benteng lain di Indonesia sementara bastion lainnya bentuknya arsitekturnya unik dan tidak mungkin ditemukan di tempat lain. Gerbang utama, yang disebut Lawang Kuto, terletak di selatan menghadap ke Sungai Musi, sedangkan gerbang lainnya yang disebut Lawang borotan terletak di sebelah barat dan timur, meskipun gerbang barat saat ini satu-satunya yang masih berdiri.
Sayangnya saat ini Benteng Kuto Besak tertutup untuk umum karena digunakan sebagai pangkalan militer. Namun, benteng indah ini tetap merupakan daya tarik. Saat matahari terbenam di sore hari, lampu cahaya di sekitar benteng, menciptakan kilauan yang menyoroti dinding-dinding benteng. Sebagai salah satu landmark sejarah, perjalanan ke Palembang tidak akan lengkap tanpa kunjungan ke Benteng Kuto Besak.
Di luar benteng Anda bisa menyaksikan berbagai kegiatan yang sesekali diadakan komunitas atau brand produk serta kegiatan pemerintah Kota Palembang.

Kantor Pariwisata

Jl. Demang Lebar Daun Kav. IX, Palembang
Telp. (62-711) 356661, 311345, 357348
Fax. (62-711) 311544
Website :www.sumselprov.go.id
e-mail : info@diparss.go.id 

Wisata di Kepulauan RIAU Bab II

Pulau Abang: Melihat Terumbu Karang Langka di Air yang Jernih

Penggemar diving wajib mengunjungi Pulau Abang karena di sinilah tersimpan taman laut dengan kekayaan terumbu karang ditemani beragam biota laut penuh warna. Dengan perairan tidak terlalu dalam sekira 15-18 meter maka sudah dapat Anda temukan koral indah dengan beraneka biota lautnya. Pulau nan indah dan alami ini berada di selatan kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

Wilayah Pulau Abang meliputi beberapa pulau kecil dimana sebagian besar merupakan taman konservasi terumbu karang. Pulau utamanya berukuran hanya sekitar 10 kilometer persegi. Keindahannya bawah laut Pulau Abang dapat disandingkan dengan Taman Nasional Komodo, Bunaken maupun Raja Ampat. Bahkan tidak berlebihan hingga akhirnya pulau ini ditetapkan sebagai pusat penelitian bawah laut khusus untuk terumbu karang atau Coral Reef Rehabilitations and Management Program (COREMAP).
Permukaan pulau ini juga terlihat hijau karena masih terjaga keaslianya. Didominasi perbukitan dengan tanah liat dan batu granit. Sebagian kecil pantainya terutama di bagian utara masih dijumpai ekosistem Mangrove.
Di Pulau Abang dapat Anda temukan spesies karang langka yaitu blue coral yang sulit ditemukan di tempat lain dan hanya hidup di perairan yang jernih dengan kualitas air harus baik. Beragam jenis ikan yang hidup di sini adalah ikan selar, lencing, pasir merah, kakap merah, pinang, ikan buntal, dan lain sebagainya.
Pulau Abang dihuni sekitar 400 jiwa dalam 100 kepala keluarga dan apabila digabungkan dengan sekelilingnya maka jumlah penduduknya mencapai 1.200 jiwa dalam 300 kepala keluarga. Pemukiman di bagian Barat Pulau Abang lebih padat jika dibandingkan di bagian Utara. Sebagian besar lokasi rumah penduduk tersebut terletak di sekitar pantai dan berbentuk memanjang mengikuti garis pantai.
Masyarakat sekitar Pulau Abang beberapa tahun belakangan terus dibina untuk menjaga dan melestarikan terumbu karang sebagai aset pariwisata dan dapat membantu perekonomian mereka selain bekerja sebagai nelayan atau pedagang.

Ada tiga lokasi yang patut Anda sambangi di Kepulauan Abang, yakni Pulau Abang Besar (Pantai Air Taung), Pulau Ranuh, dan Pulau Pengalap. Untuk menuju ke tiga lokasi tersebut maka Anda dapat menggunakan kapal cepat dari Pulau Galang Baru.
Jelaslah bintang aktivitas di Pulau Abang adalah diving dan snorking. Puaskan menikmati warna-warni ikan dan terumbu karang yang berjenis langka. Saat ini ada 9 titik penyelaman di Pulau Abang dan semuanya belum diberi nama, seakan menunjukan betapa alami alam bawah lautnya. Aktivitas diving di Pulau Abang dapat dikatakan aman karena selain dikelilingi pulau kecil juga tidak langsung mengarah ke laut lepas.
Sekitar Pulau Abang dan Pulau Petung adalah lokasi yang tepat untuk memancing. Jenis ikan yang didapat diantaranya adalah ikan selar, kakap merah, lencing, pasir merah, pinang, dan ikan buntal.
Mengapa tidak mengunjungi Pulau Galang dimana menariknya ini merupakan kawasan penampungan sekitar 5.000 pengungsi Vietnam pasca perang saudara di negaranya. Mereka saat itu dikenal sebagai manusia perahu dan mencari lokasi suaka di negara ketiga. Lokasi kamp pengungsian tersebut terletak di Desa Sijantung, tepat di atas bukit dengan luas sekitar 80 hektar. Tempat tersebut kini menjadi obyek wisata, khususnya bagi eks pengungsi Vietnam yang kini tinggal negara baru. Sisa-sisa kehidupan manusia perahu masih dapat dilihat di kawasan ini, mulai dari pelabuhan hingga bekas barak-barak pengungsi. Di depan bekas kamp pengungsian terdapat Monumen Perahu berupa tiga perahu yang digunakan pengungsi Vietnam menyeberangi Laut China Selatan. Ada pula patung yang terbuat dari batu kecil yang disebut Patung Taman Humanity atau Patung Kemanusiaan. 

Pulau Abang Kecil : Selaksa Keindahan di Kepulauan Riau 
Berkunjung ke Pulau Abang tidak lengkap jika Anda tidak menyebrang ke Pulau Abang Kecil yang merupakan salah satu dari gugusan Kepulauan Abang. Pulau Abang Kecil lokasinya tepat berada di sebelah selatan kota Batam. Dinamakan Pulau Abang Kecil karena kondisi alam, pantai dan bawah lautnya mirip Pulau Abang, bedanya hanya luas pulaunya saja lebih kecil. Pulau Abang Kecil letaknya sekira 3 jam perjalanan dengan kapal motor dari Pulau Abang.
Wisata bahari ke Pulau Abang dan Abang Kecil kegiatan patut masuk daftar kunjungan Anda selama bertandang ke Kepulauan Riau atau Batam. Pulau Abang Kecil memiliki pantai memesona, berpasir putih dan bebatuan karang berbagai ukuran yang tersusun acak mengelilingi pulau.
Taman laut pulau ini memiliki keanekaragaman terumbu karang hidup yang masih terawat dengan baik tidak kalah indah dengan Bunaken dan Raja Ampat. Berbagai macam jenis ikan hias mendiami kawasan sekitar menjadikannya sebagai rumah nyaman mereka.
Spesies terumbu karang langka yang ditemukan di bawah laut perairan Pulau Abang Kecil diantaranya adalah blue coral. Pasalnya jenis terumbu karang ini tidak ada di semua perairan Indonesia, hal ini dikarenakan blue coral hanya hidup di perairan yang kualitas airnya jernih dan bersih. Kehidupan bawah laut Pulau Abang Kecil sering dikunjungi dan dijadikan sebagai pusat penelitian.
Kedalaman perairan di Pulau Abang Kecil sangat ideal yaitu berkisar antara 15- 18 meter sehingga nyaman untuk snorkeling dan menyelam. Dengan batas kedalaman tersebut memudahkan penyelam untuk bertemu berbagai jenis terumbu karang. Umumnya wisatawan yang berkunjung adalah pecinta wisata bahari atau mereka yang berkecimpung dalam penelitian kehidupan bawah laut. 

Masjid Sultan Riau : Masjid Pertama di Indonesia yang Memakai Kubah
Masjid ini berlokasi di Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI). Pulau Penyengat sendiri merupakan pulau kecil seluas 3,5 kilometer persegi namun menyimpan begitu banyak warisan sejarah kebesaran Kerajaan Riau-Lingga di masa lalu dengan corak keislamannya.
Lebih dikenal dengan sebutan Masjid Pulau Penyengat, keberadaan masjid ini menjadi ikon sejarah penting di Kepulauan Riau. Mengapa demikian? Itu karena masjid ini merupakan satu-satunya peninggalan Kerajaan Riau-Lingga yang masih ada.
Masjid yang masih terawat baik ini memiliki warna kuning menyala berpadu warna hijau. Ukurannya sekira 54 x 32 meter dengan bangunan induknya 29,3 x 19,5 meter. Di sekitar masjid terdapat pemakaman muslim. Masjid Sultan Riau begitu megah dengan tiga belas kubah dan empat menara runcing setinggi 18,9 meter.
Susunan kubahnya bervariasi dan dikelompokkan menjadi tiga dan empat kubah. Total kubah dan menaranya ada 17, sebuah angka yang mencerminkan jumlah rakaat shalat. Masjid Sultan Riau merupakan masjid pertama di Indonesia yang memakai kubah. Sampai saat ini belum diketahui dari mana arsitektur masjid ini berasal.
Masjid yang dahulu hanya bangunan sederhana ini, kini disulap menjadi bangunan tidak hanya menawan dan megah tetapi juga unik. Awalnya masjid ini berupa bangunan kayu berlantai dua dengan lantai batu bata dan menara setinggi 6 meter untuk mengumandangkan panggilan shalat. Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII, (1831-1844) kemudian memerintahkan renovasi pada 1 Syawal 1248 Hijriah (1832 M). Perbaikan masjid ini saat itu sebagai bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa atas kemakmuran penduduk Pulau Penyengat.
Perbaikan masjid melibatkan tukang bangunan orang-orang India yang didatangkan dari Singapura. Selain itu raja juga memerintahkan berbagai lapisan masyarakat di seluruh wilayah  Riau Lingga bertindak sebagai tenaga pekerja. Saat itu, orang-orang dari penjuru Riau Lingga berdatangan membawa perlengkapan masing-masing mulai dari makanan, peralatan dan material bangunan.
Ada cerita ketika pasokan makanan seperti beras, sayuran dan telur, jumlahnya berlimpah maka rupanya telah menjadikan pekerja merasa bosan dengan makanan yang sama setiap hari. Akhirnya mereka hanya makan kuning telur saja dan menggunakan putih telur sebagai bahan perekat bangunan yang dicampurkan dengan adonan pasir dan kapur.
Kini setelah direnovasi terlihat megah dengan arsitektur unik dan warna kuningnya yang mencolok jika dilihat dari kejauhan. Luas kompleks masjid sekira 54,4 x 32,2 meter dengan bangunan induk berukuran 29,3 x 19,5 meter. Masjid ini ditopang empat tiang dengan ketebalan dinding mencapai 50 cm serta masih berlantaikan batu bata. 

Bintan Mangrove: Menyusuri Sungai Sebong dan Mengamati Kunang-Kunang 
Tidak jauh dari kawasan wisata Bintan Resort yang begitu luas, terdapat hutan bakau yang dibelah oleh sungai berkelok-kelok. Hutan mangrove yang tumbuh di sini sempat ditebang oleh warga untuk dijadikan kayu arang dan bahan bangunan. Akan tetapi, kini kelestariannya dijaga agar pepohonan senantiasa hidup dan wisatawan pun dapat menikmati kesejukan alam.

Lokasi Bintan Mangrove berada di Sungai Sebong yang membelah kawasan Kampung Lagoi dengan Desa Sebong Lagoi, Sei Kecil. Sungai Sebong, airnya yang sangat jernih membentang sepanjang 6,8 kilometer dari danau di sebuah bukit. Uniknya sumber air berasal dari hujan, bukan terkumpul dari mata air di dalam tanah.

Mengikuti paket wisata Mangrove Discovery Tour dari PT Bintan Resort Cakarawala (BRC) dan Yayasan Eko Wisata Sebong Lagoi sebagai pengelolanya adalah pilihan utama. Dengan menggunakan speedboat Anda dapat menikmati pengalaman berpetualang di tengah-tengah hutan bakau Pulau Bintan.

Suara monyet yang terdengar akan membuat Anda menerawang sekitar dari keberadaan mereka. Jika beruntung, Anda pun bisa bertemu dengan burung raja udang (kingfishers) yang warnanya cantik, berang-berang, ular pohon, dan bahkan ribuan kunang-kunang yang bersinar di malam hari menghasilkan pemandangan menakjubkan.

Keberadaan hutan mangrove di Sungai Sebong berhasil diselamatkan dari ancaman kerusakkan. Tidaklah heran jika pada 2003, Bintan Mangrove Discovery Tours mendapatkan penghargaan PATA (Pacific Asia Travel Association) Gold Award untuk kategori ekowisata.

Mangrove merupakan tanaman yang sangat kuat dan fungsional. Mereka dapat menyesuaikan diri dengan air laut maupun air tawar. Akar mangrove sangat kuat sehingga mampu membuat sistem pengolahan air dan menyerap nutrisinya secara efisien sehingga air sekitar akan tampak jernih. Nutrisi memiliki fungsi beragam, termasuk menyuplai makanan untuk ikan karang dan udang. Mangrove juga dikenal sebagai pelindung pantai dari tsunami dan gelombang air yang mengalir di Sungai Sebong.

Sungai Sebong memiliki empat jenis bakau. Pertama adalah Avicennia yang sering juga disebut pohon api-api dan dapat ditemukan di pantai berpasir dan biasanya memiliki bunga kecil berwarna kuning. Lalu ada bakau Rhizophoran yang akarnya tumbuh hingga melayang di atas tanah sebagai pelindung pantai. Terdapat juga akar lutut Bruguiera yang kerap ditemukan di kawasan campuran air asin dan air tawar, tanaman ini dapat tumbuh hingga 30 meter. Terakhir adalah Xylocarpus yang tumbuh di air segar dan memiliki buah seukuran bola tendang.

Seluruh populasi tanaman menciptakan habitat yang nyaman bagi keraabu-abu. Sesekali Anda bisa melihat burung kuntul yang bermain di antara lumpur. Berhati-hatilah karena ular bakau hitam bergaris kuning pun kerap meringkuk di cabang pohon sehingga dianjurkan tidak merokok saat pengarungan. 

Anambas: Kepulauan Tropis Terbaik di 
Asia
Inilah surga bahari berupa gugusan kepulauan tropis terbaik di Asia. Anambas merupakan sebuah kabupaten berwujud kepulauan tropis seluas 46.667 km2 yang berlokasi di Laut China Selatan. Wilayahnya termasuk kepulauan yang berada di tapal batas terdepan wilayah NKRI dan sisi perairan terluarnya dilalui hampir 90% kapal internasional.

Secara administratif Kepulauan Anambas termasuk bagian dari Provinsi Kepulauan Riau dan hasil pemekaran dari Kabupaten Natuna. Ada 255 pulau di Anambas dimana baru 26 pulau saja yang berpenghuni. Jumlah penduduk Kepulauan Anambas sekira 45.500 jiwa. Wilayah Anambas mayoritas berupa lautan (97%) dengan tujuh kecamatan yang tersebar di tiga pulau besar, yaitu Siantan, Palmatak dan Jemaja. Ibukota kabupaten Anambas sendiri berada di Terempa.

Anambas adalah kepulauan tropis memukau yang patut disambangi. Bukan tanpa alasan, pada 2013 keelokannya ditempatkan dalam urutan teratas dari sekian banyak pulau tropis di Asia. Ya, CNN.com telah memilihnya terbaik di antara Koh Chang (Thailand), Langwaki (Malaysia), Halong Bay (Vietnam), dan Similan (Thailand). 

Nikmati di sini keindahan hamparan laut biru luas dihiasi laguna yang bertebaran. Anda dapat menemukan beragam titik menyelam dengan aneka biota laut, barisan vegetasi pohon kelapa sepanjang 8 kilometer, garis pantai sejauh 2 kilometer, serta sejumlah pulau yang menjadi habitat penyu (Pulau Keramut dan Pulau Mangkai).

Kepulauan Anambas juga istimewa karena memiliki sejumlah laguna atau danau air laut yang terpisah dari lautan lepas. Bentang alam yang membentuknya membuat beberapa pulau seperti Pantai Selat Rangsang, Pulau Bawah, Pulau Rongkat, dan Pantai Pulau Penjalin telah dibentuk oleh gugusan pulau di tengah lautan lepas. Ketika air laut sedang surut maka gugusan beberapa pulaunya akan tersambung oleh gundukan pasir membentuk pembatas antara air laut di dalam dan di luar gugusan pulaunya. Dasar laguna tersebut berupa pasir putih dengan sebaran terumbu karang di sejumlah titik.

Pulau-pulau di Anambas semuanya memiliki pasir pantai putih halus berkilau dan semakin indah dengan air laut yang jernih, dangkal, serta diisi terumbu karang bersama beraneka ikan. Air laut di kawasan ini sangat jernih dimana dari atas permukaan air dapat terlihat jelas sampai ke dasar laguna, termasuk ikan-ikan karang. 

Pantai Trikora: Menggapai Keindahan Pesisir Pulau Bintan 
Pantai pasir putih membentang panjang dihiasi batu-batu besar yang tersebar di pinggiran lautnya. Garis pantainya mencapai 25 kilometer, bersanding di tengah semilir angin yang meniup ribuan pohon kelapa. Keindahan Pantai Trikora seakan menyapa pengunjung untuk menghampiri dan menikmatinya.

Pantai Trikora memiliki pemandangan dramatis yang menyempurnakan keindahan Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Ini adalah tempat popular bagi wisatawan yang dating bersama keluarga, bahkan disebut-sebut sebagai salah satu pantai terindah yang banyak dikunjungi wisatawan di Pulau Sumatera.

Ada yang menyebutkan bahwa nama Trikora diadopsi dari sebutan three coral namun ada versi lain yang mengaitkannya dengan Tri Komando Rakyat karena Pulau Bintan pernah dijadikan wilayah pertahanan terluar Indonesia pada saat masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Deretan kelong atau perangkap ikan adalah hal menarik yang bisa Anda temukan di sini. Di dekatnya berjajar kapal-kapal yang menemani nelayan menunggu ikan tangkapan mereka, seperti ikan teri ataupun ikan bilis yang begitu terkenal di Bintan.

Kelong merupakan bangunan dari kayu yang digunakan untuk memasang jaring di tengah laut. Bangunan ini ditopang oleh drum-drum plastik agar dapat mengapung di permukaan laut. Penangkapan ikan dengan metode kelong apung disukai nelayan karena posisinya dapat dipindah-pindah sesuai keinginan.

Hal istimewa lainnya, Anda akan menemukan Goa Santa Maria di seberang pantai ini. Goa tersebut konon dibangun pengungsi Vietnam yang sedang mencari daerah aman karena peperangan di negaranya. Goa indah ini dihiasi pohon besar dan dedaunan yang menggantung di sekitar mulut goa. Keberadaan warna-warni bunga bougenvil pun semakin memperindahnya. Goa menawarkan area yang teduh bagi mereka yang ingin berdoa dengan khusyu. Di dekatnya terdapat gereja putih kecil nan indah.

Kantor Pariwisata

Jl. D. I Panjaitan km. 8 No. 12, Tj. Pinang - Kep. Riau
Telp /Fax (62-771) 443377

website : http://kepri.travel/ 

Wisata di Kepulauan RIAU Bab I


Kepulauan Riau yang beribu kota di Tanjung Pinang diberkahi dengan objek pariwisata yang berlimpah, pantainya sangat indah dan kebudayaannya yang menarik. Laut merupakan tempat yang sangat esensial di kepulauan ini karena merupakan tempat bagi nelayan untuk mencari ikan dan berdagang. ‘Pinisi’ kapal layar yang terbuat dari kayumasih berlayar di kepulauan ini bersama dengan perahu nelayan dan kapal pengangkut barang.
Tanjung Pinang berada di pulau terluas yakni Kepulauan Bintan yang dulu dikenal dengan Riau dan merupakan jantung kota Kerajaan Melayu kuno. Saat ini, Bintan adalah tempat hiruk pikuk kegiatan ekonomi yang berkembang pesat di Indonesia.
Pemerintah Kepulauan Riau terus berupaya menjadikan kepulauan ini sebagai tujuan wisata utama di Indonesia. Berjarak kurang dari satu jam dari Singapura dengan menggunakan kapal feri, banyak para pengusaha akomodasi turis memanfaatkan peluang usaha ini dengan membangun banyak hotel berbintang di lokasi yang strategis. Kepulauan ini terdiri dari Kepulauan Riau, Pulau Natuna, dan Kepulauan Anambas.
Kepulauan Riau dulunya ialah bagian dari Provinsi Riau namun kemudian menjadi provinsi sendiri pada Juli 2004 dengan Tanjung Pinang sebagai ibu kotanya. Jika melihat dari jumlah populasinya, pulau-pulau yang paling penting di wilayah ini adalah Bintan, Batam, dan Karimun karena populasinya banyak dan sebagai pusat kegiatan ekonomi Kepulauan Riau. Sementara itu  Pulau Natuna memiliki populasi yang sedikit meski wilayahnya lebih luas.
Kepulauan Riau dengan ribuan pulaunya memiliki banyak pantai dan tempat untuk menyelam yang sangat indah, di antaranya ialah Trikora di Bintan dan Pasir Panjang di Pulau Rupat. Trikora berada sekitar 50 km di selatan Tanjung Pinang di sisi timur pulau. Pasir Panjang yang terletak di sisi utara Rupat menghadap ke Selat Malaka memiliki pantai-pantai yang indah dan pantai-pantai indah ini dapat ditemukan juga di Terkulai dan Pulau Soreh, berjarak sekitar satu jam dari Tanjung Pinang dengan menggunakan perahu. Salah satu pantai yang paling tersohor ialah Nongsa yang terletak di Pulau Batam. Dari sini dapat terlihat cakrawala Singapura.

Batam merupakan salah satu dari 3.000 pulau yang ada di Kepulauan Riaudan merupakan pusat dari Kepulauan Riau dengan lokasi yang berdekatan dengan Singapura berjarak hanya 20 km atau 20 menit dengan menggunakan kapal feri. Batam termasuk wilayah dengan populasi cepat berkembang yakni sekitar 100.000 jiwa. Sebagai pulau industri dan wisata, Batam telah memikat pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia karena peluang ekonomi tentunya.
Batam adalah wilayah industri minyak pendukung di Batu Ampar dan sebagai industri elektronik yang berkembang pesat di Indoensia. Batam saat ini menarik banyak wisatawan untuk datang berkunjung dan jumlahnya terus bertambah dari tahun ke tahun. Banyak wisatawan yang datang dari Singapura untuk liburan singkat, berbelanja, atau sekedar wisata kuliner.
Batam meiliki hotel-hotel berstandar internasional dan terus melakukan pembangunan dalam berbagai sektor. Dengan luas ⅔ luas Singapura, hutan di Batam yang masih alami sekarang telah berubah menjadi kota-kota baru, mesjid, gereja, klenteng, dan pasar swalayan. Selain itu juga akan segera dibangun waduk untuk menampung persediaan air bagi 800.000 populasi dan untuk keperluan industri.
Bandara di Batam yang menjadi pintu gerbang internasional telah didukung sistem telekomunikasi canggih. Kota ini memiliki taman industri yang ditata dengan baik dan ini adalah permulaan bagi sebuah pusat kota besar yang baru di Indonesia.

Sejarah


Sejak zaman Sriwijaya hingga abad ke-16, Riau adalah bagian dari Kerajaan Melayu yang terbentang dari timur Sumatra sampai Kalimantan. Orang Melayu adalah suku Orang Laut yang menghuni pulau dan menjadi  tulang punggung bagi kerajaan Melayu dari Sriwijaya hingga Kesultanan Johor dengan menguasai rute perdagangan yang melewati selat. Setelah runtuhnya Malaka pada 1511, Pulau Riau kemudian menjadi pusat kekuasaan politik Kesultanan Johor atau johor-Riau dan terletak di Pulau Bintan dan dianggap sebagai pusat kebudayaan melayu.
Sejarah telah mengubah nasib Riau sebagai pusat politik, kebudayaan, dan ekonomi ketika bangsa Eropa mencoba menguasai rute perdagangan regional dan mengambil keuntungan dari kelemahan politik kesultanan saat itu. Pulau Singapura yang selama berabad-abad menjadi bagian dari Kesultanan Melayu dan berada di bawah kekuasaan Sultan Johor akhirnya menjadi daerah kekuasaan Inggris. Pendudukan bangsa Eropa di Johor-Riau membuat kesultanan pecah menjadi 2 dan menghancurkan kesatuan budaya dan politik Melayu yang telah  bertahan selama berabad-abad lamanya. Perjanjian Anglo-Belanda pada 1824 mengukuhkan perpisahan ini dimana  Inggris menguasai  semua wilayah utara Selat Singapura dan Belanda menguasai wilayah dari Riau sampai Jawa.
Setelah kekuasaan bangsa Eropa keluar dari wilayah Riau, pemerintahan yang baru harus menata dan menemukan keseimbangannya sendiri setelah dijajah selama kurang lebih 400 tahun. Sebelum menemukan statusnya, wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Kalimantan mengalami konflik militer satu sama lain dan Pulau Riau berada di tengah-tengahnya. Baru setelah 150 tahun berikutnya terbentuk kesatuan dalam Sijori Growth Triangle.
Pulau Batam menerima investasi besar dan secara dramatis menjadikannya berkembang sebagai wilayah industri. Menjadi magnet bagi ratusan ribu imigran Indonesia non-Melayu sehingga kemudian mengubah keseimbangan demografi di kepulauan ini untuk selamanya.  
Saat ini nama Riau semata-mata mengacu pada wilayah administrasi Indonesia dimana zona perdagangan bebas telah di dukung oleh dana investasi dari orang Indonesia, Singapura, dan bahkan internasional.

Pulau Bintan
Bintan adalah pulau terbesar di Kepulauan Riau yang melebar dari Malaka ke Laut Cina Selata dan memiliki sekira  3.000 pulau besar dan kecil, terbentang di seberang Singapura dan Johor Baru, Malaysia. Lokasi Bintan terbilang sangat strategis karena terletak di semenanjung selatan Malaysia di mulut Selat Malaka dan dari sejarahnya merupakan tempat singgah favorit bagi kapal dagang India dan Tiongkok untuk berlindung dari badai dan mengisi perbekalan.

Tujuan wisata teratas di sini adalah Bintan Resort, destinasi wisata berupa pantai yang spektakuler di utara pulau dengan luas 23.000 hektar di atas pasir putih yang menghadap ke Laut Cina Selatan. Pulau ini juga memiliki jejak sejarah yang memukau di Tanjung Pinang dan Penyengat. Ada pula lokasi untuk surfing, ekowisata dan berbagai event internasional.

Sementara, bagi mereka yang suka menyelam kepulauan Anambas di Laut Cina Selatan menawarkan lokasi menyelam yang masih alami, dapat dijangkau dari bandara Tanjung Pinang. Sedangkan, kepulauan Natuna dapat dijangkau dari Batam.

Tidak heran lagi, pada abad ke-18, pedagang dari Eropa, Portugis, Belanda dan Inggris saling bertarung memperebutkan pulau ini. Pada waktu itu, pulau ini bagian dari Semenanjung Melayu dikuasai oleh Kesultanan Johor-Riau, yang diduduki secara  berganti antara Johor (berada di Malaysia saat ini) dan pulau Bintan (berada di Indonesia saat ini).

Pada 1884 Inggris dan Belanda menutup pertentangan mereka di pulau ini dengan menandatangani Treaty of London, yang kemudian semua wilayah teritoris utara Singapura diberikan pada Inggris, sementara wilayah teritoris selatan Singapura diserahkan pada Belanda.

Sejak saat  itu takdir dan sejarah wilayah utara dan selatan Singapura dipisahkan. Singapura menjadi pusat perkembangan dagang Inggris, sedangkan Belanda berkonsentrasi di Jakarta dan Jawa, meninggalkan kepulauan Bintan.

Dalam beberapa dekade, dengan hubungan bersahabat antara Indonesia dan Singapura, sebuah persetujuan ditanda tangani antara kedua belah pihak untuk membangun kepulauan Bintan secara bersama-sama yang akan menguntungkan kedua negara dalam Zona Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan kepulauan Batam.

Bentuk pertama dari perjanjian ini adalah pembangunan Bintan Resort, destinasi wisata pantai, seluas 23,000 hektar diatas pasir putih Bintan nan indah yang menghadap Laut Cina Selatan. 

Pulau Galang: Rumah Pengungsi Vietnam
Pada 1980-an, Pulau Galang tiba-tiba menjadi terkenal. Pulau ini menjadi topik diskusi di PBB karena menjadi rumah bagi ribuan manusia perahu Vietnam, pengungsi yang meninggalkan negara mereka setelah Perang Vietnam. Mereka datang ke sini dengan perahu dalam kondisi mengkhawatirkan. 40 hingga 100 pengungsi berjejal di satu perahu kecil. Mereka terapung-apung selama berbulan-bulan di Laut China Selatan tanpa tujuan yang jelas. Banyak yang meninggal di tengah laut, tetapi yang lain berhasil mencapai wilayah Indonesia, termasuk Pulau Galang, Tanjung Pinang, dan pulau-pulau lain di dekatnya. PBB dan Pemerintah Indonesia menyatakan Galang tempat yang aman sementara bagi pengungsi sebelum diproses untuk dipindahkan ke negara lain. Banyak orang Vietnam di Amerika, Eropa dan Australia, bersyukur ketika mereka akhirnya menemukan kedamaian di sebuah pulau cantik, dengan pantai berpasir putih.
Di sini dibangun rumah-rumah ibadah, sekolah untuk anak-anak mereka dan kuburan. Pada saat ini, bekas kamp-pengungsi merupakan situs wisata. Dengan mengunjungi kamp ini, pengunjung dibawa kembali ke tragedi masa lalu, ketika ribuan Vietnam meninggalkan negara asal mereka untuk mencari perlindungan. Pengunjung dapat melihat sebuah gereja dan sebuah kuil yang dibangun pada jaman itu, yang masih terawat baik dan dapat digunakan oleh wisatawan. Para pengungsi Vietnam ini tiba di sini antara tahun 1976 dan 1996. Terlihat dari replika salah satu perahu kecil yang digunakan pada tahun 1975 oleh ratusan pengungsi Vietnam untuk menyeberangi lautan melarikan diri dari tanah air mereka yang penuh perang saudara. Quan Sebuah Biara Tu, dibangun pada tahun 1984, daya tarik utama pulau ini. 

Pantai Pelawan
Pantai ini terletak di Pangke, Meral, Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, pantai Pelawan adalah tempat yang tepat bagi Anda untuk menemukan inspirasi dan kedamaian. Pantai ini memiliki pasir putih yang berkilau, batu besar, dan hutan mangrove di sekitarnya. Pantai ini juga memiliki pesona khusus bagi para pengunjung.

Pantainya yang indah dan airnya yang biru menjadi kebanggaan bagi mereka yang tinggal di Tanjung Balai Karimun. Pantai ini juga merupakan tempat favorit untuk menghabiskan akhir pekan dan tahun baru. Kondisi alam pantai Pelawan masih terawat dengan baik terlihat dari pasir yang bersih. 

Pantai Melur: Pantai Jernih Manusia Perahu 
Indonesia memang kaya akan panorama pantainya, salah satunya yang patut Anda kunjungi adalah Pantai Melur yang terletak di sisi barat Pulau Galang, di Barelang, Tanjung Pinang atau sekitar 45 km sebelah selatan Pulau Batam. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih di sepanjang pesisirnya. Nyiur di pantai ini melambai-lambai menambah indahnya susana pantai yang sangat cocok sebagai tempat untuk bersantai dan mencari inspirasi. Pantai yang menjadi salah satu andalan destinasi wisata Pulau Batam ini banyak dikunjungi wisatawan karena panorama pantainya yang luas, bersih, dan air pantainya yang jernih. Pantai Melur sangat cocok dan nyaman bagi Anda liburan di Batam sambil menghilangkan kepenatan dari kesibukan dan hiruk pikuknya suasana kota.
Sepanjang mata Anda memandang, luasnya hamparan pasir putih tersaji beresama gelombang kecil yang terombang ambing, nikmati juga angin sepoi-sepoi yang memanjakan Anda. Tidak hanya itu, pepohonan yang ada di Pantai Melur juga semakin menambah eksotisnya pantai ini.
Pantai ini bukan sekadar objek wisata bahari yang bisa dinikmati keindahannya. Akan tetapi, Pantai Melur juga memiliki cerita yang dapat Anda gali sendiri dari masyarakatnya secara langsung. Dahulu pengungsi Vietnam yang terkenal dengan sebutan Manusia Perahu, terdampar di Pulau Batam kemudian mendirikan perkampungan di Pulau Galang sekitar 1 km dari Pantai Melur.
Keistimewaan lainnya Pantai Melur adalah pasir lautnya yang landai dan tidak berkarang, hal ini memungkinkan Anda berenang dengan aman hingga jarak 500 meter dari bibir pantai. Bagaimana? Patut disambangi bukan!