Provinsi
Jambi dengan total wilayah sekitar 5.343.700 hektar terdiri dari 9
kabupaten dan 1 kotamadya. Jambi adalah sebuah provinsi Indonesia yang
terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatra. Jambi juga
merupakan nama sebuah kota di provinsi ini yang merupakan kota ibukota
provinsi. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang
ibukota-nya bernama sama dengan nama provinsinya, selain Bengkulu dan
Gorontalo.
Topografi Provinsi Jambi berbeda-beda
mulai dari wilayah daratan di sebelah Timur dan kabupaten Kerinci.
Sumber daya alam dengan keanekaragaman hayati yang kaya terdapat di 4
taman nasional seperti Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional
Berbak, Taman Nasional Bukit Dua Belas, dan Taman Nasional Bukit Tiga
Puluh. Masing-masing taman nasional memiliki karakteristik dan tipe
keanekaragaman hayati yang berbeda.
Dengan suhu udara berkisar antara 23 °C
s.d 31 °C dan luas wilayah 53,435 km2 diantaranya sekitar 60% lahan
merupakan kawasan perkebunan dan kehutanan yang menjadikan kawasan ini
merupakan salah satu penghasil produk perkebunan dan kehutanan utama di
wilayah Sumatera. Kelapa sawit dan karet menjadi tanaman perkebunan
primadona.
Sejarah
Jambi merupakan pusat
Kerajaan Melayu Kuno. Jambi dipengaruhi kebudayaan Melayu sejak abad
ke-7, namun dibayangi oleh kerajaan tetangga yang besar pada saat itu
yaitu Kerajaan Sriwijaya. Yi Tsing menghabiskan waktu di Melayu dan dari
catatannya dapat disimpulkan bahwa wilayah ini dulu disebut Chan Pi
oleh Cina. Melayu lalu menjadi daerah kekuasaan Sriwijaya hingga
Majapahit mengambil alih kerajaan ini. Berikutnya masyarakat Minangkabau
Sumatra Barat mengklaim bahwa wilayah ini adalah miliknya setelah
runtuhnya Majapahit. Abad ke-17, VOC bersekutu dengan Sultan Muhammed
Nakhruddin dan membuat Belanda berhasil memonopoli perdagangan merica di
wilayah ini hingga terbebas tahun 1901.
Jambi didominasi oleh ras Melayu, Jambi
juga merupakan rumah bagi suku pedalaman Kubu, Anak Dalam atau lebih
dikenal dengan sebutan Orang Rimba. Sebagian anggota suku ini ada yang
masih menganut kepercayaan animisme dan menolak pengaruh asing dari
luar. Sebagian lagi memutuskan untuk bergaul dengan masyarakat setempat
dan meninggalkan adat istiadat.
Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi, sebagian merupakan pendatang yang berasal dari Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Cina dan India. Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam sebesar 90%, sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama Kristen, Hindu dan Budha. Jambi juga merupakan tempat berasalnya kerajaan Malayu di Batang Hari Jambi. Bahasa Melayu Jambi sama seperti Melayu Palembang dan Melayu Bengkulu yang berdialek "o".
Candi Muarojambi: Meresapi Komplek Percandian Terluas di Pulau Sumatera
Situs
Kepurbakalaan Muarojambi merupakan tempat peninggalan purbakala terluas
di Indonesia, membentang dari Barat ke Timur sejauh 7,5 km di Tepian
Sungai Batang Hari dengan luas kurang lebih 12 kilometer persegi.
Sebagian kecil berada di Barat Sungai Batang Hari. Tinggalan di sisi
Timur Sungai masuk wilayah administratif Desa Muarojambi dan Desa Danau
Lamo. Sedangkan di Barat Sungai berada di Desa Kemingking Dalam,
Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muarojambi.
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muarojambi terletak sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi di tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum diokupasi. Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan pengaruh agama Hindu.
Candi Muarojambi diperkirakan berasal dari abad ke-11 M dibangun pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Candi Muarojambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Situs Percandian Muarojambi merupakan satu kawasan kompleks pusat pendidikan Agama Budha.
Candi Muarojambi merupakan warisan budaya bernilai tinggi dimana bangunan-bangunan candi dan bekas reruntuhannya menunjukkan bahwa di masa lalu Percandian Muarojambi pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha Tantri Mahayana. Hal ini terlihat dari ragam temuan sarana ritual seperti, Arca Prajnaparamita, reruntuhan stupa, arca gajah singha, wajra besi serta tulisan-tulisan mantra yang dipahatkan pada lempengan emas atau digoreskan pada bata. Diantara bata-bata yang bertulis terdapat suku kata 'Wijaksana'’, kemudian sebutan 'wajra' pada lempengan emas, serta aksara nagari pada batu permata berbunyi 'tra-tra'.
Penemuan lain berupa manik-manik, perhiasan, tembikar, pecahan genting, dan sisa-sisa peralatan rumah tangga yang menunjukkan bahwa kawasan yang mengelilingi kompleks percandian ini juga pernah menjadi kawasan pemukiman, diduga kuat merupakan tempat bermukimnya para biksu dan pelajar Budha di masa lalu.
Selain itu, di situs ini juga ditemukan peninggalan berupa keramik dari Cina masa Dinasti Song (abad ke 11-12 Masehi), yang mengindikasikan adanya hubungan internasional yang telah terjadi pada masa itu. Sementara penemuan keramik Eropa abad ke-19 membenarkan adanya ekskavasi yang pernah dilakukan oleh Perwira Inggris dan sarjana Belanda abad ke 19-20.
Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada beberapa lempeng peninggalan diperkirakan berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar dan kesemuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Dari sekian banyaknya penemuan yang ada daerah itu diperkirakan dahulu wilayah ini menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.
Di dalam kompleks situs tidak hanya terdapat candi tapi juga menyimpan aneka artefak kuno seperti arca, keramik, manik-mani, mata uang kuno dll. Ada 8 kompleks percandian, kolam kuno, yang oleh penduduk setempat dinamai Kolam Telago Rajo, serta diperkirakan lebih dari 60 buah menapo yaitu gundukan tanah reruntuhan sisa bangunan kuno.
Pada mulanya situs Muarojambi tidak banyak dikenal orang dan hanya diketahui penduduk setempat. Baru pada tahun 1820, secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan S.C. Crooke, seorang perwira Inggris ketika bertugas untuk pemetaan Sungai Batanghari. Ia mendapat laporan dari penduduk setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muarojambi. Selanjutnya tahun 1935-1936, seorang sarjana Belanda yang bernama F.M. Schnitger, dalam ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera sempat melakukan penggalian terhadap situs Muarojambi. Sejak itu Muarojambi mulai dikenal dan mulai 1976 sampai saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian dan preservasi arkeologi untuk menyelamatkan situs dan peninggalan bersejarah di situs Muarojambi ini. Candi ini saat ditemukan merupakan batu merah yang tetumpuk. Beberapa tertumpuk membentuk stupa seperti layaknya candi Budha lainnya.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi telah mendaftarkan Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia ke organisasi internasional Unesco di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Langkah ini merupakan upaya untuk menjadikan situs Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia. Nomor registrasi untuk Candi Muarojambi adalah 5695, bahkan Candi Muarojambi sudah menjadi nomor satu dari sekian banyak kekayaan budaya di Indonesia yang diajukan ke Unesco sebagai warisan dunia. Dampak positif dari pengajuan ini kawasan kunjungan wisata akan meningkat di Provinsi Jambi. Selain itu, sastrawan, ilmuan, dan para penulis akan banyak berdatangan untuk meneliti dan menulis tentang candi ini.
Sejak pertengahan tahun 2007, usaha pemugaran dan pembangunan candi dari reruntuhan menapo berhasil ditemukan kembali dilakukan. Pemanfaatan kembali situs ini sebagai bagian dari upacara hari-hari besar keagamaan Agama Budha telah dilaksanakan, bahkan situs ini menjadi pusat pelaksanaan perayaan Waisak yang masuk dalam agenda Nasional disamping Borobudur.
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muarojambi terletak sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi di tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum diokupasi. Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan pengaruh agama Hindu.
Candi Muarojambi diperkirakan berasal dari abad ke-11 M dibangun pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Candi Muarojambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Situs Percandian Muarojambi merupakan satu kawasan kompleks pusat pendidikan Agama Budha.
Candi Muarojambi merupakan warisan budaya bernilai tinggi dimana bangunan-bangunan candi dan bekas reruntuhannya menunjukkan bahwa di masa lalu Percandian Muarojambi pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha Tantri Mahayana. Hal ini terlihat dari ragam temuan sarana ritual seperti, Arca Prajnaparamita, reruntuhan stupa, arca gajah singha, wajra besi serta tulisan-tulisan mantra yang dipahatkan pada lempengan emas atau digoreskan pada bata. Diantara bata-bata yang bertulis terdapat suku kata 'Wijaksana'’, kemudian sebutan 'wajra' pada lempengan emas, serta aksara nagari pada batu permata berbunyi 'tra-tra'.
Penemuan lain berupa manik-manik, perhiasan, tembikar, pecahan genting, dan sisa-sisa peralatan rumah tangga yang menunjukkan bahwa kawasan yang mengelilingi kompleks percandian ini juga pernah menjadi kawasan pemukiman, diduga kuat merupakan tempat bermukimnya para biksu dan pelajar Budha di masa lalu.
Selain itu, di situs ini juga ditemukan peninggalan berupa keramik dari Cina masa Dinasti Song (abad ke 11-12 Masehi), yang mengindikasikan adanya hubungan internasional yang telah terjadi pada masa itu. Sementara penemuan keramik Eropa abad ke-19 membenarkan adanya ekskavasi yang pernah dilakukan oleh Perwira Inggris dan sarjana Belanda abad ke 19-20.
Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada beberapa lempeng peninggalan diperkirakan berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar dan kesemuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Dari sekian banyaknya penemuan yang ada daerah itu diperkirakan dahulu wilayah ini menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.
Di dalam kompleks situs tidak hanya terdapat candi tapi juga menyimpan aneka artefak kuno seperti arca, keramik, manik-mani, mata uang kuno dll. Ada 8 kompleks percandian, kolam kuno, yang oleh penduduk setempat dinamai Kolam Telago Rajo, serta diperkirakan lebih dari 60 buah menapo yaitu gundukan tanah reruntuhan sisa bangunan kuno.
Pada mulanya situs Muarojambi tidak banyak dikenal orang dan hanya diketahui penduduk setempat. Baru pada tahun 1820, secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan S.C. Crooke, seorang perwira Inggris ketika bertugas untuk pemetaan Sungai Batanghari. Ia mendapat laporan dari penduduk setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muarojambi. Selanjutnya tahun 1935-1936, seorang sarjana Belanda yang bernama F.M. Schnitger, dalam ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera sempat melakukan penggalian terhadap situs Muarojambi. Sejak itu Muarojambi mulai dikenal dan mulai 1976 sampai saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian dan preservasi arkeologi untuk menyelamatkan situs dan peninggalan bersejarah di situs Muarojambi ini. Candi ini saat ditemukan merupakan batu merah yang tetumpuk. Beberapa tertumpuk membentuk stupa seperti layaknya candi Budha lainnya.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi telah mendaftarkan Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia ke organisasi internasional Unesco di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Langkah ini merupakan upaya untuk menjadikan situs Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia. Nomor registrasi untuk Candi Muarojambi adalah 5695, bahkan Candi Muarojambi sudah menjadi nomor satu dari sekian banyak kekayaan budaya di Indonesia yang diajukan ke Unesco sebagai warisan dunia. Dampak positif dari pengajuan ini kawasan kunjungan wisata akan meningkat di Provinsi Jambi. Selain itu, sastrawan, ilmuan, dan para penulis akan banyak berdatangan untuk meneliti dan menulis tentang candi ini.
Sejak pertengahan tahun 2007, usaha pemugaran dan pembangunan candi dari reruntuhan menapo berhasil ditemukan kembali dilakukan. Pemanfaatan kembali situs ini sebagai bagian dari upacara hari-hari besar keagamaan Agama Budha telah dilaksanakan, bahkan situs ini menjadi pusat pelaksanaan perayaan Waisak yang masuk dalam agenda Nasional disamping Borobudur.
Gunung Kerinci : Ayo Mendaki ke Atap-nya Pulau Sumatera
Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia yang dikelilingi hutan Taman Nasional Kerinci Seblat dan juga merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Keindahan dan kemegahan alamnya dijuluki sebagai "Sekepal Tanah Surga yang tercampakkan ke Bumi".
Gunung setinggi 3.805 meter diatas pemukaan laut tersebut memanjang dari utara ke selatan dengan lebar 13 km dan panjang 23 km. Kawahnya seluas 600 meter berada di sisi timur laut puncak gunung dengan air berwarna kekuningan yang memukau.
Di kawasan gunung ini tumbuh beragam flora seperti pohon mahoni, bunga raflesia, suweg raksasa (Amorphophallus titanum). Untuk fauna yang ada di dalamnya adalah tapir (Tapirus indicus), kus-kus (Tarsius bancanus), gajah, siamang, gibbon, monyet ekor panjang, dan juga ada sekira 140 jenis burung.
Gunung Kerinci termasuk salah satu gunung yang digemari pecinta alam dan pendaki dari Nusantara maupun mancanegara. Jalur pendakiannya terbilang lengkap mulai dari jalur beraspal, jalur aliran sungai kecil, jalur berbatu cadas, jalur pasir, jalur dengan rumput dan pepohonan tinggi, hingga jalur tanjakan dengan kemiringan 60 derajat.
Pendakian menuju puncak Gunung Kerinci memakan waktu selama dua hari. Untuk itu Anda sangat perlu persiapan cermat dan membawa perlengkapan pendakian. Selama pendakian dipastikan akan Anda temui berbagai hal menantang, mulai dari bentuk jalur pendakian, satwa penghuni hutan Gunung Kerinci, serta berbagai jenis pepohonan dan semak liar hijau.
Pendakian ke puncak Gunung Kerinci akan memberi Anda sensasi dan pengalaman yang sulit diungkapkan kata-kata. Kicauan burung, suara binatang hutan, hingga merasakan segarnya air gunung membasahi dahaga saat pendakian.
Setibanya di puncak maka tidak ada yang bisa menandingi upah dari pendakian yang melelahkan yaitu sensasi kepuasan batin. Anda akan merasa sangat kecil di hadapan alam semesta ini dengan nuansa pepohonan lebat tinggi membenamkan rasa bahwa Bumi adalah rumah sejati Anda yang perlu dijaga.
Pemandangan luar biasa indah diatapi cakrawala membentang biru. Anda akan menyaksikan kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh, bahkan juga Samudera Hindia yang membentang indah di kejauhan. Inilah sebuah pengalaman yang tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang.
Gunung setinggi 3.805 meter diatas pemukaan laut tersebut memanjang dari utara ke selatan dengan lebar 13 km dan panjang 23 km. Kawahnya seluas 600 meter berada di sisi timur laut puncak gunung dengan air berwarna kekuningan yang memukau.
Di kawasan gunung ini tumbuh beragam flora seperti pohon mahoni, bunga raflesia, suweg raksasa (Amorphophallus titanum). Untuk fauna yang ada di dalamnya adalah tapir (Tapirus indicus), kus-kus (Tarsius bancanus), gajah, siamang, gibbon, monyet ekor panjang, dan juga ada sekira 140 jenis burung.
Gunung Kerinci termasuk salah satu gunung yang digemari pecinta alam dan pendaki dari Nusantara maupun mancanegara. Jalur pendakiannya terbilang lengkap mulai dari jalur beraspal, jalur aliran sungai kecil, jalur berbatu cadas, jalur pasir, jalur dengan rumput dan pepohonan tinggi, hingga jalur tanjakan dengan kemiringan 60 derajat.
Pendakian menuju puncak Gunung Kerinci memakan waktu selama dua hari. Untuk itu Anda sangat perlu persiapan cermat dan membawa perlengkapan pendakian. Selama pendakian dipastikan akan Anda temui berbagai hal menantang, mulai dari bentuk jalur pendakian, satwa penghuni hutan Gunung Kerinci, serta berbagai jenis pepohonan dan semak liar hijau.
Pendakian ke puncak Gunung Kerinci akan memberi Anda sensasi dan pengalaman yang sulit diungkapkan kata-kata. Kicauan burung, suara binatang hutan, hingga merasakan segarnya air gunung membasahi dahaga saat pendakian.
Setibanya di puncak maka tidak ada yang bisa menandingi upah dari pendakian yang melelahkan yaitu sensasi kepuasan batin. Anda akan merasa sangat kecil di hadapan alam semesta ini dengan nuansa pepohonan lebat tinggi membenamkan rasa bahwa Bumi adalah rumah sejati Anda yang perlu dijaga.
Pemandangan luar biasa indah diatapi cakrawala membentang biru. Anda akan menyaksikan kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh, bahkan juga Samudera Hindia yang membentang indah di kejauhan. Inilah sebuah pengalaman yang tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang.
Pendakian ke puncak Gunung Kerinci memerlukan waktu dua hari melalui
medan cukup berat. Apabila Anda ingin mendaki ke Gunung Kerinci maka
wajib melapor sebelumnya ke Taman Nasional Kerinci Seblat di Sungai
Penuh. Tentunya Anda juga perlu dengan cermat membawa perlengkapan
pendakian dan persiapan fisik yang prima. Pendakian umumnya terdiri atas
beberapa orang dalam satu tim dengan dibantu pemandu. Mereka yang ingin
medaki juga dapat membayar jasa pengangkut barang atau porter dengan
tarif yang sudah ditentukan. Pemandu bisa di Sungai Penuh atau Kersik
Utara dan berperan membantu perizinan pendakian.
Pendakian dimulai dari Pos Kersik Tuo di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro. Kemudian menuju pos penjagaan TNKS atau R10 dengan melewati perkebunan teh sekitar 45 menit. Di pos R10 semua pendaki akan didata untuk memastikan jumlah pendaki. Dari R10 menuju ke Pintu Rimba waktu tempuhnya sekira 1 jam perjalanan dengan jalur beraspal. Di sini Anda dapat menemukan endapan air yang berasal dari air hujan.
Pos selanjutnya adalah Pos Bangku Panjang berjarak sekitar 2 km dari pos sebelumnya. Jalurnya sedikit landai karena merupakan kawasan hutan heterogen. Di pos ini Ada dua buah shelter untuk beristirahat. Dari sini menuju pos Batu Lumut membutuhkan waktu tempuh sekitar 45 menit.
Berikutnya menuju Pos 1 sekitar 1,5 jam sekitar 2 km dengan medan terjal kemiringan hingga 60 derajat. Di sini ada sebuah pondok untuk istirahat. Untuk menuju Pos 2 dibutuhkan waktu sekitar 2 jam menempuh jarak sekitar 3 km dengan medan landai, di sini juga ada sebuah pondok. Pos 3 berjarak sekitar 2 km, pendakian menuju pos ini memakan waktu sekitar 3 jam. Di Pos 3 Anda dapat mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutkan pendakian esok harinya. Menuju Pos 4 memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan jarak tempuh sekitar 1,5 km dan pos ini merupakan pos terakhir sebelum menuju puncak Gunung Kerinci.
Saat Anda tiba di puncaknya maka pastinya kepuasan batin akan menjadi pengalaman yang takan terlupakan. Saksikanlah bentangan pemandangan yang menakjubkan. Anda akan melihat kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh. Nampak pula Samudera Hindia yang membentang indah serta hamparan hutan yang luas dan perkebunan teh berwarna hijau.
Pendakian dimulai dari Pos Kersik Tuo di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro. Kemudian menuju pos penjagaan TNKS atau R10 dengan melewati perkebunan teh sekitar 45 menit. Di pos R10 semua pendaki akan didata untuk memastikan jumlah pendaki. Dari R10 menuju ke Pintu Rimba waktu tempuhnya sekira 1 jam perjalanan dengan jalur beraspal. Di sini Anda dapat menemukan endapan air yang berasal dari air hujan.
Pos selanjutnya adalah Pos Bangku Panjang berjarak sekitar 2 km dari pos sebelumnya. Jalurnya sedikit landai karena merupakan kawasan hutan heterogen. Di pos ini Ada dua buah shelter untuk beristirahat. Dari sini menuju pos Batu Lumut membutuhkan waktu tempuh sekitar 45 menit.
Berikutnya menuju Pos 1 sekitar 1,5 jam sekitar 2 km dengan medan terjal kemiringan hingga 60 derajat. Di sini ada sebuah pondok untuk istirahat. Untuk menuju Pos 2 dibutuhkan waktu sekitar 2 jam menempuh jarak sekitar 3 km dengan medan landai, di sini juga ada sebuah pondok. Pos 3 berjarak sekitar 2 km, pendakian menuju pos ini memakan waktu sekitar 3 jam. Di Pos 3 Anda dapat mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutkan pendakian esok harinya. Menuju Pos 4 memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan jarak tempuh sekitar 1,5 km dan pos ini merupakan pos terakhir sebelum menuju puncak Gunung Kerinci.
Saat Anda tiba di puncaknya maka pastinya kepuasan batin akan menjadi pengalaman yang takan terlupakan. Saksikanlah bentangan pemandangan yang menakjubkan. Anda akan melihat kawah Gunung Kerinci, lanskap Kota Jambi, Padang, Bengkulu, Danau Kerinci, dan Danau Gunung Tujuh. Nampak pula Samudera Hindia yang membentang indah serta hamparan hutan yang luas dan perkebunan teh berwarna hijau.
Danau Kerinci
Pemandangan
di sekitar danau ini begitu menawan. Mata Anda tak akan bosan melihat
hamparan air yang jernih dilatarbelakangi barisan pegunungan yang
anggun. Di tengah danau terlihat perahu-perahu nelayan sedang mengarungi
permukaan airnya yang tenang. Di desa-desa sekitar danau, terdapat
sejumlah batu berukir peninggalan masa megalit dari 2.000 tahun yang
lalu.
Danau Kerinci terletak di kaki Gunung
Raja dan merupakan danau vulkanik seluas 4.200 hektar dengan kedalaman
110 meter, dengan ketinggian 783 meter di atas permukaan laut dan
memiliki kelililing sepanjang 70 km. Secara administratif termasuk dalam
Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau.
Danau Kerinci merupakan danau kedua
terbesar di Sumatera. Keindahannya selalu dikaitkan dengan legenda yang
ada di Kerinci. Adalah Calupat dan Calungga dua bersaudara kembar yatim
piatu yang tinggal di kaki Gunung Kerinci.
Mereka memiliki pusaka Merah Delima dan Batu Putih peninggalan orang
tuanya. Suatu hari Calungga pergi berburu seorang diri, dalam perjalanan
ia menemukan sebutir telur raksasa. Telur itu kemudian dibawa pulang
untuk diperlihatkan kepada Calupat adiknya namun ternyata Calungga
memutuskan untuk memakan telur itu seorang diri. Setelah menyantap telur
raksasa, Calungga kehausan tetapi ternyata kehausan Calungga berbeda.
Ia meminum air sungai sekitar Gunung Kerinci yang menyebabkan sungai
menjadi kering. Tubuh Calungga lama-kelamaan berubah, memanjang dan
memiliki sisik-sisik emas sebesar nyiru. Calungga berubah menjadi seekor
naga raksasa dengan batu mustika merah delima di kepalanya. Untuk
menguji kesaktiannya, Naga Calungga memohon kepada segala dewa di bumi
sakti alam Kerinci agar dapat menggenangi lembah dengan air sehingga
terbentuklah danau besar. Putaran tubuh naga tersebut membentuk sebuah
danau yang sekarang disebut Danau Bento di kaki Gunung Kerinci.
Calupat adik Calungga tak kuasa hidup seorang diri, ia minta naga Calungga mengantarkannya ke perkampungan penduduk di sebelah Timur matahari terbit agar ia dapat hidup berdampingan dengan penduduk. Maka ditiup oleh sang naga sebuah muara dengan angin sakti yang sekarang ini menjadi sebuah sungai yang dinamai Sungai Muara Angin (Sungai Batang Merangin). Kemudian air menyusut karena terbawa arus naga Calungga yang menghilir ke Timur sehingga berobah menjadi sebuah lembah yang dinamai Renah Kerinci dan sebuah danau yaitu Danau Kerinci sekarang. Pada saat kedatangan mereka dihadapan penduduk sepanjang aliran sungai besar, Calupat duduk di atas kepala naga. Maka penduduk saat itu juga langsung menobatkan Calupat sebagai raja yang bergelar Sang Hyang Jaya Naga.
Calupat adik Calungga tak kuasa hidup seorang diri, ia minta naga Calungga mengantarkannya ke perkampungan penduduk di sebelah Timur matahari terbit agar ia dapat hidup berdampingan dengan penduduk. Maka ditiup oleh sang naga sebuah muara dengan angin sakti yang sekarang ini menjadi sebuah sungai yang dinamai Sungai Muara Angin (Sungai Batang Merangin). Kemudian air menyusut karena terbawa arus naga Calungga yang menghilir ke Timur sehingga berobah menjadi sebuah lembah yang dinamai Renah Kerinci dan sebuah danau yaitu Danau Kerinci sekarang. Pada saat kedatangan mereka dihadapan penduduk sepanjang aliran sungai besar, Calupat duduk di atas kepala naga. Maka penduduk saat itu juga langsung menobatkan Calupat sebagai raja yang bergelar Sang Hyang Jaya Naga.
Kabupaten Kerinci memiliki beragam
kesenian daerah bernuansa Islami yang ditopang kelompok-kelompok seni
tersebar di berbagai daerah perdesaan. Pertunjukan kesenian daerah
umumnya dikaitkan dengan acara serimonial seperti pernikahan, menyambut
kelahiran seorang bayi, peresmian rumah tempat tinggal, acara sunatan
anak laki-laki, dan bentuk acara lainnya.
Danau Gunung Tujuh: Danau Para Dewa yang Menyimpan Pesona Sekaligus Misteri
Danau Gunung Tujuh adalah danau yang indah dan unik di Indonesia. Danau
ini berada di puncak Gunung Tujuh dan menjadi salah satu danau kaldera
tertinggi di Asia Tenggara dengan luas sekira 960 hektar, panjang 4,5
km, serta lebar 3 km. Ketinggian danau tersebut sekira 1,950 meter di
atas permukaan laut. Lokasinya berada di Desa Pelompek, Kecamatan Ayu
Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi.
Karena letaknya di atas gunung, menjadikan suasana danau masih asri dan alami. Udara segar, panorama hijau, dan air danau yang jernih menyuguhkan keindahan yang mampu membuat Anda betah untuk berlama-lama menikmati pemandangannya. Selain sebagai tempat melepas penat dan bersantai, danau ini juga digunakan sebagai sumber mata pencaharian nelayan setempat.
Danau Gunung Tujuh adalah danau vulkanik nan menawan yang tercipta karena proses letusan gunung api yaitu Gunung Tujuh di Kabupaten Kerinci. Letusan gunung tersebut menyebabkan terbentuknya sebuah kawah besar yang kemudian terisi oleh air hujan sehingga membentuk sebuah danau. Danau Gunung Tujuh mengaliri beberapa sungai di Jambi, salah satu alirannya bermuara di Sungai Batanghari.
Danau gunung tujuh memiliki luas sekira 12.000 m² dan termasuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Semblat sehingga di sini Anda berkesempatan untuk mendakinya selepas mengunjungi danau ini.
Dinamai Danau Gunung Tujuh karena dikelilingi tujuh puncak gunung di sekitarnya. Gunung-gunung tersebut, yaitu: Gunung Hulu Tebo (2.525 meter), Gunung Hulu Sangir (2.330 m), Gunung Madura Besi (2.418 m), Gunung Lumut yang ditumbuhi berbagai jenis lumut (2.350 m), Gunung Selasih (2.230 m), Gunung Jar Panggang (2.469 m), dan Gunung Tujuh (2.735 m).
Keberadaan danau ini beriring dengan cerita legenda masyarakat setempat sebagai tempat berdiamnya kekuatan supranatural dari dua mahluk halus yang menjaganya yaitu Lbei Sakti dan Saleh Sri Menanti dengan pengikutnya yang berwujud harimau. Penuturan lain menceritakan bahwa danau ini dihuni sepasang naga. Naga jantan menghuni danau dan naga betina menghuni hulu sungainya. Masyarakat Kerinci mengenali Danau Gunung Tujuh sebagai Danau Sakti. Hal tersebut dikaitkan dengan air danau yang senantiasa bersih dimana dedaunan yang jatuh dari pohon di sekitar danau tidak nampak di airnya. Sering pula diceritakan terjadi perubahan cuaca secara tiba-tiba di danau ini. Sebagian warga sekitar menyebutnya danau ini dengan nama Danau Para Dewa yang menyimpan pesona sekaligus misteri.
Karena letaknya di atas gunung, menjadikan suasana danau masih asri dan alami. Udara segar, panorama hijau, dan air danau yang jernih menyuguhkan keindahan yang mampu membuat Anda betah untuk berlama-lama menikmati pemandangannya. Selain sebagai tempat melepas penat dan bersantai, danau ini juga digunakan sebagai sumber mata pencaharian nelayan setempat.
Danau Gunung Tujuh adalah danau vulkanik nan menawan yang tercipta karena proses letusan gunung api yaitu Gunung Tujuh di Kabupaten Kerinci. Letusan gunung tersebut menyebabkan terbentuknya sebuah kawah besar yang kemudian terisi oleh air hujan sehingga membentuk sebuah danau. Danau Gunung Tujuh mengaliri beberapa sungai di Jambi, salah satu alirannya bermuara di Sungai Batanghari.
Danau gunung tujuh memiliki luas sekira 12.000 m² dan termasuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Semblat sehingga di sini Anda berkesempatan untuk mendakinya selepas mengunjungi danau ini.
Dinamai Danau Gunung Tujuh karena dikelilingi tujuh puncak gunung di sekitarnya. Gunung-gunung tersebut, yaitu: Gunung Hulu Tebo (2.525 meter), Gunung Hulu Sangir (2.330 m), Gunung Madura Besi (2.418 m), Gunung Lumut yang ditumbuhi berbagai jenis lumut (2.350 m), Gunung Selasih (2.230 m), Gunung Jar Panggang (2.469 m), dan Gunung Tujuh (2.735 m).
Keberadaan danau ini beriring dengan cerita legenda masyarakat setempat sebagai tempat berdiamnya kekuatan supranatural dari dua mahluk halus yang menjaganya yaitu Lbei Sakti dan Saleh Sri Menanti dengan pengikutnya yang berwujud harimau. Penuturan lain menceritakan bahwa danau ini dihuni sepasang naga. Naga jantan menghuni danau dan naga betina menghuni hulu sungainya. Masyarakat Kerinci mengenali Danau Gunung Tujuh sebagai Danau Sakti. Hal tersebut dikaitkan dengan air danau yang senantiasa bersih dimana dedaunan yang jatuh dari pohon di sekitar danau tidak nampak di airnya. Sering pula diceritakan terjadi perubahan cuaca secara tiba-tiba di danau ini. Sebagian warga sekitar menyebutnya danau ini dengan nama Danau Para Dewa yang menyimpan pesona sekaligus misteri.
Melewati perkebunan penduduk dan hutan dengan keragaman flora dan faunanya saat menuju Danau Gunung Tujuh akan menjadi pengalaman mengesankan. Hamparan gunung terlihat indah dari kejauhan yang akan memuaskan batin Anda setelah pendakian. Di danau ini Anda bisa bersantai menikmati panorama menawan sekitar danau.
Di di pinggir danau terdapat hamparan pasir putih yang menyerupai pasir pantai. Biasanya pengunjung mendirikan tenda untuk berkemah di sini. Saat pagi hari kadang ada yang berkumpul di pinggir danau untuk menyaksikan Matahari terbit.
Apabila Anda datang berkelompok maka mengapa tidak berkemah di pinggir danau. Kegiatan tersebut akan sangat sempurna untuk merasakan suasana alam yang hening dan tenang jauh dari kebisingan kota. Di sini juga Anda dapat memancing atau menyewa perahu nelayan untuk berkeliling danau. Perahu nelayan tersebut terbuat dari satu kayu bulat utuh berdiameter 30-40 cm yang dibentuk seperti perahu.
Danau Gunung Tujuh masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Semblat sehingga memberi Anda kesempatan untuk menjelajahi hutan sekitarnya. Berbagai jenis satwa khas di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah: harimau sumatera, siamang, beruang madu, babi hutan, tapir, bermacam burung, dan berbagai jenis kupu-kupu. Tumbuhannya pun beragam dengan primadonanya adalah jenis anggrek alam dan bunga kantong semar.
Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi: Berinteraksi dengan Suku Anak Dalam
Pulau
Sumatera merupakan surga hutan rimba di Indonesia selain Kalimantan.
Bahkan, hutan-hutan di Sumatera ini merupakan salah satu cagar biosfer
penting di dunia. Hutan rimba di Sumatera memanjang dari Aceh hingga ke
Lampung dan hampir semuanya berpotensi tinggi untuk industri pangan dan
pariwisata.
Adalah Taman Nasional Bukit Duabelas di Provinsi Jambi,
merupakan hutan yang menjadi rumah bagi Orang Rimba atau lebih dikenal
dengan sebutan Suku Anak Dalam Jambi. Taman Nasional Bukit Duabelas
berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten
Bungo Tebo, dan Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi.
Memiliki luas yang relatif kecil
diantara taman nasional lain namun luas petualangannya lebih dari
keinginan para penjelajah.Taman Nasional Bukit Duabelas memiliki luas
60.500 hektar dan berada di ketinggian 50 - 400 meter di atas permukaan
laut. Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan kawasan hutan hujan tropis
dataran rendah. Topografinya bervariasi mulai dari dataran rendah,
bergelombang, sampai yang berbukit. Bagian utara wilayah ini merupakan
hutan primer dan sisanya merupakan kawasan gundul akibat penebangan liar
yang dilakukan beberapa perusahaan yang ingin menjadikan hutan ini
sebagai hutan produksi. Akan tetapi, kini kawasan sisa ini sudah mulai
mengalami reboisasi dan fungsinya dikembalikan kesemula yaitu sebagai
hutan hujan tropis. Nyatanya, kini hutan ini pun merupakan lumbung air
bagi Provinsi Jambi.
Taman Nasional Bukit Duabelas menjadi habitat dari beberapa satwa langka Sumatera diantaranya adalah: tapir (Tapirus), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis nebulosa diardi), kancil (Tragulus javanicus kanchil), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), kijang (Muntiacus muntjak montanus), meong congkok (Prionailurus bengalensis sumatrana), lutra Sumatera (Lutra sumatrana), ajag (Cuon alpinus sumatrensis), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), elang ular bido (Spilornis cheela malayensis), dan masih banyak lagi lainnya.
Sedangkan flora yang tumbuh di kawasan indah ini adalah: bulian (Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea sp.), kempas (Koompassia excelsa), jelutung (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp.)dan rotan (Calamus sp.). Tidak hanya itu, terdapat kurang lebih 120 jenis tumbuhan termasuk cendawan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan obat.
Taman Nasional Bukit Duabelas adalah
rumah bagi Suku Anak Dalam. Jadi berkunjung ke Bukit Duabelas untuk
bertemu mereka merupakan kegiatan yang menarik. Bahkan, tidak sedikit
orang sengaja berkunjung ke Taman Nasionl Bukit Duabelas hanya untuk
merasakan hidup bersama keseharian Suku Anak Dalam. Suku Anak Dalam
diyakini merupakan orang Maalau Sesat. Keberadaan mereka di dalam hutan
belantara Jambi karena melarikan diri dari serangan musuh dan keran
tidak ingin dikuasai dan diperintah oleh musuh. Cerita lain menyebutkan
bahwa Suku Anak Dalam berasal dari Pagaruyung yang mengungsi ke Jambi.
Cerita ini didukung dengan kesamaan bahasa dan adat yang dimiliki suku
ini dengan suku Pagaruyung di Minangkabau. Salah satu kesamaan adat
mereka adalah sistem Matrilineal. Mereka bertahan hidup di dalam hutan
dengan berburu, bercocok tanam dan memancing.
Saat ini, sejumlah agen perjalanan atau
pariwisata di Jambi banyak yang menawarkan perjalanan ke Taman Nasional
Bukit Duabelas untuk mengunjungi Suku Anak Dalam. Berikut salah satu
agen perjalanan yang bisa mengantar Anda bertemu dengan Suku Anak Dalam.
Air Terjun Telun Berasap, Keindahan Terselip di Lebatnya Taman Nasional Kerinci Seblat
Selesai menjejakkan kaki di Gunung Kerinci atau selepas menikmati cita
rasa Teh Kayu Aro ditemani panorama perkebunan maka berikutnya Anda
dapat menjemput keindahan lain di Kabupaten Kerinci, yaitu Air Terjun
Telun Berasap. Air terjun ini berlokasi di Desa Telun Berasap,
Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Keberadaan air
terjun nan cantik ini akan begitu memberi kesan mendalam karena berada
di antara rerimbun hijau Taman Nasional Kerinci Seblat.
Air Terjun Telun Berasap ditutupi lebatnya pepohonan dengan suara gemuruh air menghantam bebatuan terjal akan terdengar dari kejauhan sebelum Anda berada di hadapannya. Air terjun ini mengalir melalui tebing-tebing terjal dengan ketinggian sekira 50 meter. Kubikan air mengalir melalui formasi bebatuan dimana sumbernya dari aliran air sungai yang berhulu di Danau Gunung Tujuh.
Menurut penduduk setempat, nama Telun Berasap berasal dari proses jatuhnya aliran air dengan debit tinggi tersebut (50 meter) sehingga menciptakan kabut air di sekelilingnya. Proses itulah yang menjadi keistimewaan Air Terjun Telun Berasap. Ketika sinar Matahari menyinari butiran uap air yang melayang di udara seolah berbentuk kabut dan menciptakan kemilau cahaya warnai-warni bagaikan pelangi.
Di balik Air Terjun Telun Berasap, terdapat sebuah goa namun terbilang sulit dimasuki. Itu karena deras dan banyaknya debit air yang jatuh dari atas dan terjalnya batu karang di sekitar air terjun membuat belum ada yang bisa masuk ke dalam goa dan meneliti keadaan di dalamnya.
Di sekitar air terjun ini terdapat pondok yang memungkinkan Anda menikmati pemandangan air terjun tersebut dari ketinggian. Jika cukup berani, Anda bisa naik ke atas air terjun untuk mendapatkan pemandangan berbeda. Perlu diketahui, Air Terjun Telun Berasap bukanlah air terjun yang memungkinkan Anda untuk melakukan loncatan dari atas ke bawa air terjun, karena dasar air terjun tersebut tidak dalam dan berbatu di tepi alirannya.
Kantor Pariwisata
Telp. (62-741) 445050
Fax. (61-741) 445050
http://disbudpar.jambiprov.go.id/index.php
Taman Nasional Kerinci Seblat
Jl. Basuki Rahmat 1
Telp.(62-748) 21095, 2230