Jumat, 21 November 2014

Wisata di Kepulauan RIAU Bab I


Kepulauan Riau yang beribu kota di Tanjung Pinang diberkahi dengan objek pariwisata yang berlimpah, pantainya sangat indah dan kebudayaannya yang menarik. Laut merupakan tempat yang sangat esensial di kepulauan ini karena merupakan tempat bagi nelayan untuk mencari ikan dan berdagang. ‘Pinisi’ kapal layar yang terbuat dari kayumasih berlayar di kepulauan ini bersama dengan perahu nelayan dan kapal pengangkut barang.
Tanjung Pinang berada di pulau terluas yakni Kepulauan Bintan yang dulu dikenal dengan Riau dan merupakan jantung kota Kerajaan Melayu kuno. Saat ini, Bintan adalah tempat hiruk pikuk kegiatan ekonomi yang berkembang pesat di Indonesia.
Pemerintah Kepulauan Riau terus berupaya menjadikan kepulauan ini sebagai tujuan wisata utama di Indonesia. Berjarak kurang dari satu jam dari Singapura dengan menggunakan kapal feri, banyak para pengusaha akomodasi turis memanfaatkan peluang usaha ini dengan membangun banyak hotel berbintang di lokasi yang strategis. Kepulauan ini terdiri dari Kepulauan Riau, Pulau Natuna, dan Kepulauan Anambas.
Kepulauan Riau dulunya ialah bagian dari Provinsi Riau namun kemudian menjadi provinsi sendiri pada Juli 2004 dengan Tanjung Pinang sebagai ibu kotanya. Jika melihat dari jumlah populasinya, pulau-pulau yang paling penting di wilayah ini adalah Bintan, Batam, dan Karimun karena populasinya banyak dan sebagai pusat kegiatan ekonomi Kepulauan Riau. Sementara itu  Pulau Natuna memiliki populasi yang sedikit meski wilayahnya lebih luas.
Kepulauan Riau dengan ribuan pulaunya memiliki banyak pantai dan tempat untuk menyelam yang sangat indah, di antaranya ialah Trikora di Bintan dan Pasir Panjang di Pulau Rupat. Trikora berada sekitar 50 km di selatan Tanjung Pinang di sisi timur pulau. Pasir Panjang yang terletak di sisi utara Rupat menghadap ke Selat Malaka memiliki pantai-pantai yang indah dan pantai-pantai indah ini dapat ditemukan juga di Terkulai dan Pulau Soreh, berjarak sekitar satu jam dari Tanjung Pinang dengan menggunakan perahu. Salah satu pantai yang paling tersohor ialah Nongsa yang terletak di Pulau Batam. Dari sini dapat terlihat cakrawala Singapura.

Batam merupakan salah satu dari 3.000 pulau yang ada di Kepulauan Riaudan merupakan pusat dari Kepulauan Riau dengan lokasi yang berdekatan dengan Singapura berjarak hanya 20 km atau 20 menit dengan menggunakan kapal feri. Batam termasuk wilayah dengan populasi cepat berkembang yakni sekitar 100.000 jiwa. Sebagai pulau industri dan wisata, Batam telah memikat pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia karena peluang ekonomi tentunya.
Batam adalah wilayah industri minyak pendukung di Batu Ampar dan sebagai industri elektronik yang berkembang pesat di Indoensia. Batam saat ini menarik banyak wisatawan untuk datang berkunjung dan jumlahnya terus bertambah dari tahun ke tahun. Banyak wisatawan yang datang dari Singapura untuk liburan singkat, berbelanja, atau sekedar wisata kuliner.
Batam meiliki hotel-hotel berstandar internasional dan terus melakukan pembangunan dalam berbagai sektor. Dengan luas ⅔ luas Singapura, hutan di Batam yang masih alami sekarang telah berubah menjadi kota-kota baru, mesjid, gereja, klenteng, dan pasar swalayan. Selain itu juga akan segera dibangun waduk untuk menampung persediaan air bagi 800.000 populasi dan untuk keperluan industri.
Bandara di Batam yang menjadi pintu gerbang internasional telah didukung sistem telekomunikasi canggih. Kota ini memiliki taman industri yang ditata dengan baik dan ini adalah permulaan bagi sebuah pusat kota besar yang baru di Indonesia.

Sejarah


Sejak zaman Sriwijaya hingga abad ke-16, Riau adalah bagian dari Kerajaan Melayu yang terbentang dari timur Sumatra sampai Kalimantan. Orang Melayu adalah suku Orang Laut yang menghuni pulau dan menjadi  tulang punggung bagi kerajaan Melayu dari Sriwijaya hingga Kesultanan Johor dengan menguasai rute perdagangan yang melewati selat. Setelah runtuhnya Malaka pada 1511, Pulau Riau kemudian menjadi pusat kekuasaan politik Kesultanan Johor atau johor-Riau dan terletak di Pulau Bintan dan dianggap sebagai pusat kebudayaan melayu.
Sejarah telah mengubah nasib Riau sebagai pusat politik, kebudayaan, dan ekonomi ketika bangsa Eropa mencoba menguasai rute perdagangan regional dan mengambil keuntungan dari kelemahan politik kesultanan saat itu. Pulau Singapura yang selama berabad-abad menjadi bagian dari Kesultanan Melayu dan berada di bawah kekuasaan Sultan Johor akhirnya menjadi daerah kekuasaan Inggris. Pendudukan bangsa Eropa di Johor-Riau membuat kesultanan pecah menjadi 2 dan menghancurkan kesatuan budaya dan politik Melayu yang telah  bertahan selama berabad-abad lamanya. Perjanjian Anglo-Belanda pada 1824 mengukuhkan perpisahan ini dimana  Inggris menguasai  semua wilayah utara Selat Singapura dan Belanda menguasai wilayah dari Riau sampai Jawa.
Setelah kekuasaan bangsa Eropa keluar dari wilayah Riau, pemerintahan yang baru harus menata dan menemukan keseimbangannya sendiri setelah dijajah selama kurang lebih 400 tahun. Sebelum menemukan statusnya, wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Kalimantan mengalami konflik militer satu sama lain dan Pulau Riau berada di tengah-tengahnya. Baru setelah 150 tahun berikutnya terbentuk kesatuan dalam Sijori Growth Triangle.
Pulau Batam menerima investasi besar dan secara dramatis menjadikannya berkembang sebagai wilayah industri. Menjadi magnet bagi ratusan ribu imigran Indonesia non-Melayu sehingga kemudian mengubah keseimbangan demografi di kepulauan ini untuk selamanya.  
Saat ini nama Riau semata-mata mengacu pada wilayah administrasi Indonesia dimana zona perdagangan bebas telah di dukung oleh dana investasi dari orang Indonesia, Singapura, dan bahkan internasional.

Pulau Bintan
Bintan adalah pulau terbesar di Kepulauan Riau yang melebar dari Malaka ke Laut Cina Selata dan memiliki sekira  3.000 pulau besar dan kecil, terbentang di seberang Singapura dan Johor Baru, Malaysia. Lokasi Bintan terbilang sangat strategis karena terletak di semenanjung selatan Malaysia di mulut Selat Malaka dan dari sejarahnya merupakan tempat singgah favorit bagi kapal dagang India dan Tiongkok untuk berlindung dari badai dan mengisi perbekalan.

Tujuan wisata teratas di sini adalah Bintan Resort, destinasi wisata berupa pantai yang spektakuler di utara pulau dengan luas 23.000 hektar di atas pasir putih yang menghadap ke Laut Cina Selatan. Pulau ini juga memiliki jejak sejarah yang memukau di Tanjung Pinang dan Penyengat. Ada pula lokasi untuk surfing, ekowisata dan berbagai event internasional.

Sementara, bagi mereka yang suka menyelam kepulauan Anambas di Laut Cina Selatan menawarkan lokasi menyelam yang masih alami, dapat dijangkau dari bandara Tanjung Pinang. Sedangkan, kepulauan Natuna dapat dijangkau dari Batam.

Tidak heran lagi, pada abad ke-18, pedagang dari Eropa, Portugis, Belanda dan Inggris saling bertarung memperebutkan pulau ini. Pada waktu itu, pulau ini bagian dari Semenanjung Melayu dikuasai oleh Kesultanan Johor-Riau, yang diduduki secara  berganti antara Johor (berada di Malaysia saat ini) dan pulau Bintan (berada di Indonesia saat ini).

Pada 1884 Inggris dan Belanda menutup pertentangan mereka di pulau ini dengan menandatangani Treaty of London, yang kemudian semua wilayah teritoris utara Singapura diberikan pada Inggris, sementara wilayah teritoris selatan Singapura diserahkan pada Belanda.

Sejak saat  itu takdir dan sejarah wilayah utara dan selatan Singapura dipisahkan. Singapura menjadi pusat perkembangan dagang Inggris, sedangkan Belanda berkonsentrasi di Jakarta dan Jawa, meninggalkan kepulauan Bintan.

Dalam beberapa dekade, dengan hubungan bersahabat antara Indonesia dan Singapura, sebuah persetujuan ditanda tangani antara kedua belah pihak untuk membangun kepulauan Bintan secara bersama-sama yang akan menguntungkan kedua negara dalam Zona Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan kepulauan Batam.

Bentuk pertama dari perjanjian ini adalah pembangunan Bintan Resort, destinasi wisata pantai, seluas 23,000 hektar diatas pasir putih Bintan nan indah yang menghadap Laut Cina Selatan. 

Pulau Galang: Rumah Pengungsi Vietnam
Pada 1980-an, Pulau Galang tiba-tiba menjadi terkenal. Pulau ini menjadi topik diskusi di PBB karena menjadi rumah bagi ribuan manusia perahu Vietnam, pengungsi yang meninggalkan negara mereka setelah Perang Vietnam. Mereka datang ke sini dengan perahu dalam kondisi mengkhawatirkan. 40 hingga 100 pengungsi berjejal di satu perahu kecil. Mereka terapung-apung selama berbulan-bulan di Laut China Selatan tanpa tujuan yang jelas. Banyak yang meninggal di tengah laut, tetapi yang lain berhasil mencapai wilayah Indonesia, termasuk Pulau Galang, Tanjung Pinang, dan pulau-pulau lain di dekatnya. PBB dan Pemerintah Indonesia menyatakan Galang tempat yang aman sementara bagi pengungsi sebelum diproses untuk dipindahkan ke negara lain. Banyak orang Vietnam di Amerika, Eropa dan Australia, bersyukur ketika mereka akhirnya menemukan kedamaian di sebuah pulau cantik, dengan pantai berpasir putih.
Di sini dibangun rumah-rumah ibadah, sekolah untuk anak-anak mereka dan kuburan. Pada saat ini, bekas kamp-pengungsi merupakan situs wisata. Dengan mengunjungi kamp ini, pengunjung dibawa kembali ke tragedi masa lalu, ketika ribuan Vietnam meninggalkan negara asal mereka untuk mencari perlindungan. Pengunjung dapat melihat sebuah gereja dan sebuah kuil yang dibangun pada jaman itu, yang masih terawat baik dan dapat digunakan oleh wisatawan. Para pengungsi Vietnam ini tiba di sini antara tahun 1976 dan 1996. Terlihat dari replika salah satu perahu kecil yang digunakan pada tahun 1975 oleh ratusan pengungsi Vietnam untuk menyeberangi lautan melarikan diri dari tanah air mereka yang penuh perang saudara. Quan Sebuah Biara Tu, dibangun pada tahun 1984, daya tarik utama pulau ini. 

Pantai Pelawan
Pantai ini terletak di Pangke, Meral, Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, pantai Pelawan adalah tempat yang tepat bagi Anda untuk menemukan inspirasi dan kedamaian. Pantai ini memiliki pasir putih yang berkilau, batu besar, dan hutan mangrove di sekitarnya. Pantai ini juga memiliki pesona khusus bagi para pengunjung.

Pantainya yang indah dan airnya yang biru menjadi kebanggaan bagi mereka yang tinggal di Tanjung Balai Karimun. Pantai ini juga merupakan tempat favorit untuk menghabiskan akhir pekan dan tahun baru. Kondisi alam pantai Pelawan masih terawat dengan baik terlihat dari pasir yang bersih. 

Pantai Melur: Pantai Jernih Manusia Perahu 
Indonesia memang kaya akan panorama pantainya, salah satunya yang patut Anda kunjungi adalah Pantai Melur yang terletak di sisi barat Pulau Galang, di Barelang, Tanjung Pinang atau sekitar 45 km sebelah selatan Pulau Batam. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih di sepanjang pesisirnya. Nyiur di pantai ini melambai-lambai menambah indahnya susana pantai yang sangat cocok sebagai tempat untuk bersantai dan mencari inspirasi. Pantai yang menjadi salah satu andalan destinasi wisata Pulau Batam ini banyak dikunjungi wisatawan karena panorama pantainya yang luas, bersih, dan air pantainya yang jernih. Pantai Melur sangat cocok dan nyaman bagi Anda liburan di Batam sambil menghilangkan kepenatan dari kesibukan dan hiruk pikuknya suasana kota.
Sepanjang mata Anda memandang, luasnya hamparan pasir putih tersaji beresama gelombang kecil yang terombang ambing, nikmati juga angin sepoi-sepoi yang memanjakan Anda. Tidak hanya itu, pepohonan yang ada di Pantai Melur juga semakin menambah eksotisnya pantai ini.
Pantai ini bukan sekadar objek wisata bahari yang bisa dinikmati keindahannya. Akan tetapi, Pantai Melur juga memiliki cerita yang dapat Anda gali sendiri dari masyarakatnya secara langsung. Dahulu pengungsi Vietnam yang terkenal dengan sebutan Manusia Perahu, terdampar di Pulau Batam kemudian mendirikan perkampungan di Pulau Galang sekitar 1 km dari Pantai Melur.
Keistimewaan lainnya Pantai Melur adalah pasir lautnya yang landai dan tidak berkarang, hal ini memungkinkan Anda berenang dengan aman hingga jarak 500 meter dari bibir pantai. Bagaimana? Patut disambangi bukan! 

Tidak ada komentar: