Selasa, 02 Desember 2014

Wisata Jawa Tengah Bab III

Pulau Tengah: Keindahan Pulau Kecil nan Indah di Karimunjawa

Ada satu lagi pulau yang perlu Anda sambangi ketika berkunjung ke Karimunjawa, namanya Pulau Tengah. Pulau ini ukurannya tidak terlalu luas, hanya sekira 4 hektar saja, meskipun ukurannya kecil namun keindahannya sangatlah memukau baik apa yang ada di darat maupun di bawah perairannya.

Pulau Tengah merupakan salah satu dari sekian pulau yang tehampar di Karimunjawa. Jarak Pulau Tengah dari pulau utama yaitu Karimunjawa adalah  1,5 jam perjalanan dengan kapal motor. Pulau Tengah tepat berada di tengah-tengah laut sehingga bisa jadi itu yang menjadi asal mula pulau ini diberi nama Pulau Tengah. Di pulau ini sudah dibangun dermaga kecil dari kayu sehingga kapal-kapal kecil atau kapal nelayan dapat bersandar.

Keindahan Pulau Tengah sudah dikenal para pecinta pantai, terutama mereka yang pernah berkunjung ke Karimunjawa. Ketika berada di atas kapal dari kejauhan Pulau Tengah nampak indah apalagi begitu Anda tiba di pulaunya maka decak kagum pun terlontar. Keindahan alam dan kekayaan biota lautnya di pulau ini patut untuk dinyatakan sebagai keindahan yang tersembunyi.

Suhu tertinggi di pulau ini 30°C dan terendah sekitar 27°C. Pasir, terumbu karang, dan batu karang merupakan komposisi yang membentuk pulau ini selain pohon kelapa dan cemara laut yang tumbuh subur hampir seluruh daratanya. Kondisi airnya begitu jernih sehingga memungkinkan Anda untuk menyaksikan terumbu karang dari atas kapal. Terumbu karang seperti table coral dan brain coral dapat terlihat di kedalaman 3-10 meter dengan kondisi sangat baik.

Di bawah laut Pulau Tengah ada berbagai faunan laut yang indah seperti gerombolan ikan ekor kuning atau fusilier (Caesionidae) yang berwarna biru, kuning, dan perak. Ada juga ikan snapper, fusiliers dan sweetlips di kedalaman 5-20 meter. Ikan karang seperti butterfly, cardinal, angel, grouper, damselfish, anthias, batfish, wrasse, parrot, surgeon, trigger, box, puffer, dan porcupine di kedalaman 3-17 M. Ikan Dasar seperti flounder, gobies, moray, flathead, blennies, dan scorpion berada di kedalaman 3-20 meter. Biota lain termasuk gurita, udang dan kepiting juga ikut menghuni perairan pulau ini, mereka biasanya dapat ditemukan di kedalaman antara 5-20 meter. Ada juga moluska,  ular laut, penyu, pari,  hiu dan lumba-lumba di kedalaman 5-20  meter. 

Kondisi perairan di sekitar pulau ini cocok bagi penyelam pemula karena tidak terlalu dalam. Kedalaman menyelam maksimum di perairan ini adalah 20 meter. Lokasi menyelam hampir tersebar di setiap sudut pulau. Bagi Anda yang baru pertama kali menyelam, ketika mulai menggunakan peralatan menyelam di atas kapal, perasaan takut, gugup dan senang bergabung menjadi satu menciptakan sensasi pengalaman yang tidak terlupakan. Ketika Anda sudah berada di dalam air dan mulai mengayunkan kaki dan tangan untuk berenang dan siap menjemput berbagai keindahan di dasar laut Pulau Tengah. Jangan heran jika beberapa jenis ikan seolah-olah berhenti untuk menyapa Anda atau ingin mengajak bermain. Anda juga bisa menyaksikan seekor ikan yang nampak malu-malu keluar dari terumbu karang.  Ketika Anda berenang lebih dalam, berbagai bentuk terumbu karang siap memanjakan mata. Mungkin ketika Anda melihat keindahan terumbu karang tersebut, Anda bertanya-tanya bagaimana terumbu karang bisa tercipta seindah itu. Berbagai keindahan tersebut berpadu menjadi satu harmonisasi yang sulit untuk dilupakan.

Selesai menyelam dan snorkeling ataupun berenang, Anda bisa bersantai di atas hammock yang terayun pelan sambil menikmati hebusan angin sepoi-sepoi menyentuh kulit dan menerpa rambut. Anda juga bisa berbaring di atas hamparan pasir sambil menikmati birunya langit di atas Pulau Tengah.

 Berjarak tidak terlalu jauh dari Pulau Tengah, terdapat sebuah gosong atau yang biasa dikenal dengan Gosong Tengah. Gosong Tengah ini berbentuk dataran pasir putih yang seolah-olah timbul secara alami dari dalam laut. Dataran pasir putih ini memiliki lebar sekitar 3 meter dan panjang tidak sampai 100 meter. Anda bisa berjalan Gosong Tengah ini sambil menyaksikan ikan pari berenang dengan cepat seolah-oleh menggoda Anda. Perairan sekitarnya tidak memiliki ombak jadi sangat cocok untuk aktifitas berenang. Anda juga bisa memancing dan menikmati hasil pancingan Anda langsung di tepi pantai.

Candi Pawon : Candi Tempat Menyimpan Senjata Raja
Sementara sebagian besar candi dibangun sebagai tempat pemujaan atau pun makam maka Candi Pawon ternyata memiliki fungsi yang lain yaitu dibangun sebagai tempat penyimpanan senjata. Senjata tersebut dikenal dengan nama vajranala, yaitu senjata Raja Indera dalam mitologi India yang konon bentuknya serupa halilintar. Candi Pawon yang keberadaannya disebut-sebut di dalam prasasti Karang Tengah (824 M) berlokasi di Desa Brojonalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Pawon yang kokoh 

disebut-sebut sebagai bagian dari Candi Borobudur sebab reliefnya dipercaya sebagai permulaan relief Candi Borobudur.
Perihal nama candi ini, terdapat banyak penafsiran menyangkut asal-usulnya. J.G. de Casparis, menafsirkan nama Pawon berasal dari bahasa Jawa, yaitu 'awu' yang berarti abu. Kata tersebut kemudian mendapat awalan 'pa' dan akhiran 'an' yang menunjuk pada suatu tempat, yaitu perabuan. Sementara itu, dalam bahasa Jawa percakapan, kata 'pawon' mempunyai arti dapur. Candi Pawon juga memiliki nama lain, yaitu Candi Bajranalan, nama tersebut diduga berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu 'vajra' yang berarti halilintar dan kata 'anala' yang artinya api.

Bangunan suci Buddha ini berjarak tepat 1.750 m dari Candi Borobudur yang super megah itu dan 1.150 m dari Candi Mendut. Lokasinya berada tepat di antara kedua candi itu. Kemiripan motif pahatan atau relief pada ketiga candi tersebut dan letaknya yang berada pada satu poros garis lurus menjadi dasar asumsi bahwa jelas ada keterkaitan yang kuat di antara ketiganya. Poerbatjaraka berpendapat bahwa Candi Pawon merupakan upa angga (bagian dari) Candi Borobudur. Penelitian secara lengkap pada reliefnya menunjukkan bahwa relief pada Candi Pawon merupakan permulaan relief dari Candi Borobudur.

Berbahan batu gunung api, Candi Pawon merupakan monumen Buddha yang dibangun dengan menggabungkan seni arsitektur Hindu Jawa kuno dan India. Candi yang pernah dipugar tahun 1903 dan selesai pada 1904 ini memiliki fitur teras dan tangga yang terbilang lebar. Anda akan disuguhi beragam hiasan stupa dengan relief pada dinding bagian luarnya berupa pohon hayati (kalpataru) yang diapit dengan pundi-pundi dan kinara-kinari. Kinari adalah sebentuk makhluk setengah manusia setengah burung dimana ia berkepala manusia tapi berbadan burung.

Sumur Jalatunda : Sumur Tua Raksasa di Dataran Tinggi Dieng : Sumur Tua Raksasa di Dataran Tinggi Dieng
"Dalamnya sumur bisa dikira, dalamnya hati siapa yang bisa mengira."
Suara lantang seorang bapak separuh baya menutup kisah tentang Sumur Jalatunda yang ia ceritakan pada sekelompok anak kecil. Ada dua versi cerita asal muasal Sumur Jalatunda yang ia bagi kepada anak-anak tersebut. Sekelumit sejarah tentang Sumur Jalatundayang berada di kawasan paling Barat di kompleks wisata Dataran Tinggi Dieng ini, memang menarik untuk diketahui. Tepatnya, sumur ini berada di Desa Wisata Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Versi cerita dimaksud adalah asal muasal Sumur Jalatunda versi ilmiah dan mitos. Berdasar dugaan ilmiah, sumur berwarna hijau pekat berdiameter sekira 90 meter ini adalah sebuah kepundan yang terbentuk akibat letusan gunung api jutaan tahun lalu. Kawah atau kepundan tersebut kemudian terisi air dan terbentuklah menyerupai sebuah sumur—sumur raksasa berkedalaman ratusan meter. Nama Jalatunda sendiri adalah berarti sumur yang besar atau luas dalam bahasa Jawa. Konon, fenomena terisinya kawah yang sejenis dengan proses terbentuknya Jalatunda hanya hanya ada dua saja di dunia. Kawah sejenis Jalatunda yang lain dapat ditemukan di Meksiko.

Selain menyebutkan asal usul secara ilmiah, sang Bapak juga menceritakan mitos seputar sumur raksasa berwarna hijau ini dengan gaya mendongeng yang menarik. Alkisah jaman dulu kala ada seorang putri cantik jelita yang gemar mengenakan pakaian serba putih, namun berperangai jahat. Putri cantik ini sering meminta tumbal kepada masyarakat sekitar untuk dikorbankan dan ditenggelamkan di sumur ini. Kisah lain yang juga mewarnai misteri sumur raksasa ini adalah bahwa konon di dalam sumur ini, terdapatsebuah pintu gerbang atau jalur penghubung ke kediaman ular setengah dewa.

Benar atau tidaknya kisah tersebut di atas, tidak ada yang tahu secara pasti. Hal pasti adalah bahwa untuk menikmati pesona Sumur Jalatunda, Anda harus terlebih dulu meniti sekira 257 anak tangga. Setibanya di tangga terakhir, tampak beberapa tumpuk batu kerikil yang terhampar beralaskan karung beras. Selain mitos yang sudah diceritakan sebelumnya, batu kerikil ini menambah keunikan dan daya tarik lain bagi para wisatawan. Dipercaya bahwa mereka yang mampu melempar batu kerikil ke sumur sejauh jarak tertentu akan mendapatkan keberuntungan dan terkabul niat serta keinginannya.

Adapun target lemparan antara perempuan dan laki-laki berbeda jauhnya. Bagi perempuan, cukup dengan melempar batu kerikil ke tengah sumur, maka ia dapat dikatakan berhasil. Sementara bagi lelaki, target lemparannya lebih jauh lagi, yaitu hingga ke seberang sumur yang ditandai dengan rimbun pohon bunga berwarna ungu, yang tumbuh di sela-sela batuan di sisi seberang sumur.

Perihal perlu diperhatikan juga adalah bahwa batu yang digunakan untuk melempar keberuntungan haruslah batu yang dibeli dari anak-anak Dieng di lokasi sumur ini, yaitu batu kerikil beralas karung ala kadarnya di ujung anak tangga yang tadi diceritakan. Batu tersebut dapat Anda beli seharga Rp500,00,-. Jadi, jangan berpikir untuk membawa batu sendiri dari tempat lain. Meski hal seperti ini dapat saja merupakan strategi wisata, tetap saja banyak orang yang tidak ingin menyiakan kesempatan selagi berkunjung ke sumur tersebut dan menguji keberuntungan mereka.

Melihat ke arah sumur dari atas, seolah mudah saja untuk melempar batu ke tengah sumur atau bahkan ke sisi seberang tetapi begitu batu dilempar, batu seolah lenyap di antara rimbun pepohonan sisi terdekat sumur dan bukannya ke tengah apalagi ke sisi seberang.

Menurut warga sekitar yang biasa menjadi pemandu, beberapa orang telah membuktikan kebenaran mitos tersebut. Salah seorang yang berhasil melempar ke titik yang ditargetkan mengaku keinginannya terwujud dan dengan sengaja datang kembali ke Dieng untuk menceritakan dan berbagi kebahagiaan.

Candi Arjuna: Warisan Sejarah Hindu di atas Bukit 

Di sinilah eksotisme sejarah berusia ribuan tahun telah berharmoni bersama keindahan dan sejuknya udara pegunungan. Kompleks Candi Arjuna adalah candi bercorak Hindu peninggalan abad ke-7 yang teguh menantang dinginnya cuaca di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Mengunjungi Kompleks Candi Arjuna di ketinggian sekira 2.093 m dpl, mungkin dapat jadi pilihan wisata  budaya dan wisata alam sekaligus.
Hawa dingin pegunungan sudah akan terasa menggigit kulit setibanya di pintu masuk kawasan Kompleks Candi Arjuna bahkan pukul 9 pagi. Terlebih lagi, hujan baru saja selesai mengguyur tanah tempat bersemayamnya para dewa tersebut. Tak ayal, gugusan pegunungan dan bukit-bukit yang gagah sebagai latar belakang candi pun tertutup kabut. Semakin siang, kabut kian surut dan hilang menampilkan pemandangan utuh gunung yang nampak hijau di kejauhan. Seolah tak terpengaruh segala perubahan cuaca dan musim selama ribuan tahun lamanya, beberapa candi yang berada dalam satu kompleks itu tetap kokoh  berdiri.

Dibangun pada 809 M, Kompleks Candi Arjuna merupakan candi hindu tertua di Pulau Jawa dan tempat pemujaan Dewa Siwa. Hal ini didasarkan keberadaan Lingga dan Yoni di dalam candi utama. Selain itu, ditemukan pula beberapa arca, seperti Dewi Durga, Ganesha, dan Agastya yang kini tersimpan di Museum Kailasa.

Kompleks Candi Arjuna terdiri dari 5 candi yaitu, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, dan Candi Puntadewa. Secara arsitektur, Candi Arjuna mirip dengan candi di India selatan dan diduga mendapat pengaruh dari budaya India. Candi-candi yang terbuat dari batuan andesit tersebut tidak memiliki banyak relief pada dindingnya. Hanya ada relief ketiga Dewa Trimurti yaitu Siwa, Wisnu, dan Brahma yang dipahatkan di Candi Srikandi dan bukannya di candi utama.

Kompleks Candi Arjuna ini ditemukan pertama kali tahun 1814 oleh seorang tentara Inggris, yaitu van Kinsbergen. Saat ditemukan, candi-candi tersebut terendam air rawa-rawa, berbeda dari kebanyakan candi lain yang biasanya terendam tanah. Proses pengeringan air rawa baru dimulai lebih dari 40 tahun kemudian. Rumput hijau seperti karpet tampak tumbuh subur di pelataran candi, membingkai kerikil yang memenuhi pelataran terdekat dengan candi.

Tidak diketahui secara pasti siapa yang memberi nama candi-candi tersebut. Akan tetapi, hal yang pasti adalah bahwa nama-nama candi tersebut diberi nama sesuai tokoh pewayangan. Candi Arjuna adalah candi utamanya yang berhadapan dengan Candi Semar dengan bentuk memanjang beratap limasan. Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra berjejer ke samping sebelah kirinya.

Dalam kompleks wisata Dataran Tinggi Dieng terdapat 19 candi tetapi hanya delapan yang masih utuh berdiri.

Kelima candi yang berada berdekatan di Kompleks Candi Arjuna memiliki perbedaan bentuk satu dengan yang lainnya. Candi Arjuna, sebagai candi utama, merupakan sebuah candi yang berdenah dasar persegi dengan luas ukuran sekitar 6 m². Atap Candi Arjuna berbentuk serupa kerucut, semakin ke atas semakin mengecil. Di dalamnya, terdapat yoni berbentuk meja yang bagian tengahnya berlubang dan dapat menampung tetesan air dari langit atap candi. Apabila lubang penampung ini penuh, air akan dialirkan ke bagian lingga dan diteruskan ke bagian depan luar candi.

Candi Semar yang berhadapan dengan Arjuna adalah sebuah candi berukuran 3,5 m x 7 m. Berbeda dengan Candi Arjuna yang atap bangunannya tinggi, Candi Semar lebih pendek dan atapnya berbentuk limasan. Candi Sembadra, Candi Srikandi, dan Candi Puntadewa memiliki bentuk dasar seperti kubus dengan ukuran dan bentuk yang berbeda-beda satu dan lainnya.

Mengabadikan situs kuno bersejarah ini dari berbagai sisi adalah hal yang layaknya tidak dilewatkan. Anda dapat berfoto dan bahkan memasuki ruang di bagian dalam candi untuk menyaksikan dari dekat mahakarya warisan leluhur yang masih utuh meski terus-menerus disepuh zaman.

Tak jauh dari pelataran tempat berdirinya kelima candi, tepatnya di area terluar, tampak pula beberapa tumpukan batu yang juga menarik untuk diabadikan dan diamati.

Pantai Nampu: Keelokan Pesisir Selatan Jawa dari Wonogiri 
Jalanan turun-naik tak habis-habisnya dilewati hampir satu jam. Jantung agak berdebar karena kanan kiri jalan berupa jurang, walaupun ada sawah dan bebatuan karst yang terkadang menghiasi pemandangan. Mobil terus melaju menuju bukit yang ada di depan mata. Akan tetapi tujuan utama bukanlah bukit itu, melainkan sebuah tempat di baliknya.

Wonogiri bukanlah kabupaten yang terletak tepat di selatan Jawa. Banyak orang tidak percaya bahwa ada secuil garis pantai yang dimilikinya, karena wilayah pesisir biasanya bernaung di Yogyakarta maupun Pacitan. Pantai Nampu, inilah tempat indah di balik bukit itu sekaligus satu dari sedikit pantai yang ada di Wonoiri. Meskipun bukanlah pantai yang panjang namun pantai ini mampu menghipnotis Anda berada sepanjang hari untuk menikmatinya.

 

Pantai Nampu terletak di Desa Dringo, Kelurahan Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Perjalanan panjang akan terbayar impas setelah menapakan kaki di pantai ini. Sebelum benar-benar menyentuhnya, Anda harus terlebih dahulu menuruni puluhan anak tangga yang dipenuhi oleh para pedagang.

Tidak kalah menawan dengan Pantai Padang-Padang di Bali, Pantai Nampu juga dihiasi bukit-bukit tinggi yang hijau. Di pinggir laut terdapat batu besar yang menghempaskan air apabila diterpa ombak besar. Hal lain yang menjadi ciri khasnya adalah kumpulan pasir berwarna cokelat muda yang sangat bersih dan dalam, mata kaki Anda bisa tenggelam di sana.

Karena letaknya sangat jauh dari pusat kota, pantai ini masih tergolong sepi sehingga masih sangat asri dan memiliki air laut yang jernih. Tapi jika berkunjung pada hari raya, Anda akan berpapasan dengan pengunjung dari berbagai kota. Jangan mengharapkan sunset yang spektakuler karena Matahari tetap bersembunyi di balik bukit-bukit. Selain itu, Pantai Nampu juga bukanlah lokasi berenang yang ramah karena bebatuan dan karang berkumpul di bibir pantai. Belum lagi ombak di sini tergolong cukup tinggi.

Apabila air surut, karang-karang akan terlihat jelas mempercantik lansekap. Jika mendekat, Anda pun bisa melihat ikan-ikan kecil di balik karang tersebut. Ada fenomena unik yang terjadi beberapa kali dalam setahun di pantai ini, saat pasang airnya akan naik mendekati bukit, menenggelamkan Pantai Nampu untuk sementara.

Tidak ada komentar: