Senin, 24 November 2014

Wisata Bangka Belitung Bab I


Pulau Bangka Belitung adalah sebuah provinsi yang namanya diambil dari dua  kepulauan yaitu Bangka dan Belitung yang telah lama dikenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia dan memiliki pesona alam pantai yang mengagumkan. Selain dua pulau besar juga ada pulau-pulau kecil seperti Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Mendanau dan Pulau Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau.
Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima bulan terus-menerus.
Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir timur Sumatera bagian Selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang  kurang lebih 180 km. Pulau ini terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah, bukit-bukit dan puncak bukit terdapat hutan lebat, sedangkan di daerah rawa terdapat hutan bakau. Rawa daratan pulau Bangka tidak begitu berbeda dengan rawa di pulau Sumatera, sedangkan keistimewaan pantainya dibandingkan dengan daerah lain adalah pantainya yang landai berpasir putih dengan dihiasi hamparan batu granit. Bangka Belitung menawarkan Anda wisata bahari seperti menyelam, snorkeling, memancing dan berlayar.

Sejarah

Kata Bangka berasal dari vangka yang berarti Timah, karena wilayah ini memang kaya barang tambang timah. Setelah timah ditemukan di sini abad ke-17, membuat Bangka mendapatkan kekayaan dan terkenal sebagai penghasil Timah terbesar di Indonesia.  Sekarang meski masih ditambang namun tidak sebanyak seperti dahulu.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari Sumatera Selatan kemudian menjadi provinsi tersendiri bersamaan dengan  provinsi Banten dan Gorontalo pada tahun 2000. Ibukota provinsi ini adalah Pangkalpinang.

Kantor Pariwisata

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 
Kompleks Pemprov Jl. Pulau Mendanau No. 2
Kepulauan Bangka Belitung - Air Itam, Pangkalpinang
Ph. +62 717 431143
Fax +62 717 423115
  
Pantai Matras dan Parai Tenggiri 
Pantai Parai Tenggiri terletak di daerah Matras Sungailiat, sekitar 40 km dari Bandara Depati Amir, Pangkalpinang. Desa Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Parai Tenggiri merupakan pantai paling populer dan eksklusif di Bangka Belitung. Pantainya cukup landai dan memiliki ombak yang lembut. Di pantai ini fasilitas yang tersedia antara lain hotel, outbound serta permainan olah raga air.

Pantainya sangat memungkinkan Anda berenang dan bermain air di sepanjang bibir pantai dengan pasir berwarna putih dan air laut yang hijau. Pantai Parai adalah tempat yang ideal berwista dalam suasana santai yang menyuguhkan panorama pantai desa nelayan.

Di Pantai Parai Tenggiri Anda dapat melihat batu-batu granit yang besar beragam bentuk unik yang tidak dapat dijumpai di daerah lain. Bebatuan karang inilah yang membuat pemandangan di pantai ini menjadi lebih istimewa dan kerap kali mengundang decak kagum para pengunjung. Dari atas batu-batu karang, pengunjung dapat duduk santai untuk menikmati keindahan Laut Cina Selatan yang teduh dan berombak kecil. Pada malam hari, pengunjung dapat dengan leluasa menikmati suasana malam di pinggir pantai yang diwarnai cahaya dari kapal-kapal yang tengah berlayar sambil tidak lupa menikmati ubi goreng keju, pisang goreng keju, kolak labu merah, ataupun minuman hangat yang bisa dibeli di restoran terdekat.
Selain menikmati keindahan alam dan suasananya, pengunjung juga dapat melakukan rekreasi bahari yang menarik. Bagi Anda yang hobi memancing di pantai maka tersedia penyewaan perahu pancing lengkap dengan semua peralatannya. Mau yang sedikit lebih menantang? Anda dapat saja melakukan permainan banana boating ataupun parasailing atau dapat pula melakukan diving menikmati kekayaan terumbu karang di kawasan pantai. Bagi Anda yang ingin mencoba parasailing  atau diving namun belum memiliki pengalaman tidak perlu khawatir. Karena, pengelola pantai menyediakan instruktur berpengalaman yang dapat memberikan petunjuk cara penggunaan dan pelatihan terlebih dulu.
Saat ini, kawasan Pantai Parai Tenggiri ditetapkan sebagai kawasan wisata hijau dengan sebutan Parai Green Resort  dengan kepedulian yang besar terhadap usaha penyelamatan lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan bahan-bahan yang dapat mencemari pantai, seperti plastik, serta menanam banyak pohon di lokasi wisata ini.

Sementara Pantai Matras amat indah dan landai. Pantai ini terletak di desa Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat, disebelah Timur Laut Pulau Bangka dan berjarak sekitar 40 km dari Pangkalpinang atau 7 km dari Kota Sungailiat.

Keistimewaan pantai ini adalah pada pasir putihnya yang halus, nyiur yang melambai-lambai dan aliran sungai alami. Keistimewaan lain, lokasinya yang nyaman dan tenang akan memberikan keleluasaan bagi Anda untuk menyantap makanan sambil bersandar di bebatuan alam dan menikmati keindahan suasana pantai. Di kawasan Pantai Matras juga telah dibangun banyak tempat peristirahatan berupa bungalow sederhana yang nyaman.

Hamparan pasir pantai ini menyatu dengan bebatuan indah di sekitarnya seperti mutiara yang terbentang di depan mata. Pantai Matras terdiri dari pasir putih yang halus dengan panjang sekitar 3 km, dengan lebar 20 sampai 30 meter, pantai yang dilatar-belakangi oleh pepohonan kelapa ini menampilkan pula laut yang bening dan pemandangan indah serta aliran sungai yang alami sehingga acapkali disebut sebagai Pantai Surga. 

Belitung: Pulaunya Laskar Pelangi 
Batu Berlayar - Indonesia TravelDi lepas pantai timur Sumatera, diapit oleh Selat Gaspar dan Selat Karimata, berdiri sebuah pulau menawan dihiasi pantai yang indah dan pemandangan memesona, Pulau Belitung namanya. Ada pemandangan unik dihiasi pantai pasir putih bak mutiara, air jernih yang segar, dan kokohnya formasi batu granit di tepi air dangkal. Itu semua hanya sebagian saja dari pemandangan terbaik pulau Laskar Pelangi.

Bersama dengan Pulau Bangka di sebelahnya yang jauh lebih besar dan pulau-pulau kecil lainnya, dahulu semua pulau ini berada di provinsi yang sama yaitu Provinsi Sumatera Selatan. Akan tetapi, kemudian tahun 2000, kepulauan ini secara resmi dibentuk menjadi provinsi baru ke-31 di Indonesia yang disebut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pulau Belitung dibagi menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dengan Kota Tanjung Pandan sebagai ibu kotanya dan Kabupaten Belitung Timur dengan ibu kota Manggar.

Belitung dahulu dikenal sebagai pulau pertambangan yang memproduksi timah, pasir kuarsa, dan kaolin

Pada September 2005, seorang penulis dari Belitung yaitu Andrea Hirata, mempublikasikan novel berjudul “Laskar Pelangi”. Ia mengambil latar belakang cerita Pulau Belitung dalam novel tersebut sehingga kemudian pulau ini mendapat pengakuan luas dan bahkan sudah melanglang buana ke berbagai negara karena diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Melayu, Cina, Vietnam dan Korea.

Tahun 2008, novel “Laskar Pelangi” dialihkan ke layar lebar dengan mengambil latar pemandangan memesona Pulau Bangka Belitung sehingga menguakkan keindahannya di mata dunia. Nama novel “Laskar Pelangi” kemudian secara resmi dijadikan sebagai nama pelabuhan di pulau ini.

Film Laskar Pelangi telah mengungkapkan pesona keindahan Pulau Belitung yang telah lama diabaikan

Meskipun tidak sepopuler Bali atau Lombok, Pulau Belitung diberkati dengan beberapa pantai yang indah. Pasirnya lembut berwarna putih, bahkan pasir di pulau ini lebih putih dari yang ada di pantai wisata di Bali.

Pemandangan yang paling berbeda di Pantai Belitung adalah formasi batuan granit besar yang menyebar di sepanjang perairan dangkal. Batu granit raksasa tersebut diam membeku di tengah air berdampingan bersama indahnya pemandangan sekitar yang memesona. Beberapa formasi batuan raksasa ini bahkan membentuk terowongan pendek sehingga di bawahnya menjadi taman bermain menarik di perairan yang tenang. Temukan salah satu pemandangan pantai dengan pemandangan batu granit ini di Pantai Tanjung Tinggi yang sekaligus menjadi latar film “Laskar Pelangi“.

Ada juga pantai lainnya yang menawarkan pemandangan formasi batuan granit yang megah dan suasana damai seperti Pantai Tanjung Kelayang Beach, Pantai Burung Mandi, Pantai Tanjung Binga, Pantai Punai, dan Pantai Membalong.

Belitung juga dikelilingi lebih dari 100 pulau kecil yang hampir semuanya dihiasi pasir putih dan batu granit tetapi hanya beberapa pulau yang berpenghuni. Salah satu pulaunya yaitu Pulau Lengkuas adalah tempat dimana Anda bisa menemukan rumah kuno antik dan mercusuar abad ke-19 dan yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda. Pulau Burung, Pulau Babai, Pulau Pengadaran, Pulau Lutung, Pulau Kera, dan Pulau Jenang adalah di antara beberapa pulau-pulau kecil yang menawarkan pemandangan sangat indah.

Selain pantai yang menakjubkan, Belitung juga membanggakan warisan masa lalunya. Di Tanjung Pandan, Museum Belitung memiliki koleksi besar mengenai sejarah lengkap pulau tersebut. Di bangun tahun 1963, museum ini diprakarsai seorang ahli geologi Belgia, Dr. Oesberger, yang saat itu bekerja di industri pertambangan Belitung.

Metode pertambangan timah tradisional cukup menarik untuk Anda saksikan.  Tidak ada bahan kimia, yang ada hanya air dan lumpur.

Pada awalnya, Museum Belitung hanyalah sebuah rumah yang menyimpan koleksi eksplorasi pertambangan. Kemudian dibuatlah museum dan koleksinya ditambah termasuk peralatan rumah tangga tradisional, tembikar, senjata tradisional, dan banyak lainnya.

Ada juga kuil Budha abad ke-18 yang indah terletak di Desa Burung Mandi, Kecamatan Manggar. Vihara Dewi Kwan Im ini dibangun tahun 1747 dan masih berfungsi sebagai tempat suci bagi umat Budha. Menawarkan arsitektur Cina yang berbeda, kuil tersebut berdiri di puncak bukit yang indah dan menawarkan pemandangan yang mengagumkan.

Entah itu menelusuri jejak Laskar Pelangi atau sekedar menikmati pemandangan megahnya formasi batu granit di pantai, Pulau Belitung pastinya menawarkan salah satu pengalaman yang menarik
Pulau Lengkuas - Indonesia TravelSelain kegiatan wisata pantai, seperti berenang di laut yang jernih dan bersantai di sekitar pantai pasir putih, Belitung memiliki banyak hal untuk ditawarkan. Snorkeling, batu karang bertaburan di sepanjang lepas pantai masih dalam formasi yang fantastis.

Belitung memiliki banyak pulau kecil yang tidak berpenghuni. Beberapa pulau terlihat seperti patung-patung abstrak yang terdiri dari batu granit seperti di Pulau Lengkuas dan sekitarnya. Perahu nelayan lokal akan dengan senang hati mengantarkan Anda megunjungi pulau-pulau tersebut sekitar Rp.500.000 per hari (2013). Berjalan di sepanjang pesisir pantai menjadi kegiatan pilihan lain yang menyenangkan.
 Pantai Tanjung Tinggi - Indonesia Travel

Perairan Pulau Belitung menawarkan kegembiraan bagi penggemar snorkeling dan menyelam. Di antara beberapa tempat snorkeling  terbaik antara lain berikut ini.
  • Pantai Batu Penyu
  • Pantai Tanjung Binga/Bukit Berau
  • Pantai Tanjung Tinggi
  • Pantai Batu Camar
  • Pulau Kelayang dan Pantai Tanjung Kelayang
  • Pulau Babi
  • Pulau Lengkuas
  • Pulau Memperak
 Pantai Tanjung Tinggi - Indonesia Travel
Berbagai bentuk dan warna terumbu karang dikelilingi ratusan jenis ikan di air jernih adalah daya tarik utama bagi penyelam untuk menjelajahi Belitung. Cobalah cicipi sensasi menyelam yang tidak terlupakan dimana Anda bisa pergi ke Pulau Nangka, di sini Anda bisa melihat hiu. Anda juga dapat berenang bersama penyu sisik di Pulau Lengkuas, menjelajah gua-gua di Pulau Seadong atau menikmati keindahan ubur-ubur di sepanjang pantainya. Ada banyak tempat unik lainnya untuk dieksplorasi seperti: Karang Selai, Batu Selutik, Batu Malang Penyu, Karang Bugis, Batu Mandi, Pulau Kunyit, Pulau Buku Limau, Pualu Mempirak sampai Pulau Keran.

Di pusat kota Tanjung Pandan ada pemandangan menarik karena banyak terdapat bangunan kolonial Belanda dan rumah toko. Sebagian besar bangunan pemerintahan merupakan sisa bangunan Belanda asli dan kompleks perumahan pekerja pertambangan yang masih terjaga. Hal menarik lainnya yang bisa Anda kunjungi adalah perkebunan kelapa sawit, kelapa dan lada. Bermacam-macam kapal dapat Anda kunjungi di dermaga dan pasar ikannya untuk mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat setempat.

Budaya Belitung memiliki keragaman yang kaya. Kunjungi rumah kayu bergaya Melayu atau rumah-rumah tradisional Bugis. Sebuah Candi Budha Cina yang dikatakan menjadi salah satu candi yang tertua di Indonesia dibangun oleh orang-orang yang selamat dari kapal dagang kuno Cina. Transmigran dari Bali di pulau ini memiliki komunitas yang berkembang dengan membawa tradisi agamanya. 

Pangkalpinang : Pintu Masuk ke Dalam Keindahan Bangka 
Terletak di pantai timur Pulau Bangka, Pangkalpinang adalah kota terbesar di Pulau Bangka sekaligus ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain perannya sebagai pusat pemerintahan, kegiatan ekonomi, dan perdagangan, kota ini juga berfungsi sebagai jalur masuk bagi wisatawan yang ingin menjelajahi pesona keindahan Bangka dan Belitung.
Ketika Anda turun dari pesawat di Bandara Depati Amir, sebuah marka menyambut hangat Anda bertuliskan "Selamat datang di Serumpun Sebalai Tanah". Kalimat ini juga menjadi slogan Provinsi Bangka Belitung yang heterogen masyarakatnya.
Pangkal atau Pengkal dalam bahasa Melayu berarti pusat atau awal, merujuk pada peran kota ini sebagai pusat industri pertambangan timah. Kota pertambangan yang dahulu kecil ini, sekarang berkembang menjadi pusat komersial pulau dan pelabuhan yang menghubungkan pulau-pulau di sekitarnya. Sementara itu kata 'pinang' mengarah pada tempat ini yang ditumbuhi pohon palem.
Untuk melacak sejarah industri pertambangan timah di Nusantara, Anda dapat berkunjung ke Museum Timah Indonesia yang terletak Jalan Jenderal Achmad Yani No. 17 yang merupakan jantung kota Pangkalpinang. Museum ini menyimpan beragam koleksi besar benda-benda terkait tambang timah dan merupakan satu-satunya museum pertambangan di Asia. Bangunannya sendiri termasuk bangunan bersejarah karena pernah digunakan untuk Perundingan Roem-Royen.
Menutur sejarah, Pangkalpinang sangat kental dengan pengaruh China yang sudah ada sejak awal 1770. Ketika itu Sultan Palembang Darussalam Mahmud Badaruddin II mendatangkan pekerja dari China untuk bekerja di tambang timah. Selanjutnya, buruh China mulai berdatangan dari Siam, Malaka (sekarang hari Malaysia), dan bagian Selatan China. Kebanyakan dari mereka adalah dari Hakka (Khek) etnis dari Provinsi Guang Xi. Para buruh migran tersebut kemudian berbaur dan menikah dengan penduduk setempat. Jadi, etnis China dan Melayu asli merupakan mayoritas penduduk Pangkalpinang saat ini.
Dengan akar budaya China yang kuat, di Pangkalpinang terdapat  Kuil Kwan Tie Miaw yang berdiri indah di Jalan Walikota Syarif Rachman. Awalnya kuil ini disebut Kuil Kwan Tie Bo dan merupakan salah satu kuil tertua di Bangka Belitung yang dibangun tahun 1841. Bersama dengan pasar Mambo dan Singapura Alley yang terletak tidak jauh dari lokasi kuil, area tersebut merupakan Kampung China di Pangkalpinang. Di sini sering digelar berbagai upacara tradisional China seperti salah satunya adalah ritual Pot Ngin Bun yaitu untuk menolak bala dan segala wabah penyakit yang mewabah.
Kota Pangkalpinang menawarkan hamparan pantai yang indah, salah satunya adalah Pantai Pasir Padi yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota Pangkalpinang. Pantai ini juga merupakan tempat sempurna untuk menyaksikan matahari terbit bersama pasir putih dan air laut biru yang jernih. Ketika air surut, Anda dapat berjalan ke Pulau Punan dan bermain-main di perairannya yang tenang. Tidak terlalu jauh dari Pantai Pasir Padi, sekitar 2,5 km, dapat Anda kunjungi pula Pantai Tanjung Bunga yang merupakan pantai datar dihiasi serentetan formasi batuan besar. 

Muntok : Kota Tua Bersejarah di Bangka Barat
Siapa bilang Bangka Belitung hanya menawarkan wisata pantainya yang cantik nan eksotik? Selain wisata pantai dengan batuan granitnya yang spektakular itu, Anda sebenarnya dapat juga menikmati suguhan wisata sejarah di kota tua Muntok. Kota Muntok adalah ibu kota Kabupaten Bangka Barat dan secara administratif berada di sebelah Barat Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
 
Dahulu Muntok atau disebut juga Mentok adalah kota pelabuhan yang penting. Melalui kota inilah komoditas unggulan berupa lada putih serta biji timah yang ditambang besar-besaran di Muntok dan sekitarnya diangkut oleh kapal-kapal Pemerintah Hindia Belanda menuju Eropa.
 
Mengingat pentingnya peran kota ini di masa kolonial, tak heran banyak ditemukan bangunan tua sebagai saksi peninggalan Hindia Belanda yang masih kokoh berdiri. Selain bangunan bernuansa kolonial, di kota tua ini juga terdapat bangunan kuno bernuansa China dan Melayu. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut seolah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota tua ini sekaligus menjadi keunikannya. Berdasarkan sisa peninggalan bangunan sejarahnya, Muntok secara umum dibagi menjadi 3 kawasan, yaitu: Kampung Melayu, Eropa, dan China.
 
Tidak hanya itu, di Kota Muntok juga terdapat dua gedung tua yang terkenal perannya dalam sejarah perjuangan bangsa, yaitu Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam. Kedua bangunan tersebut pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta saat dibuang Belanda tahun 1948-1949. Selain kedua tokoh tersebut, sejumlah tokoh penting lainnya juga pernah menempati dua bangunan bersejarah itu. 

Berwisata sejarah di kota tua Muntok dijamin tidak akan membosankan. Terdapat begitu banyak bangunan tua peninggalan sejarah yang dapat dikunjungi dengan beragam gaya arsitektur. Selain menikmati keunikan bangunan, mengenal sejarah yang disaksikan atau yang diwakili oleh bangunan-bangunan tersebut juga tak kalah menariknya. Terlebih lagi, kota tua Muntok tidak hanya menyimpan bangunan tua bergaya kolonial sebagaimana kota tua lainnya tetapi juga bangunan-bangunan tua bergaya arsitektur khas Melayu dan China, serta suku asli yang mendiami Muntok.
 
Secara umum, Kota Muntok dibagi dalam 3 cluster, yaitu: Kampung Melayu, Eropa dan China. Kampung Melayu dibagi dalam 3 sub cluster, yaitu Kampung Tanjung (disebelah Barat), Kampung Teluk Rubia (Timur) dan Kampung Ulu (Utara). Pemukiman tertua dapat dilihat di Kampung Tanjung dimana masih terdapat rumah panggung khas suku Melayu. Selain itu, bangunan tua lainnya yang ada di kawasan ini adalah Masjid Jamik, Benteng Kute Seribu, Kompleks Makam Bangsawan Melayu, dan Surau Tanjung.
 
Kampung Eropa berada di pusat kota dan sebelah utara dari cluster Melayu. Disebut sebagai kampung Eropa sebab dulunya di daerah ini berdiri perusahaan timah yang dibangun oleh Belanda, yaitu Banka Tin Winning Bedrif. Seiring berjalannya perusahaan tersebut, tentunya banyak didirikan bangunan-bangunan bergaya Eropa (Belanda) sebagai bangunan pendukung maupun hunian karyawan timah. Kantor Banka Tin Winning Bedrif yang dulunya merupakan kantor pusat perusahaan timah adalah salah satu yang paling popular. Bangunan tua lainnya adalah kompleks rumah residen dengan Taman Wilhemina-nya, perumahan karyawan timah Belanda, kantor pos, dan Pesanggerahan Muntok.
 
Kampung China. Sesuai namanya, di kawasan yang berada di bagian paling Barat ini memang banyak ditemui bangunan-bangunan bergaya arsitektur China. Ciri arsitektur China tidak hanya dapat dilihat pada vihara tetapi juga pada rumah-rumah pemukiman, toko dan juga kios di pasar.
 
Beberapa bangunan tua yang membuat kawasan ini bernama Kampung China adalah Pelabuhan Muntok, Petak 15, Bangunan Kuning, Rumah Mayor China, Pasar Lama, kelenteng, rumah kapitan, eks Bioskop Samudera, eks pabrik limun, eks Sekolah Dasar China/Chung Hua School, dan eks Hotel Sentrum.
 
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ada dua bangunan bersejarah lain yang sangat popular di Muntok, yaitu Wisma Ranggam dan Pesanggrahan Menumbing. Kedua bangunan tersebut dinilai bersejarah sebab di sanalah tokoh proklamator Indonesia pernah menetap saat hidup dalam pengasingan oleh Belanda pada 1948-1949.
 
Wisma Ranggam atau Pesanggrahan Muntok adalah tempat pengasingan bagi Presiden Soekarno dan tiga tokoh pejuang lain antara tahun 1948-1949. Tiga tokoh lainya adalah Agus Salim, Ali Sastro Amidjojo dan M Roem. Bung Karno menempati kamar berukuran 5,5x4 meter di bangunan tua hasil rancangan Y Lokalo tahun 1827. Awalnya pesanggrahan ini dibangun oleh Bangka Tien Winning sebagai tempat peristirahatan karyawan perusahaan timah milik Belanda tersebut. Wisma ini bagaimana pun juga memiliki peran bagi sejarah perjuangan Indonesia karena ia juga menjadi tempat pertemuan tokoh kemerdekaan.
 
Sejak 22 Desember 1948 hingga Juli 1949, Bung Hatta pun diasingkan oleh Belanda ke Bangka. Bung Hatta kala itu ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing, jaraknya sekira 10 km dari Muntok. Selain Bung Hatta, tokoh lain yang menempati bangunan yang berada di Bukit Menumbing berketinggian 800 m dpl itu adalah AG Pringgodidgo, Mr Assa'at, dan Komodor Suryadarma.
 
Untuk mencapainya harus melintasi hutan perawan sejauh 5 km dengan kondisi jalan yang sempit dan berkelok.  Setibanya di sana, dapat dilihat langsung kamar yang pernah di tempati Bung Hatta yang dibiarkan kosong hingga kini serta sebuah mobil bersejarah Ford Deluxe 8 dengan plat nomor BN 10.
 
Pasca renovasi, bangunan bersejarah ini kini lebih siap menerima kunjungan wisatawan. Akses menuju  puncak Bukit Menumbing pun sudah diaspal dan diperlebar demi kemudahan transportasi. Bahkan di tempat ini dibuka penginapan (hotel) bernama Jati Menumbing.
 
Mercusuar Tanjung Kelian yang dibangun tahun 1862 adalah peninggalan bersejarah yang lain yang dapat dikunjungi. Berada tak jauh Pantai Tanjung Kelian, mercusuar ini menjadi tempat yang menarik untuk melihat pemandangan pantai dan Kota Muntok dari atas. Berjarak sekira 9 km dari pusat Kota Muntok, mercusuar ini memiliki anak tangga batu melingkar berjumlah 117 buah. Bangkai kapal sisa Perang Dunia II milik Belanda yang sudah ditarik ke garis tepi pantai juga dapat dilihat di kawasan ini. 

Tidak ada komentar: