Pulau Bangka Belitung adalah sebuah
provinsi yang namanya diambil dari dua kepulauan yaitu Bangka dan
Belitung yang telah lama dikenal sebagai penghasil timah terbesar di
Indonesia dan memiliki pesona alam pantai yang mengagumkan. Selain dua
pulau besar juga ada pulau-pulau kecil seperti Pulau Lepar, Pulau
Pongok, Pulau Mendanau dan Pulau Selat Nasik, total pulau yang telah
bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau.
Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim
tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama
tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima bulan
terus-menerus.
Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir
timur Sumatera bagian Selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° -
107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang
kurang lebih 180 km. Pulau ini terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah,
bukit-bukit dan puncak bukit terdapat hutan lebat, sedangkan di daerah
rawa terdapat hutan bakau. Rawa daratan pulau Bangka tidak begitu
berbeda dengan rawa di pulau Sumatera, sedangkan keistimewaan pantainya
dibandingkan dengan daerah lain adalah pantainya yang landai berpasir
putih dengan dihiasi hamparan batu granit. Bangka Belitung menawarkan
Anda wisata bahari seperti menyelam, snorkeling, memancing dan berlayar.
Sejarah
Kata Bangka berasal dari vangka
yang berarti Timah, karena wilayah ini memang kaya barang tambang
timah. Setelah timah ditemukan di sini abad ke-17, membuat Bangka
mendapatkan kekayaan dan terkenal sebagai penghasil Timah terbesar di
Indonesia. Sekarang meski masih ditambang namun tidak sebanyak seperti
dahulu.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebelumnya adalah bagian dari Sumatera Selatan kemudian menjadi provinsi
tersendiri bersamaan dengan provinsi Banten dan Gorontalo pada tahun
2000. Ibukota provinsi ini adalah Pangkalpinang.
Kantor Pariwisata
Kompleks Pemprov Jl. Pulau Mendanau No. 2
Kepulauan Bangka Belitung - Air Itam, Pangkalpinang
Ph. +62 717 431143
Fax +62 717 423115
Website : http://www.visitbangkabelitung.com/
Pantai Matras dan Parai Tenggiri
Pantai
Parai Tenggiri terletak di daerah Matras Sungailiat, sekitar 40 km dari
Bandara Depati Amir, Pangkalpinang. Desa Sinar Baru, Kecamatan
Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Parai Tenggiri
merupakan pantai paling populer dan eksklusif di Bangka Belitung.
Pantainya cukup landai dan memiliki ombak yang lembut. Di pantai ini
fasilitas yang tersedia antara lain hotel, outbound serta permainan olah raga air.
Pantainya sangat memungkinkan Anda berenang dan bermain air di sepanjang bibir pantai dengan pasir berwarna putih dan air laut yang hijau. Pantai Parai adalah tempat yang ideal berwista dalam suasana santai yang menyuguhkan panorama pantai desa nelayan.
Di Pantai Parai Tenggiri Anda dapat melihat batu-batu granit yang besar beragam bentuk unik yang tidak dapat dijumpai di daerah lain. Bebatuan karang inilah yang membuat pemandangan di pantai ini menjadi lebih istimewa dan kerap kali mengundang decak kagum para pengunjung. Dari atas batu-batu karang, pengunjung dapat duduk santai untuk menikmati keindahan Laut Cina Selatan yang teduh dan berombak kecil. Pada malam hari, pengunjung dapat dengan leluasa menikmati suasana malam di pinggir pantai yang diwarnai cahaya dari kapal-kapal yang tengah berlayar sambil tidak lupa menikmati ubi goreng keju, pisang goreng keju, kolak labu merah, ataupun minuman hangat yang bisa dibeli di restoran terdekat.
Pantainya sangat memungkinkan Anda berenang dan bermain air di sepanjang bibir pantai dengan pasir berwarna putih dan air laut yang hijau. Pantai Parai adalah tempat yang ideal berwista dalam suasana santai yang menyuguhkan panorama pantai desa nelayan.
Di Pantai Parai Tenggiri Anda dapat melihat batu-batu granit yang besar beragam bentuk unik yang tidak dapat dijumpai di daerah lain. Bebatuan karang inilah yang membuat pemandangan di pantai ini menjadi lebih istimewa dan kerap kali mengundang decak kagum para pengunjung. Dari atas batu-batu karang, pengunjung dapat duduk santai untuk menikmati keindahan Laut Cina Selatan yang teduh dan berombak kecil. Pada malam hari, pengunjung dapat dengan leluasa menikmati suasana malam di pinggir pantai yang diwarnai cahaya dari kapal-kapal yang tengah berlayar sambil tidak lupa menikmati ubi goreng keju, pisang goreng keju, kolak labu merah, ataupun minuman hangat yang bisa dibeli di restoran terdekat.
Selain
menikmati keindahan alam dan suasananya, pengunjung juga dapat
melakukan rekreasi bahari yang menarik. Bagi Anda yang hobi memancing di
pantai maka tersedia penyewaan perahu pancing lengkap dengan semua
peralatannya. Mau yang sedikit lebih menantang? Anda dapat saja
melakukan permainan banana boating ataupun parasailing atau dapat pula melakukan diving menikmati kekayaan terumbu karang di kawasan pantai. Bagi Anda yang ingin mencoba parasailing atau diving
namun belum memiliki pengalaman tidak perlu khawatir. Karena, pengelola
pantai menyediakan instruktur berpengalaman yang dapat memberikan
petunjuk cara penggunaan dan pelatihan terlebih dulu.
Saat ini, kawasan Pantai Parai Tenggiri ditetapkan sebagai kawasan wisata hijau dengan sebutan Parai Green Resort
dengan kepedulian yang besar terhadap usaha penyelamatan lingkungan
dengan cara mengurangi penggunaan bahan-bahan yang dapat mencemari
pantai, seperti plastik, serta menanam banyak pohon di lokasi wisata
ini.
Sementara Pantai Matras amat indah dan landai. Pantai ini terletak di desa Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat, disebelah Timur Laut Pulau Bangka dan berjarak sekitar 40 km dari Pangkalpinang atau 7 km dari Kota Sungailiat.
Keistimewaan pantai ini adalah pada pasir putihnya yang halus, nyiur yang melambai-lambai dan aliran sungai alami. Keistimewaan lain, lokasinya yang nyaman dan tenang akan memberikan keleluasaan bagi Anda untuk menyantap makanan sambil bersandar di bebatuan alam dan menikmati keindahan suasana pantai. Di kawasan Pantai Matras juga telah dibangun banyak tempat peristirahatan berupa bungalow sederhana yang nyaman.
Hamparan pasir pantai ini menyatu dengan bebatuan indah di sekitarnya seperti mutiara yang terbentang di depan mata. Pantai Matras terdiri dari pasir putih yang halus dengan panjang sekitar 3 km, dengan lebar 20 sampai 30 meter, pantai yang dilatar-belakangi oleh pepohonan kelapa ini menampilkan pula laut yang bening dan pemandangan indah serta aliran sungai yang alami sehingga acapkali disebut sebagai Pantai Surga.
Sementara Pantai Matras amat indah dan landai. Pantai ini terletak di desa Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat, disebelah Timur Laut Pulau Bangka dan berjarak sekitar 40 km dari Pangkalpinang atau 7 km dari Kota Sungailiat.
Keistimewaan pantai ini adalah pada pasir putihnya yang halus, nyiur yang melambai-lambai dan aliran sungai alami. Keistimewaan lain, lokasinya yang nyaman dan tenang akan memberikan keleluasaan bagi Anda untuk menyantap makanan sambil bersandar di bebatuan alam dan menikmati keindahan suasana pantai. Di kawasan Pantai Matras juga telah dibangun banyak tempat peristirahatan berupa bungalow sederhana yang nyaman.
Hamparan pasir pantai ini menyatu dengan bebatuan indah di sekitarnya seperti mutiara yang terbentang di depan mata. Pantai Matras terdiri dari pasir putih yang halus dengan panjang sekitar 3 km, dengan lebar 20 sampai 30 meter, pantai yang dilatar-belakangi oleh pepohonan kelapa ini menampilkan pula laut yang bening dan pemandangan indah serta aliran sungai yang alami sehingga acapkali disebut sebagai Pantai Surga.
Belitung: Pulaunya Laskar Pelangi
Di
lepas pantai timur Sumatera, diapit oleh Selat Gaspar dan Selat
Karimata, berdiri sebuah pulau menawan dihiasi pantai yang indah dan
pemandangan memesona, Pulau Belitung namanya. Ada
pemandangan unik dihiasi pantai pasir putih bak mutiara, air jernih yang
segar, dan kokohnya formasi batu granit di tepi air dangkal. Itu semua
hanya sebagian saja dari pemandangan terbaik pulau Laskar Pelangi.
Bersama dengan Pulau Bangka
di sebelahnya yang jauh lebih besar dan pulau-pulau kecil lainnya,
dahulu semua pulau ini berada di provinsi yang sama yaitu Provinsi
Sumatera Selatan. Akan tetapi, kemudian tahun 2000, kepulauan ini secara
resmi dibentuk menjadi provinsi baru ke-31 di Indonesia yang disebut
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pulau Belitung dibagi menjadi dua
kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dengan Kota Tanjung Pandan sebagai
ibu kotanya dan Kabupaten Belitung Timur dengan ibu kota Manggar.
Belitung dahulu dikenal sebagai pulau pertambangan yang memproduksi timah, pasir kuarsa, dan kaolin
Pada September 2005, seorang penulis dari Belitung yaitu Andrea Hirata, mempublikasikan novel berjudul “Laskar Pelangi”.
Ia mengambil latar belakang cerita Pulau Belitung dalam novel tersebut
sehingga kemudian pulau ini mendapat pengakuan luas dan bahkan sudah
melanglang buana ke berbagai negara karena diterjemahkan kedalam bahasa
Inggris, Melayu, Cina, Vietnam dan Korea.
Tahun 2008, novel “Laskar Pelangi”
dialihkan ke layar lebar dengan mengambil latar pemandangan memesona
Pulau Bangka Belitung sehingga menguakkan keindahannya di mata dunia.
Nama novel “Laskar Pelangi” kemudian secara resmi dijadikan sebagai nama pelabuhan di pulau ini.
Film Laskar Pelangi telah mengungkapkan pesona keindahan Pulau Belitung yang telah lama diabaikan
Meskipun tidak sepopuler Bali atau Lombok,
Pulau Belitung diberkati dengan beberapa pantai yang indah. Pasirnya
lembut berwarna putih, bahkan pasir di pulau ini lebih putih dari yang
ada di pantai wisata di Bali.
Pemandangan yang paling berbeda di
Pantai Belitung adalah formasi batuan granit besar yang menyebar di
sepanjang perairan dangkal. Batu granit raksasa tersebut diam membeku di
tengah air berdampingan bersama indahnya pemandangan sekitar yang
memesona. Beberapa formasi batuan raksasa ini bahkan membentuk
terowongan pendek sehingga di bawahnya menjadi taman bermain menarik di
perairan yang tenang. Temukan salah satu pemandangan pantai dengan
pemandangan batu granit ini di Pantai Tanjung Tinggi yang sekaligus
menjadi latar film “Laskar Pelangi“.
Ada juga pantai lainnya yang menawarkan pemandangan formasi batuan granit yang megah dan suasana damai seperti Pantai Tanjung Kelayang Beach, Pantai Burung Mandi, Pantai Tanjung Binga, Pantai Punai, dan Pantai Membalong.
Belitung juga dikelilingi lebih dari 100
pulau kecil yang hampir semuanya dihiasi pasir putih dan batu granit
tetapi hanya beberapa pulau yang berpenghuni. Salah satu pulaunya yaitu Pulau Lengkuas
adalah tempat dimana Anda bisa menemukan rumah kuno antik dan mercusuar
abad ke-19 dan yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda. Pulau Burung, Pulau Babai, Pulau Pengadaran, Pulau Lutung, Pulau Kera, dan Pulau Jenang adalah di antara beberapa pulau-pulau kecil yang menawarkan pemandangan sangat indah.
Selain pantai yang menakjubkan, Belitung
juga membanggakan warisan masa lalunya. Di Tanjung Pandan, Museum
Belitung memiliki koleksi besar mengenai sejarah lengkap pulau tersebut.
Di bangun tahun 1963, museum ini diprakarsai seorang ahli geologi
Belgia, Dr. Oesberger, yang saat itu bekerja di industri pertambangan
Belitung.
Metode pertambangan timah tradisional cukup menarik untuk Anda saksikan. Tidak ada bahan kimia, yang ada hanya air dan lumpur.
Pada awalnya, Museum Belitung hanyalah
sebuah rumah yang menyimpan koleksi eksplorasi pertambangan. Kemudian
dibuatlah museum dan koleksinya ditambah termasuk peralatan rumah tangga
tradisional, tembikar, senjata tradisional, dan banyak lainnya.
Ada juga kuil Budha abad ke-18 yang
indah terletak di Desa Burung Mandi, Kecamatan Manggar. Vihara Dewi Kwan
Im ini dibangun tahun 1747 dan masih berfungsi sebagai tempat suci bagi
umat Budha. Menawarkan arsitektur Cina yang berbeda, kuil tersebut
berdiri di puncak bukit yang indah dan menawarkan pemandangan yang
mengagumkan.
Entah itu menelusuri jejak Laskar Pelangi atau sekedar menikmati pemandangan megahnya formasi batu granit di pantai, Pulau Belitung pastinya menawarkan salah satu pengalaman yang menarik
Selain
kegiatan wisata pantai, seperti berenang di laut yang jernih dan
bersantai di sekitar pantai pasir putih, Belitung memiliki banyak hal
untuk ditawarkan. Snorkeling, batu karang bertaburan di sepanjang lepas pantai masih dalam formasi yang fantastis.
Belitung memiliki banyak pulau kecil
yang tidak berpenghuni. Beberapa pulau terlihat seperti patung-patung
abstrak yang terdiri dari batu granit seperti di Pulau Lengkuas dan
sekitarnya. Perahu nelayan lokal akan dengan senang hati mengantarkan
Anda megunjungi pulau-pulau tersebut sekitar Rp.500.000 per hari (2013).
Berjalan di sepanjang pesisir pantai menjadi kegiatan pilihan lain yang
menyenangkan.
Perairan Pulau Belitung menawarkan kegembiraan bagi penggemar snorkeling dan menyelam. Di antara beberapa tempat snorkeling terbaik antara lain berikut ini.
- Pantai Batu Penyu
- Pantai Tanjung Binga/Bukit Berau
- Pantai Tanjung Tinggi
- Pantai Batu Camar
- Pulau Kelayang dan Pantai Tanjung Kelayang
- Pulau Babi
- Pulau Lengkuas
- Pulau Memperak
Berbagai bentuk dan warna terumbu karang
dikelilingi ratusan jenis ikan di air jernih adalah daya tarik utama
bagi penyelam untuk menjelajahi Belitung. Cobalah cicipi sensasi
menyelam yang tidak terlupakan dimana Anda bisa pergi ke Pulau Nangka, di sini Anda bisa melihat hiu. Anda juga dapat berenang bersama penyu sisik di Pulau Lengkuas,
menjelajah gua-gua di Pulau Seadong atau menikmati keindahan ubur-ubur
di sepanjang pantainya. Ada banyak tempat unik lainnya untuk
dieksplorasi seperti: Karang Selai, Batu Selutik, Batu Malang Penyu, Karang Bugis, Batu Mandi, Pulau Kunyit, Pulau Buku Limau, Pualu Mempirak sampai Pulau Keran.
Di pusat kota Tanjung Pandan ada
pemandangan menarik karena banyak terdapat bangunan kolonial Belanda dan
rumah toko. Sebagian besar bangunan pemerintahan merupakan sisa
bangunan Belanda asli dan kompleks perumahan pekerja pertambangan yang
masih terjaga. Hal menarik lainnya yang bisa Anda kunjungi adalah
perkebunan kelapa sawit, kelapa dan lada. Bermacam-macam kapal dapat
Anda kunjungi di dermaga dan pasar ikannya untuk mendapatkan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Budaya Belitung memiliki keragaman yang
kaya. Kunjungi rumah kayu bergaya Melayu atau rumah-rumah tradisional
Bugis. Sebuah Candi Budha Cina yang dikatakan menjadi salah satu candi
yang tertua di Indonesia dibangun oleh orang-orang yang selamat dari
kapal dagang kuno Cina. Transmigran dari Bali di pulau ini memiliki
komunitas yang berkembang dengan membawa tradisi agamanya.
Pangkalpinang : Pintu Masuk ke Dalam Keindahan Bangka
Terletak di pantai timur Pulau Bangka, Pangkalpinang adalah kota terbesar di Pulau Bangka sekaligus ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Selain perannya sebagai pusat pemerintahan, kegiatan ekonomi, dan
perdagangan, kota ini juga berfungsi sebagai jalur masuk bagi wisatawan
yang ingin menjelajahi pesona keindahan Bangka dan Belitung.
Ketika Anda turun dari pesawat di Bandara Depati Amir, sebuah marka menyambut hangat Anda bertuliskan "Selamat datang di Serumpun Sebalai Tanah". Kalimat ini juga menjadi slogan Provinsi Bangka Belitung yang heterogen masyarakatnya.
Pangkal atau Pengkal dalam bahasa Melayu berarti pusat atau awal,
merujuk pada peran kota ini sebagai pusat industri pertambangan timah.
Kota pertambangan yang dahulu kecil ini, sekarang berkembang menjadi
pusat komersial pulau dan pelabuhan yang menghubungkan pulau-pulau di
sekitarnya. Sementara itu kata 'pinang' mengarah pada tempat ini yang ditumbuhi pohon palem.
Untuk melacak sejarah industri pertambangan timah di Nusantara, Anda dapat berkunjung ke Museum Timah Indonesia
yang terletak Jalan Jenderal Achmad Yani No. 17 yang merupakan jantung
kota Pangkalpinang. Museum ini menyimpan beragam koleksi besar
benda-benda terkait tambang timah dan merupakan satu-satunya museum
pertambangan di Asia. Bangunannya sendiri termasuk bangunan bersejarah
karena pernah digunakan untuk Perundingan Roem-Royen.
Menutur sejarah, Pangkalpinang sangat kental dengan pengaruh China yang sudah ada sejak awal 1770. Ketika itu Sultan Palembang Darussalam Mahmud Badaruddin II
mendatangkan pekerja dari China untuk bekerja di tambang timah.
Selanjutnya, buruh China mulai berdatangan dari Siam, Malaka (sekarang
hari Malaysia), dan bagian Selatan China. Kebanyakan dari mereka adalah
dari Hakka (Khek) etnis dari Provinsi Guang Xi. Para buruh migran
tersebut kemudian berbaur dan menikah dengan penduduk setempat. Jadi,
etnis China dan Melayu asli merupakan mayoritas penduduk Pangkalpinang
saat ini.
Dengan akar budaya China yang kuat, di
Pangkalpinang terdapat Kuil Kwan Tie Miaw yang berdiri indah di Jalan
Walikota Syarif Rachman. Awalnya kuil ini disebut Kuil Kwan Tie Bo dan
merupakan salah satu kuil tertua di Bangka Belitung yang dibangun tahun
1841. Bersama dengan pasar Mambo dan Singapura Alley yang terletak tidak
jauh dari lokasi kuil, area tersebut merupakan Kampung China di
Pangkalpinang. Di sini sering digelar berbagai upacara tradisional China
seperti salah satunya adalah ritual Pot Ngin Bun yaitu untuk menolak bala dan segala wabah penyakit yang mewabah.
Kota Pangkalpinang menawarkan hamparan
pantai yang indah, salah satunya adalah Pantai Pasir Padi yang terletak
sekitar 7 km dari pusat kota Pangkalpinang. Pantai ini juga merupakan
tempat sempurna untuk menyaksikan matahari terbit bersama pasir putih
dan air laut biru yang jernih. Ketika air surut, Anda dapat berjalan ke
Pulau Punan dan bermain-main di perairannya yang tenang. Tidak terlalu
jauh dari Pantai Pasir Padi, sekitar 2,5 km, dapat Anda kunjungi pula
Pantai Tanjung Bunga yang merupakan pantai datar dihiasi serentetan
formasi batuan besar.
Muntok : Kota Tua Bersejarah di Bangka Barat
Siapa bilang Bangka Belitung hanya
menawarkan wisata pantainya yang cantik nan eksotik? Selain wisata
pantai dengan batuan granitnya yang spektakular itu, Anda sebenarnya
dapat juga menikmati suguhan wisata sejarah di kota tua Muntok. Kota
Muntok adalah ibu kota Kabupaten Bangka Barat dan secara administratif
berada di sebelah Barat Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dahulu Muntok atau disebut juga Mentok
adalah kota pelabuhan yang penting. Melalui kota inilah komoditas
unggulan berupa lada putih serta biji timah yang ditambang besar-besaran
di Muntok dan sekitarnya diangkut oleh kapal-kapal Pemerintah Hindia
Belanda menuju Eropa.
Mengingat pentingnya peran kota ini di
masa kolonial, tak heran banyak ditemukan bangunan tua sebagai saksi
peninggalan Hindia Belanda yang masih kokoh berdiri. Selain bangunan
bernuansa kolonial, di kota tua ini juga terdapat bangunan kuno
bernuansa China dan Melayu. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut seolah
menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota tua ini sekaligus menjadi
keunikannya. Berdasarkan sisa peninggalan bangunan sejarahnya, Muntok
secara umum dibagi menjadi 3 kawasan, yaitu: Kampung Melayu, Eropa, dan
China.
Tidak hanya itu, di Kota Muntok juga
terdapat dua gedung tua yang terkenal perannya dalam sejarah perjuangan
bangsa, yaitu Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam. Kedua bangunan
tersebut pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta
saat dibuang Belanda tahun 1948-1949. Selain kedua tokoh tersebut,
sejumlah tokoh penting lainnya juga pernah menempati dua bangunan
bersejarah itu.
Berwisata
sejarah di kota tua Muntok dijamin tidak akan membosankan. Terdapat
begitu banyak bangunan tua peninggalan sejarah yang dapat dikunjungi
dengan beragam gaya arsitektur. Selain menikmati keunikan bangunan,
mengenal sejarah yang disaksikan atau yang diwakili oleh
bangunan-bangunan tersebut juga tak kalah menariknya. Terlebih lagi,
kota tua Muntok tidak hanya menyimpan bangunan tua bergaya kolonial
sebagaimana kota tua lainnya tetapi juga bangunan-bangunan tua bergaya
arsitektur khas Melayu dan China, serta suku asli yang mendiami Muntok.
Secara umum, Kota Muntok dibagi dalam 3 cluster, yaitu: Kampung Melayu, Eropa dan China. Kampung Melayu
dibagi dalam 3 sub cluster, yaitu Kampung Tanjung (disebelah Barat),
Kampung Teluk Rubia (Timur) dan Kampung Ulu (Utara). Pemukiman tertua
dapat dilihat di Kampung Tanjung dimana masih terdapat rumah panggung
khas suku Melayu. Selain itu, bangunan tua lainnya yang ada di kawasan
ini adalah Masjid Jamik, Benteng Kute Seribu, Kompleks Makam Bangsawan
Melayu, dan Surau Tanjung.
Kampung Eropa berada
di pusat kota dan sebelah utara dari cluster Melayu. Disebut sebagai
kampung Eropa sebab dulunya di daerah ini berdiri perusahaan timah yang
dibangun oleh Belanda, yaitu Banka Tin Winning Bedrif. Seiring
berjalannya perusahaan tersebut, tentunya banyak didirikan
bangunan-bangunan bergaya Eropa (Belanda) sebagai bangunan pendukung
maupun hunian karyawan timah. Kantor Banka Tin Winning Bedrif yang
dulunya merupakan kantor pusat perusahaan timah adalah salah satu yang
paling popular. Bangunan tua lainnya adalah kompleks rumah residen
dengan Taman Wilhemina-nya, perumahan karyawan timah Belanda, kantor
pos, dan Pesanggerahan Muntok.
Kampung China. Sesuai
namanya, di kawasan yang berada di bagian paling Barat ini memang
banyak ditemui bangunan-bangunan bergaya arsitektur China. Ciri
arsitektur China tidak hanya dapat dilihat pada vihara tetapi juga pada
rumah-rumah pemukiman, toko dan juga kios di pasar.
Beberapa bangunan tua yang membuat
kawasan ini bernama Kampung China adalah Pelabuhan Muntok, Petak 15,
Bangunan Kuning, Rumah Mayor China, Pasar Lama, kelenteng, rumah
kapitan, eks Bioskop Samudera, eks pabrik limun, eks Sekolah Dasar
China/Chung Hua School, dan eks Hotel Sentrum.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ada dua bangunan bersejarah lain yang sangat popular di Muntok, yaitu Wisma Ranggam dan Pesanggrahan Menumbing.
Kedua bangunan tersebut dinilai bersejarah sebab di sanalah tokoh
proklamator Indonesia pernah menetap saat hidup dalam pengasingan oleh
Belanda pada 1948-1949.
Wisma Ranggam atau
Pesanggrahan Muntok adalah tempat pengasingan bagi Presiden Soekarno dan
tiga tokoh pejuang lain antara tahun 1948-1949. Tiga tokoh lainya
adalah Agus Salim, Ali Sastro Amidjojo dan M Roem. Bung Karno menempati
kamar berukuran 5,5x4 meter di bangunan tua hasil rancangan Y Lokalo
tahun 1827. Awalnya pesanggrahan ini dibangun oleh Bangka Tien Winning
sebagai tempat peristirahatan karyawan perusahaan timah milik Belanda
tersebut. Wisma ini bagaimana pun juga memiliki peran bagi sejarah
perjuangan Indonesia karena ia juga menjadi tempat pertemuan tokoh
kemerdekaan.
Sejak 22 Desember 1948 hingga Juli 1949, Bung Hatta pun diasingkan oleh Belanda ke Bangka. Bung Hatta kala itu ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing,
jaraknya sekira 10 km dari Muntok. Selain Bung Hatta, tokoh lain yang
menempati bangunan yang berada di Bukit Menumbing berketinggian 800 m
dpl itu adalah AG Pringgodidgo, Mr Assa'at, dan Komodor Suryadarma.
Untuk mencapainya harus melintasi
hutan perawan sejauh 5 km dengan kondisi jalan yang sempit dan berkelok.
Setibanya di sana, dapat dilihat langsung kamar yang pernah di tempati
Bung Hatta yang dibiarkan kosong hingga kini serta sebuah mobil
bersejarah Ford Deluxe 8 dengan plat nomor BN 10.
Pasca renovasi, bangunan bersejarah
ini kini lebih siap menerima kunjungan wisatawan. Akses menuju puncak
Bukit Menumbing pun sudah diaspal dan diperlebar demi kemudahan
transportasi. Bahkan di tempat ini dibuka penginapan (hotel) bernama
Jati Menumbing.
Mercusuar Tanjung Kelian yang dibangun tahun 1862 adalah peninggalan bersejarah yang lain yang dapat dikunjungi. Berada tak jauh Pantai Tanjung Kelian,
mercusuar ini menjadi tempat yang menarik untuk melihat pemandangan
pantai dan Kota Muntok dari atas. Berjarak sekira 9 km dari pusat Kota
Muntok, mercusuar ini memiliki anak tangga batu melingkar berjumlah 117
buah. Bangkai kapal sisa Perang Dunia II milik Belanda yang sudah
ditarik ke garis tepi pantai juga dapat dilihat di kawasan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar